Cek Fakta: Kecanduan TikTok Bisa Picu Penurunan Kognitif Otak
“Kecanduan TikTok dapat mengakibatkan defisit pada kemampuan pengguna untuk menerima atau mengonsumsi konten dengan durasi lebih panjang. Durasi konten yang lebih panjang membutuhkan fokus yang lebih lama. Durasi video TikTok sendiri biasanya berada pada rentang 15-60 detik. Terbiasa dengan durasi video yang pendek—apalagi sampai kecanduan—akan membuat orang lebih susah berkonsentrasi jika kembali disuguhkan video dengan durasi panjang.”
Halodoc, Jakarta – Di balik kesenangan dan keseruannya, TikTok dapat memberikan dampak buruk kepada kesehatan, terutama kognitif otak. Di masa pandemi, ketika semua orang dipaksa harus berdiam diri di rumah, internet satu-satunya cara agar orang-orang bisa bepergian tanpa harus meninggalkan rumah.
Salah satu aplikasi yang digandrungi di masa pandemi adalah TikTok. Lewat klip video tarian koreografinya, TikTok memberikan hiburan sekaligus membuat candu. Menurut penelitian berjudul “Accelerating Dynamics of Collective Attention” yang dipublikasikan oleh Nature Communications, penggunaan TikTok yang berlebihan dapat menurunkan fokus dan rentang perhatian penggunanya.
Mengurangi Kemampuan Otak untuk Fokus
Naik turunnya konten populer TikTok didorong oleh frekuensi produksi dan konsumsi konten. Menurut penelitian tersebut, ini mengakibatkan defisit pada kemampuan pengguna untuk menerima atau mengonsumsi konten dengan durasi lebih panjang. Durasi konten yang lebih panjang membutuhkan fokus yang lebih lama. Durasi video TikTok sendiri biasanya berada pada rentang 15-60 detik. Terbiasa dengan durasi video yang pendek—apalagi sampai kecanduan—akan membuat orang lebih susah berkonsentrasi saat kembali disuguhkan video dengan durasi panjang.
Hal yang sama kurang lebih juga diungkapkan oleh tim peneliti dari Technical University of Denmark. Dalam penelitian yang mereka lakukan, arus informasi yang konstan dapat mempersempit rentang perhatian kolektif pengguna TikTok dari waktu ke waktu.
Orang-orang yang dulunya terbiasa melihat video apapun dengan durasi 10–30 menit akan merasa jenuh, kehilangan minat, dan konsentrasi akan tayangan tersebut. Sebenarnya, dampak negatif penggunaan sosial media tidak hanya ada pada TikTok. Sosial media yang lain apabila digunakan secara berlebihan juga bisa memberikan efek yang sama.
Namun, yang berbeda dari Tiktok adalah konsep FYP-nya (for your page) yang membuat pengguna bisa mengonsumsi terus-menerus dengan intens hal-hal yang menarik minatnya secara konstan. Video-video pendek yang sesuai minat pengguna terus-menerus masuk ke halaman aplikasi dan membuat pengguna terus menonton, tidak terasa sudah berjam-jam memegang gadget tanpa putus. Sering mengalaminya?
Tips Melatih Kognitif Otak
Sebenarnya menonton TikTok tidak selamanya buruk. Tergantung bagaimana frekuensi menonton dan tema yang kamu tonton. Tidak dapat dimungkiri, kamu juga bisa mendapatkan banyak informasi seputar kesehatan lewat aplikasi ini.
Namun, sebaik-baiknya jangan langsung menelan bulat-bulat informasi kesehatan apapun di TikTok. Pastikan kamu mendapatkan informasi tersebut dari sumber yang bisa dipercaya. Kalau kamu butuh kroscek isu kesehatan yang sedang viral, tanyakan saja langsung ke dokter lewat aplikasi Halodoc ya!
Buat kamu yang akhir-akhir ini sering main TikTok atau menonton video TikTok sampai lupa waktu, ada baiknya kamu mulai mengurangi kebiasaan tersebut. Menemukan cara untuk menantang otak dapat membantu melawan penurunan kognitif otak.
Ada beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif otak, yaitu:
- Melakukan penghitungan matematika di kepala.
- Gambarlah peta dari ingatan.
- Mempelajari bahasa baru.
- Pelajari cara memainkan alat musik.
- Hafalkan suatu daftar dan uji ingatanmu.
- Main Sudoku.
- Bermain puzzle .
Selain latihan kognitif yang disebutkan tadi, kamu juga bisa melatih otak lewat olahraga teratur, aktif secara sosial, dan bermeditasi. Itulah informasi mengenai bagaimana kecanduan TikTok bisa picu penurunan kognitif otak. Dapatkan informasi seputar kesehatan lainnya dengan men-download aplikasi Halodoc!