Cek Fakta: Dampak Kelelahan pada Kesehatan Mental Karyawan
“Kesehatan mental masih menjadi isu yang belum mendapatkan penanganan maksimal di tengah pandemi. Terlebih dengan tingginya anggapan dari masyarakat bahwa pengidap penyakit mental sudah pasti mengalami gangguan kejiwaan. Padahal, sebenarnya tidak demikian. Kenali salah satu gejalanya, yaitu kelelahan saat bekerja.”
Halodoc, Jakarta – Berbicara tentang lingkungan kerja tidak hanya seputar tenggat pekerjaan yang harus diselesaikan setiap harinya. Pemangku kepentingan bisnis, termasuk atasan juga harus memperhatikan kondisi kesehatan para karyawan, baik itu fisik, terlebih kesehatan mental. Siapa sangka, karyawan akan merasa sangat dihargai berdampak positif terhadap kesehatan mental mereka, lho!
Tidak harus muluk, cukup dengan memahami kondisi kesehatan para karyawan, apa yang mereka butuhkan dalam pekerjaan, atau menjalin komunikasi yang baik sudah cukup untuk membuat karyawan merasa nyaman. Terlebih jika perusahaan memberikan kemudahan, seperti jaminan asuransi kesehatan, bonus tahunan, kenaikan gaji, waktu istirahat yang cukup, dan jam kerja yang fleksibel.
Dampak Kelelahan pada Kesehatan Mental Karyawan
Tidak dapat dimungkiri bahwa bekerja memang menjadi salah satu rutinitas yang begitu menyita energi dan pikiran. Apalagi jika seorang karyawan menerima banyak sekali tuntutan, seperti tidak boleh terlambat, ancaman pemotongan gaji jika terlambat, tenggat pekerjaan yang sangat ketat, belum lagi semua tugas kantor lainnya. Bukan tidak mungkin karyawan akan merasa begitu lelah.
Sayangnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa kelelahan pada karyawan membawa dampak yang cukup signifikan terhadap kesehatan mental mereka. Pekerja yang mengalami kelelahan disebut merasa stres, depresi, penurunan produktivitas, hingga keinginan untuk tidak masuk kerja karena ingin beristirahat dan munculnya perilaku negatif di lingkungan pekerjaan.
Secara tidak langsung, kelelahan yang dialami para pekerja akan memengaruhi retensi pekerja dengan signifikan. Tentunya, hal ini pun akan berdampak pada kesuksesan perusahaan secara menyeluruh. Terlebih di masa pandemi yang erat kaitannya dengan penurunan aspek bisnis dan berdampak pada tingginya angka pemutusan hubungan kerja. Ini dapat memunculkan rasa takut, cemas, gelisah, dan rasa sedih yang besar.
Bagaimana Seharusnya?
Pandemi yang telah berlangsung selama dua tahun ini memang membawa perubahan yang begitu signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan. Tak hanya kehilangan pekerjaan, orang-orang juga kehilangan sanak saudara, bahkan tidak dapat turut mengantar ke tempat peristirahatan terakhirnya karena harus mengisolasi diri. Tentunya, hal-hal ini akan semakin meningkatkan kadar kecemasan, sedih, stres, dan depresi pada masyarakat.
Beruntungnya, beberapa pemilik usaha telah melihat hal ini sebagai suatu kondisi yang penting dan harus diperhatikan. Perubahan kebijakan pun akhirnya dilakukan, salah satunya dengan pengaturan waktu kerja yang lebih fleksibel, memberikan tunjangan kesehatan dan kebugaran pada para karyawan, juga mengeluarkan aturan untuk bekerja secara remote dengan batasan dan aturan tertentu.
Dengan demikian, diharapkan tingginya tingkat stres dan masalah kesehatan mental lainnya pada karyawan bisa berkurang dan produktivitas mereka pun akan menjadi lebih baik lagi, sehingga keuntungan bisnis tetap bisa tercapai. Secara sederhana, para pekerja dapat merasa bahwa dirinya aman dengan adanya perlindungan dalam kondisi darurat, penyakit yang tidak terduga, hingga musibah.
Jadi, jangan ragu untuk bertanya langsung pada ahlinya apabila kamu mengalami gejala yang mengarah pada masalah kesehatan mental. Gunakan aplikasi Halodoc untuk memudahkan tanya jawab dengan psikolog setiap saat. Pastikan kamu sudah download aplikasi Halodoc di ponselmu, ya!