Cek Fakta: Apakah Stockholm Syndrome Bisa Disembuhkan?
“Seseorang dapat mengembangkan Stockholm syndrome ketika mereka mengalami ancaman signifikan terhadap kesejahteraan fisik atau psikologis mereka. Banyak orang yang penasaran juga mengenai keberhasilan perawatan untuk menyembuhkannya.”
Halodoc, Jakarta – Stockholm syndrome adalah respons psikologis yang berkaitan dengan korban dan pelaku penculikan dalam situasi penyanderaan. Seseorang dengan sindrom ini akan mengembangkan asosiasi positif dengan penculik atau pelaku kriminal. Sindrom ini termasuk sindrom yang unik namun jarang terjadi.
Para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami hal yang mendasari respons ini, namun beberapa ilmuwan berpikir ini adalah mekanisme koping bagi orang yang mengalami trauma. Seseorang dapat mengembangkan sindrom Stockholm ketika mereka mengalami ancaman signifikan terhadap kesejahteraan fisik atau psikologis mereka.
Fakta tentang Perawatan untuk Stockholm Syndrome
Pengidap dapat mengembangkan sindrom ini ketika mereka mengalami kekerasan fisik dari penculiknya, sehingga mereka mungkin merasa lega dan senang ketika pelaku memperlakukan mereka secara manusiawi atau tidak menyakiti mereka lagi. Pengidap juga akan mencoba untuk berbuat baik kepada pelaku untuk mengamankan keselamatan mereka.
Strategi ini memperkuat gagasan bahwa pengidap mungkin lebih baik bekerja sama dengan pelaku atau penculik. Ini bisa menjadi faktor lain di balik pengembangan sindrom Stockholm.
Namun, sindrom ini tidak dikenali sebagai kondisi psikologis. Akibatnya, tidak ada patokan pengobatan resmi untuk kondisi ini. Akan tetapi, psikoterapi dan pengobatan dapat membantu meringankan masalah yang terkait dengan pemulihan trauma, seperti depresi, kecemasan, dan PTSD.
Pengidap sindrom ini dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater profesional. Seorang psikiater dapat meresepkan obat yang dapat membantu meringankan gejala gangguan mental yang berkaitan dengan mood.
Psikolog dan konselor kesehatan mental juga dapat memberikan strategi dan alat kepada pengidap untuk mencoba memahami dan mengatasi pengalaman mereka. Sebab kebanyakan orang yang mengidap sindrom Stockholm mungkin mengalami gejala kecemasan, depresi, atau PTSD.
Oleh karena itu, terapi dapat membantu mereka untuk:
- Memahami pengalaman.
- Memahami bagaimana perilaku simpatik terhadap penculik merupakan upaya bertahan hidup.
- Mempelajari bagaimana mereka dapat tetap melanjutkan hidup.
Jika pengidap memiliki gejala, psikiater mungkin akan meresepkan obat untuk membantu mereka tidur atau mengurangi kecemasan atau depresi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui gejala Stockholm syndrome beserta gejala gangguan mental lain yang mungkin muncul.
Gejala Stockholm Syndrome yang sering Muncul
Sindrom Stockholm dapat ditandai dalam beberapa kondisi, seperti:
- Merasakan kebaikan atau kasih sayang dari pelaku penculikan.
- Memunculkan perasaan positif terhadap individu atau kelompok individu yang menahan atau melecehkan mereka.
- Memiliki tujuan, pandangan, dan ideologi yang sama dengan para penculik atau pelaku kekerasan.
- Merasa kasihan terhadap penculik atau pelaku.
- Menolak untuk meninggalkan penculik, bahkan ketika diberi kesempatan untuk melarikan diri.
- Memiliki persepsi negatif terhadap polisi, keluarga, teman, dan siapa pun yang mungkin mencoba membantu mereka melarikan diri dari situasi mereka.
- Menolak untuk membantu polisi dan otoritas pemerintah dalam menuntut pelaku pelecehan atau penculikan.
Setelah bebas, seseorang dengan sindrom Stockholm pun dapat terus memiliki perasaan positif terhadap penculiknya. Namun, mereka mungkin juga mengalami kilas balik, depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Itulah pembahasan seputar fakta penyembuhan Stockholm syndrome. Jika kamu ingin berkonsultasi ke psikiater atau psikolog terkait masalah kesehatan mental, kamu bisa menghubunginya melalui Halodoc. Bila dokter meresepkan obat, cek kebutuhan medis di Halodoc. Tunggu apa lagi, segera download Halodoc sekarang!