Cara Membedakan Depresi dan Gangguan Kecemasan
Halodoc, Jakarta – Istilah “depresi” dan “cemas” sering digunakan dalam percakapan untuk menunjukkan suatu masalah emosi. Keduanya adalah emosi yang normal untuk dialami, terjadi secara rutin sebagai respons terhadap situasi berisiko tinggi atau berpotensi berbahaya (dalam kasus kecemasan) atau keadaan mengecewakan (dalam kasus depresi).
Perlu dipahami, depresi dan kecemasan adalah dua kondisi medis yang berbeda, baik gejala, penyebab, dan perawatannya sering kali bisa tumpang tindih. Siapa pun perlu mempelajari perbedaan kedua kondisi ini. Berikut ini ulasannya.
Baca juga: Cemas Berlebihan, Waspadai Penyakit Gangguan Kecemasan
Perbedaan Depresi dan Gangguan Kecemasan
Kecemasan dan depresi adalah masalah biologis. Keadaan kecemasan atau suasana hati yang dialami oleh seseorang dengan kecemasan klinis dan gangguan suasana hati melibatkan perubahan fungsi neurotransmiter. Tingkat serotonin yang rendah dianggap berperan dalam keduanya, bersama dengan bahan kimia otak lainnya seperti dopamin dan epinefrin.
Sementara dasar biologis dari masalah ini serupa, kecemasan dan depresi dialami secara berbeda. Perbedaan kedua emosi ini bisa dikenali dari tanda atau ekspresi dari setiap kondisi:
Tanda Kecemasan
Orang dengan kecemasan mungkin mengalami:
- Khawatir dengan masa depan atau jangka panjang.
- Memiliki pikiran yang tidak terkendali dan berpacu dengan sesuatu yang tidak beres.
- Menghindari situasi yang bisa menimbulkan kecemasan agar perasaan dan pikiran tidak menjadi beban.
- Memikirkan tentang kematian, dalam arti takut mati karena bahaya yang dirasakan dari gejala fisik atau bahaya yang diantisipasi.
Tergantung pada sifat kecemasan, gejala gangguan mental ini bisa bervariasi. Misalnya seseorang dengan gangguan kecemasan umum mungkin mengkhawatirkan berbagai topik, peristiwa, atau aktivitas. Seseorang dengan gangguan kecemasan sosial cenderung takut terhadap evaluasi negatif atau penolakan oleh orang lain dan menjadi khawatir bertemu dengan orang baru atau situasi menantang sosial lainnya.
Obsesi adalah pikiran atau impuls mental yang tidak realistis yang melampaui kekhawatiran sehari-hari. Kondisi tersebut merupakan manifestasi masalah mental dari kecemasan pada orang dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Baca juga: Mengidap Gangguan Kecemasan, Ini Dampaknya pada Tubuh
Tanda Depresi
Seseorang dengan depresi mungkin mengalami:
- Sering merasa putus asa dengan asumsi bahwa tidak ada hal positif yang akan terjadi di masa depan untuk diri sendiri, orang lain, atau untuk dunia.
- Merasa tidak berharga, seolah-olah siapa mereka atau apa yang mereka lakukan tidak berharga.
- Memikirkan tentang kematian karena keyakinan bahwa hidup tidak layak dijalani atau bahwa merasa menjadi beban bagi orang lain. Dalam kasus depresi sedang hingga berat, pikiran bunuh diri yang lebih spesifik bisa muncul.
Pada gangguan depresi mayor, jenis pikiran di atas bertahan hampir sepanjang hari atau berminggu-minggu. Jika perasaan terasa terombang-ambing antara keadaan suasana hati yang sangat rendah dan sangat tinggi, maka diagnosis gangguan bipolar mungkin berlaku.
Untuk setiap jenis gangguan mood, keadaan mood yang rendah cenderung dicirikan oleh jenis pemikiran yang dijelaskan di atas.
Baca juga: Sulli Meninggal, Ini Alasan Depresi Bisa Picu Bunuh Diri
Bicarakan dengan Dokter
Jika kamu mengalami depresi, kecemasan, atau keduanya, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan, terapi, atau kombinasi keduanya. Pengobatan yang efektif untuk kecemasan atau depresi, yaitu membuat jadwal pertemuan dengan psikolog secara teratur dan berkelanjutan setidaknya dalam jangka pendek (enam sampai 12 bulan).
Maka itu, penting untuk bertemu dengan psikolog yang kamu percayai. Kamu bisa menghubungi psikolog terbaik melalui aplikasi Halodoc.
Hal terpenting yang perlu diyakini pengidap kecemasan dan depresi adalah bahwa kedua kondisi tersebut sangat bisa diobati. Jangan segan untuk mencari pertolongan profesional saat mengalaminya.