Butterfly Effect dan Mood Swing pada Lupus
Halodoc, Jakarta – Sistem kekebalan tubuh berperan untuk melawan penjajah asing, seperti virus dan bakteri. Pada pengidap lupus, sistem kekebalan tubuh tidak mampu membedakan antara jaringan tubuh yang sehat dan berbahaya. Akibatnya, sistem menyerang jaringan-jaringan sehat, sehingga menimbulkan berbagai gejala.
Lupus adalah penyakit autoimun yang bersifat kronis dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Sampai saat ini, tidak ada obat khusus untuk mengobati lupus. Meskipun begitu, dokter dapat membantu pengidap untuk mengendalikan dan mengelola gejalanya. Butterfly effect dan mood swing adalah contoh gejala khas yang dialami pengidap lupus. Berikut ini beberapa informasi yang perlu dipahami.
Baca juga: Lupus Menular Lewat Hubungan Intim, Benarkah?
Butterfly Effect dan Mood Swing pada Lupus
Dikutip dari Medical News Today, butterfly effect atau ruam yang berpola kupu-kupu termasuk gejala yang dihasilkan dari kekeliruan sistem kekebalan tubuh. Pada umumnya, ruam merah atau keunguan ini memanjang dari pangkal hidung ke pipi dalam bentuk yang menyerupai kupu-kupu. Ruam mungkin halus, memiliki tekstur bersisik atau bergelombang. Ruam juga bisa terlihat seperti bekas sengatan matahari.
Di dalam dunia medis, ruam ini disebut dengan ruam malar. Namun, ada kondisi lain yang menyebabkan ruam malar, sehingga munculnya gejala ini tidak cukup untuk mengindikasikan lupus. Dokter bisa mengobati ruam malar dengan krim atau salep steroid untuk meminimalkan peradangan. Pada kasus lain, dokter dapat meresepkan obat yang membantu menghentikan aktivitas sistem kekebalan tubuh.
Selain ruam kupu-kupu, pengidap lupus kerap mengalami mood swing atau perubahan suasana hati. Perubahan suasana hati yang dialami pengidap lupus mungkin bisa muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga. Ini bisa termasuk perasaan marah dan mudah marah. Melansir dari WebMD, munculnya gejala satu ini sering menjadi efek dari proses penyakit atau penggunaan obat kortikosteroid.
Selain mood swing, pengidap lupus juga berisiko mengalami masalah mental dan fisik seperti kesulitan berkonsentrasi atau tidur. Mereka juga cenderung merasakan emosi seperti kesedihan, ketakutan, kecemasan, dan depresi.
Baca juga: 5 Makanan yang Sebaiknya Dihindari saat Lupus Kambuh
Perawatan Gejala Lupus
Perawatan untuk lupus berfokus pada mengelola flare (rasa sakit) dan mencegahnya jika memungkinkan. Mengobati gejalanya sesegera mampu menghindarkan pengidap dari komplikasi yang merusak organ dan sistem tubuh. Selain rutin memeriksakan diri ke dokter, ada sejumlah obat-obatan yang perlu dikonsumsi oleh pengidap lupus, seperti:
-
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri pada persendian dan otot.
-
Steroid untuk melawan peradangan.
-
Obat antimalaria untuk membantu mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh dan mengurangi fotosensitifitas.
-
Obat imunosupresif untuk mengendalikan respons imun yang terlalu aktif.
-
Antikoagulan untuk membantu mencegah pembekuan darah.
Beberapa pengidap mungkin ingin menggunakan pengobatan alternatif untuk membantu mengelola gejala lupus. Sebelum mencoba pengobatan alternatif, penting untuk berbicara dengan dokter. Pasalnya, perawatan ini berisiko mengganggu kerja obat lain. Selain itu, seseorang tidak boleh mengganti obat yang diresepkan dokter dengan pengobatan alternatif.
Baca juga: Kisah Seleb Dunia yang Berjuang Melawan Sakit Lupus
Kalau kamu butuh menanyakan soal hal ini, kamu bisa menghubungi dokter Halodoc. Lewat aplikasi, kamu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.
Referensi :
Medical News Today. Diakses pada 2020. Lupus pictures and symptoms.
WebMD. Diakses pada 2020. Lupus and Mental Health Concerns.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan