Bukan karena Agama, Perlukah Pria Disunat?
Halodoc, Jakarta - Sunat atau khitan sudah menjadi tradisi di Indonesia, yang wajib dilaksanakan oleh pria. Aturan agama Islam juga menganjurkan pada setiap pria untuk berkhitan. Namun, terlepas dari masalah agama, sebenarnya perlukah pria melakukan sunat? Adakah dampaknya untuk tubuh?
Sunat merupakan aktivitas pengangkatan preputium alias kulit yang menutup kulup penis. Biasanya, aktivitas ini dilakukan satu atau dua hari sejak anak laki-laki dilahirkan. Namun, bisa juga dilakukan setelah usianya beranjak remaja dan dewasa. Semuanya bergantung pada kesiapan masing-masing, apakah hendak melakukan sunat ketika masih berusia belia, remaja, atau ketika telah dewasa.
Perlu Disunat atau Tidak?
Lalu, adakah manfaat sunat yang dilakukan untuk tubuh? Ternyata, penis yang tidak disunat menjadi tempat terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Bukan tanpa alasan, kulit kulup penis yang tidak diangkat menjadi tempat yang potensial untuk kotoran berkumpul. Apabila terus dibiarkan, akan terjadi penumpukan kotoran yang memicu infeksi pada organ genital.
Baca juga: 5 Fakta Mengenai Sunat yang Perlu Diketahui
Ketika seorang laki-laki memutuskan untuk tidak melakukan sunat, tentu ia harus memastikan bahwa area intimnya, terutama bagian kulupnya, benar-benar terjaga kebersihannya. Ketika menggunakan sabun, pastikan tidak ada sisa sabun yang terperangkap di bagian dalam kulit kulup. Jika ada sisa sabun pada area ini, mungkin terjadi iritasi pada bagian kulit sensitif pada kepala penis.
Manfaat Sunat untuk Kesehatan
Meski tidak ada paksaan pada laki-laki untuk melakukan sunat, setiap pria sebaiknya melakukan sunat karena ini membantu memudahkan membersihkan area penis. Sunat membuat kamu terhindar dari terjadi infeksi pada kepala penis yang bisa terbawa hingga kamu beranjak dewasa. Lalu, sebenarnya apa saja manfaat sunat untuk kesehatan? Berikut ini di antaranya:
-
Mengurangi risiko terjadinya infeksi pada saluran kemih, meski risiko kelainan ini pada laki-laki cenderung lebih rendah daripada wanita. Namun, infeksi lebih mudah terjadi pada laki-laki yang tidak melakukan sunat.
-
Melindungi dari berbagai macam penyakit yang menyerang penis. Seiring dengan bertambahnya usia, risiko terjadinya infeksi pada area penis akan semakin besar. Salah satunya adalah fimosis atau kulit kulup kepala penis yang tidak bisa ditarik.
-
Melindungi dari risiko kanker penis dan kanker serviks pada pasangan. Meski terbilang jarang, kanker penis bisa terjadi pada pria yang tidak sunat.
-
Mengurangi risiko terjadinya penyakit menular seksual, seperti herpes kelamin, HPV, HIV, hingga sifilis.
-
Melindungi dari balanitis atau membengkaknya kepala penis sehingga penis terasa sakit. Laki-laki yang disunat juga terhindar dari balanoposthitis atau radang pada kulup dan kepala penis.
Baca juga: Alami 8 Kondisi Ini, Pria Harus Disunat
Kapan Sebaiknya Disunat?
Ada banyak anggapan mengenai waktu terbaik untuk laki-laki disunat. Beberapa menganjurkan untuk dilakukan sejak masih bayi untuk mengurangi risiko maupun efek samping yang bisa saja lebih tinggi ketika sunat dilakukan setelah dewasa. Namun, kamu bisa melakukan sunat kapan saja, asalkan kamu telah siap baik secara fisik maupun mental untuk melakukannya.
Baca juga: Ini Perbedaan Pria Disunat dan Tidak dari Segi Kesehatan
Setelahnya, kamu bisa bertanya pada dokter tentang sunat dan segala efek samping atau risiko yang mungkin terjadi. Jangan malu dan jangan menunda, karena sekarang bertanya pada dokter lebih mudah dengan adanya aplikasi Halodoc. Melalui aplikasi ini, kamu bisa memilih fitur Tanya Dokter atau buat janji di rumah sakit terdekat, membeli obat, dan cek lab.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Circumcision (Male).
Parents. Diakses pada 2019. Should Your Son be Circumcised?
WebMD. Diakses pada 2019. Circumcision Basics.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan