Bukan Cuma Fisik, Pelecehan Emosional juga Harus Diwaspadai

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   29 Januari 2020
 Bukan Cuma Fisik, Pelecehan Emosional juga Harus Diwaspadai Bukan Cuma Fisik, Pelecehan Emosional juga Harus Diwaspadai

Halodoc, Jakarta - Apabila kamu merasa terhina, terluka, dan rapuh saat menjalani sebuah hubungan, kemungkinan kamu sedang mengalami pelecehan emosional dari pasangan. Pelecehan emosional diketahui jika pasangan melakukan kekerasan verbal dengan pola yang konsisten. Selain itu, pelecehan tersebut biasanya diiringi dengan kata-kata kasar dan perilaku intimidasi yang merusak harga diri dan kesehatan mental. 

Pelecehan emosional atau mental biasanya terjadi dalam hubungan pacaran atau pernikahan, tapi juga memungkinkan terjadi dalam hubungan apapun termasuk pertemanan, anggota keluarga, dan rekan kerja. Mungkin awalnya seseorang tidak menyadari bahwa ia sedang menjadi korban pelecehan emosional. Karena memang pelecehan emosional adalah salah satu bentuk pelecehan tersulit untuk dikenal. Pelecehan emosional bisa terjadi secara halus dan berbahaya atau terang-terangan dan manipulatif. 

Tujuan pelaku pelecehan emosional adalah untuk mengendalikan korban dengan mendiskreditkan, mengisolasi, dan membungkam. Pada akhirnya, korban merasa terjebak. Mereka sering kali terlalu terluka untuk menahan hubungan lebih lama, tetapi juga terlalu takut untuk pergi. Siklus ini hanya berulang sampai sesuatu selesai. 

Baca juga: Harus Tahu, Tanda Kekerasan Emosional dalam Hubungan

Jika kamu menyadari bahwa sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang melakukan kekerasan emosional atau pelecehan emosional, kamu perlu tahu bahwa kamu tidak akan bisa mengubahnya menjadi lebih baik. 

Dampak Pelecehan Emosional

Ketika pelecehan emosional terjadi sangat parah dan berkelanjutan, seorang korban mungkin akan merasa kehilangan jati diri mereka. Meski tanpa adanya bekas fisik, luka dalam hati, perasaan tidak terlihat oleh orang lain, meragukan diri, merasa tidak berharga, dan membenci diri sendiri bisa terjadi. Konsekuensi dari pelecehan emosionalnya pun sama parahnya dengan pelecehan fisik. 

Seiring dengan berjalannya waktu, tuduhan dan pelecehan verbal akan mengikis perasaan diri korban, sehingga mereka tidak bisa lagi melihat diri mereka secara realistis. Akibatnya, korban mulai setuju dengan pelaku dan menjadi kritis secara internal. Setelah ini terjadi, sebagian besar korban menjadi terjebak dalam hubungan yang kejam dengan percaya bahwa mereka tidak akan pernah cukup baik untuk orang lain. 

Baca juga: Ini Risiko Kesehatan Mental yang Dialami oleh Korban Kekerasan Seksual

Pelecehan emosional bahkan dapat memengaruhi pertemanan, karena orang yang dilecehkan secara emosional sering merasa khawatir tentang bagaimana orang benar-benar melihatnya dan jika mereka benar-benar menyukainya. Akhirnya, para korban akan menarik diri dari persahabatan dan mengasingkan diri, karena meyakini bahwa tidak ada yang menyukai mereka. Terlebih lagi, pelecehan emosional dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan termasuk depresi dan kecemasan, hingga radang lambung jantung berdebar, gangguan makan, dan insomnia. 

Tanda-Tanda Pelecehan Emosional

Saat sedang mengintrospeksi hubungan kamu, ingatlah bahwa pelecehan emosional sering kali tidak kentara. Akibatnya, akan sangat sulit dideteksi. Jika kamu kesulitan membedakan apakah hubungan kamu sehat atau tidak, coba ingat kembali bagaimana interaksi dengan pasangan, teman, atau anggota keluarga. Jika kamu merasa terluka, frustasi, bingung, salah paham, tertekan, cemas, atau tidak berharga setiap kali berinteraksi, kemungkinan besar hubungan kamu secara emosional kasar. 

Jangan jatuh dalam perangkap dan mengatakan pada diri sendiri “itu tidak seburuk itu” dan meminimalisir perilaku mereka. Ingatlah, bahwa semua orang pantas diperlakukan dengan baik dan hormat. 

Berikut adalah tanda-tanda bahwa kamu mungkin berada dalam hubungan yang tidak sehat. Ingatlah, bahwa jika pasangan kamu hanya melakukan hal ini sedikit atau sesekali, kamu masih berada dalam hubungan yang kasar secara emosional. 

  • Merusak, mengabaikan, atau mengubah persepsi atau realitas kamu.

  • Menolak untuk menerima perasaan kamu dengan mencoba mendefinisikan bagaimana perasaan kamu.

  • Mewajibkan kamu untuk menjelaskan perasaan.

  • Menuduh kamu “terlalu sensitif”, “terlalu emosional,” atau “gila”.

  • Menolak untuk mengakui atau menerima pendapat atau ide yang valid.

  • Mengabaikan permintaan, keinginan, dan kebutuhan kamu.

  • Mengatakan bahwa persepsi kamu salah atau bahwa kamu tidak dapat dipercaya dengan mengatakan suatu hal. 

  • Menuduh kamu egois, miskin, atau materialistis jika kamu menyatakan keinginan atau kebutuhan. 

  • Selalu mengontrol dan mengisolasi kamu. 

Baca juga: Tips Ampuh Move On dari Mantan Kekasih

Apa yang Harus Dilakukan?

Siapapun yang merasa atau melihat adanya tanda-tanda pelecehan emosional, tetapi tidak dalam bahaya harus langsung mencari bantuan. Kamu juga dapat mencari bantuan psikolog melalui aplikasi Halodoc. Kamu juga bisa meminta bantuan teman atau anggota keluarga. Memberitahu orang yang terpercaya dapat membantu kamu merasa didukung dan kurang terisolasi. 

Penting juga untuk mengambil tindakan untuk menjauh dari situasi yang secara emosional melecehkan. Langkah-langkah seperti:

  • Menetapkan batasan dengan orang yang melakukan pelecehan, termasuk membela diri sendiri sampai tingkat yang diperlukan untuk menghentikan pelecehan. 

  • Mengubah prioritas agar lebih memprioritaskan diri sendiri. 

  • Dapatkan bantuan profesional.

  • Keluar dari hubungan. 

Referensi:
Very Well Mind. Diakses pada 2020. How to Identify and Cope With Emotional Abuse
Medical News Today. Diakses pada 2020. What are the signs of emotional abuse?