Bolehkah Ibu Hamil Minum Antibiotik?
Halodoc, Jakarta - Tentunya banyak hal yang perlu diperhatikan ketika hamil agar Si Kecil lahir dengan sempurna dan ibu tetap sehat pasca melahirkan. Salah satunya adalah penggunaan obat termasuk hal yang patut diwaspadai. Penting untuk mengetahui efek obat apa pun yang diminum dan bisa memengaruhi kesehatan bayi. Nah, penggunaan antibiotik untuk ibu hamil merupakan hal yang sering membuat ibu cemas. Pasalnya, obat ini enggak jarang memiliki efek yang bisa menimbulkan masalah pada janin.
Baca juga: Manfaat Mendegarkan Musik Untuk Ibu Hamil
Studi yang dilakukan oleh European Lung Foundation menemukan, penggunaan antibiotik selama trimester ketiga kehamilan meningkatkan risiko bayi mengembangkan mengi (suara seperti siulan nyaring yang terdengar saat menarik atau mengembuskan napas). Mengi hanya satu dari banyaknya masalah medis yang ditimbulkan karena penggunaan antibiotik yang keliru. Lalu, apa ibu hamil benar-benar tidak boleh mengonsumsi antibiotik?
Dilema karena Infeksi
Melansir Parents, menurut para ahli, dari 13.000 ibu hamil sebanyak 30 persen dari mereka setidaknya menjalani satu kali pengobatan antibiotik antara tiga bulan sebelum konsepsi (pembuahan) dan akhir kehamilan mereka. Nah, studi dari National Birth Defects Prevention punya kesimpulan lain terhadap penggunaan antibiotik untuk ibu hamil.
Kata ahli di sana, penggunaan antibiotik berpotensi menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang baru lahir. Kelainan kongenital merupakan abnormalitas yang terjadi pada janin selama masa perkembangan janin sebelum kelahiran. Kelainannya bisa berupa kelainan pada struktur atau fungsi anggota badan janin.
Dari banyaknya kasus kesehatan, biasanya infeksi yang paling sering jadi biang keladi harus digunakannya antibiotik untuk mengatasi masalah medis tersebut. Misalnya, infeksi saluran kemih. Untuk infeksi bakteri seperti ini, antibiotik adalah satu-satunya obat yang membantu ibu jadi lebih baik. Jadi, ibu harus meminumnya meskipun ada risiko bagi kesehatan bayi. Mengapa demikian? Kata ahli genetika reproduksi dari AS, pada beberapa kasus bila tidak mengobati penyakit seperti di atas, justru lebih berisiko meningkatkan masalah kesehatan pada bayi yang lebih serius.
Jadi, tidak ada salahnya jika ibu mengalami gangguan kesehatan selama masa kehamilan segera kunjungi dokter kandungan dan lakukan pemeriksaan pada rumah sakit terdekat untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan. Sebelumnya, ibu bisa membuat janji dengan dokter melalui aplikasi Halodoc.
Baca juga: Ibu Hamil Bolehkah Minum Obat?
Untungnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) di AS, punya Pharmaceutical Pregnancy Categories, sederhananya pedoman untuk mengetahui keamanan obat sebelum melahirkan. Kategorinya didasarkan pada kelompok obat A, B, C, D, dan X.
Obat dengan kategori A termasuk aman untuk digunakan pada ibu hamil, sedangkan obat-obatan dalam kategori X terbukti berbahaya bagi janin, sehingga tidak boleh dikonsumsi. Cacat lahir yang terkait dengan antibiotik yang didefinisikan kategori X meliputi anensefali (malformasi fatal tengkorak dan otak), penyumbatan saluran hidung, diafragma hernia, cacat mata, hingga cacat jantung.
Perlunya Saran Dokter
Jadi, apa antibiotik untuk ibu hamil pasti menyebabkan masalah kesehatan pada janin? Tunggu dulu, jangan menarik kesimpulan secepat itu. Hal ini masih menjadi “hitam-putih”, dan pastinya ada opsi aman yang tersedia bila ibu harus mengonsumsi antibiotik.
Misalnya, bila ibu hamil mengidap infeksi virus, biasanya dokter menggunakan alternatif lain selain antibiotik. Alasannya, antibiotik tidak ampuh untuk menyingkirkan infeksi yang disebabkan virus. Selain itu, terlalu sering menggunakan antibiotik menyebabkan bakteri jadi resisten terhadap obat.
Baca juga: Amankah Operasi Usus Buntu pada Ibu Hamil?
Menurut para ahli, dokter akan selalu berhati-hati bila hendak meresepkan antibiotik untuk ibu hamil. Setiap antibiotik punya efek yang berbeda satu sama lain. Dengan kata lain, banyak obat yang benar-benar aman untuk dikonsumsi selama kehamilan, tapi ada juga yang bisa menyebabkan kelainan lahir yang serius.