Bisakah Ukuran Kepala dengan Hidrosefalus Kembali Normal?
Halodoc, Jakarta - Kamu pasti sudah tidak asing dengan istilah hidrosefalus, bukan? Kondisi ini umum terjadi pada bayi yang ditandai dengan pembengkakan ukuran kepala akibat penumpukan cairan dalam otak. Jika dibiarkan, kondisi tersebut dapat memicu kejang dan kerusakan otak pada bayi. Lantas, apakah ukuran kepala pengidap hidrosefalus bisa kembali normal? Begini penjelasannya.
Baca juga: Inilah yang Terjadi pada Kepala yang Terkena Hidrosefalus
Apakah Ukuran Kepala Pengidap Hidrosefalus Bisa Kembali Normal?
Normalnya, cairan serebrospinal mengalir di otak dan sumsum tulang belakang, yang selanjutnya diserap oleh pembuluh darah. Namun, berbeda dengan pengidap hidrosefalus. Cairan serebrospinal tidak mengalir, justru menumpuk dalam otak, sehingga menimbulkan pembengkakan kepala. Jika terjadi pada bayi, pembengkakan ukuran kepala di atas rata-rata menjadi gejala yang terlihat.
Salah satu penanganan yang dilakukan adalah prosedur operasi. Tujuannya untuk mengembalikan dan menjaga kadar cairan dalam organ otak. Berikut ini beberapa metode yang dilakukan untuk mengatasi hidrosefalus:
1. Pemasangan Shunt
Shunt merupakan selang khusus yang dipasang di dalam kepala. Tujuannya untuk mengalirkan cairan otak ke bagian tubuh agar mudah diserap pembuluh darah. Bagian tubuh yang dipilih adalah perut. Bagi beberapa pengidap, mereka memerlukan shunt seumur hidup. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin perlu dilakukan untuk memastikan selang bekerja dengan baik.
2. Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV)
ETV dilakukan dengan membuat lubang di dalam rongga otak, agar cairan dapat mengalir ke luar. Langkah mengatasi hidrosefalus yang satu ini biasanya dilakukan jika terjadi penyumbatan dalam rongga otak.
Pertanyaannya adalah, apakah ukuran kepala pengidap hidrosefalus? Jawabannya adalah, bisa saja. Pada bayi, tulang tengkorak masih belum tertutup sempurna. Secara anatomis, masih terdapat ruang kosong yang terbuka di antara tulang tengkorak, sehingga kepala akan membesar seiring dengan penumpukan cairan yang terjadi.
Sejumlah prosedur mengatasi hidrosefalus tersebut dilakukan untuk membuang cairan berlebih di dalam rongga otak. Jika terjadi pada bayi dengan rongga otak yang masih terbuka, bukan hal yang tidak mungkin jika ukuran kepala kembali mengecil saat seluruh cairan keluar dari dalam. Seiring dengan pertumbuhannya, ukuran kepala menjadi proporsional karena rongga otak yang merapat.
Baca juga: Inilah Tahapan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Hidrosefalus
Risiko Komplikasi yang Bisa Saja Terjadi
Risiko komplikasi hidrosefalus tergantung dari tingkat keparahan penyakit. Semakin parah kondisi, maka anak bisa saja mengalami kerusakan otak, bahkan cacat fisik. Jika kondisi tidak terlalu parah, pengobatan dibutuhkan untuk membuat kondisi menjadi jauh lebih baik. Ini risiko komplikasi hidrosefalus akibat prosedur pengobatan yang dilakukan:
- Jika anak menjalani prosedur shunt. Si Kecil bisa saja mengalami kerusakan mekanis, penyumbatan, maupun infeksi.
- Jika anak menjalani prosedur Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV). Si Kecil bisa saja mengalami perdarahan dan infeksi.
Apapun komplikasinya, Si Kecil membutuhkan penanganan segera. Berikut ini beberapa tanda jika anak mengalami komplikasi pasca melakukan prosedur penanganan hidrosefalus:
- Demam tinggi;
- Mudah rewel;
- Sering mengantuk;
- Mual dan muntah;
- Sakit kepala;
- Muncul kemerahan di sepanjang jalur selang shunt;
- Muncul gejala awal hidrosefalus.
Baca juga: 3 Kondisi yang Membuat Anak Rentan Alami Hidrosefalus
Sebelum terlambat, sebaiknya jangan sepelekan tanda dan gejala hidrosefalus pada anak, sebelum atau setelah prosedur penanganan dilakukan. Diagnosis dan langkah penanganan yang tepat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Oleh karena itu, segera periksakan ke dokter di rumah sakit terdekat jika ibu melihat ada keanehan pada ukuran kepala bayi seiring pertumbuhannya, ya.