Bisakah Psikoterapi Atasi Gangguan Psikosomatis?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   26 Juni 2019
Bisakah Psikoterapi Atasi Gangguan Psikosomatis?Bisakah Psikoterapi Atasi Gangguan Psikosomatis?

Halodoc, Jakarta – Psikosomatis adalah kondisi yang menggambarkan penyakit fisik akibat faktor mental, seperti stres dan kecemasan. Misalnya, ketika seseorang mengalami stres, ia menjadi tidak nafsu makan dan malas beraktivitas, sehingga tubuhnya menjadi rentan sakit. Pada kasus lain, kondisi mental seseorang bisa memperparah gejala penyakit yang sedang dialami.

Baca Juga: 10 Tanda Kalau Kondisi Psikologis Sedang Terganggu

Beberapa penyakit yang disebabkan atau diperparah dengan kondisi mental, antara lain eksim, hipertensi, maag, penyakit jantung, dan psoriasis. Lantas, bagaimana cara pikiran memengaruhi kesehatan tubuh? Bisakah psikoterapi bisa dilakukan untuk mengatasi psikosomatik? Ketahui jawabannya di sini.

Cara Pikiran Bisa Pengaruhi Kesehatan Tubuh

Saat kamu merasa takut dan cemas, akan muncul gejala fisik seperti jantung berdetak lebih cepat, mual, muntah, gemetar (tremor), berkeringat terus-menerus, mulut kering, sakit kepala, sakit perut, napas menjadi cepat, nyeri otot, dan nyeri punggung.

Serangkaian gejala fisik ini muncul akibat meningkatkan aktivitas impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Gejala ini bisa terjadi akibat pelepasan hormon adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Psikis, Ini Bedanya Psikologi dan Psikiatri

Psikoterapi untuk Mengatasi Psikosomatis

Psikoterapi banyak dilakukan untuk mengetahui gangguan kesehatan mental, termasuk psikosomatik. Berikut ini jenis psikoterapi yang bisa dilakukan:

  • Terapi perilaku kognitif. Pengidap dibantu untuk melatih perilaku dan pola pikirnya dalam menghadapi berbagai situasi yang berat. Hal ini bertujuan untuk membantu pengidap mengenali pola pikir negatif dan mengevaluasi kebenarannya agar ia bisa lebih berpikir positif.

  • Terapi psikoanalitik. Psikolog atau psikiater mendorong pengidap mengatakan apa yang dirasakan dan dipikirkannya. Dengan terapi ini, pengidap dibantu memahami situasi yang dihadapi, sehingga ia mampu mengatasi perasaannya secara lebih baik dengan mengungkapkan pengalaman yang pernah dilaluinya. 

  • Terapi kognitif analitik, gabungan antara terapi psikoanalitik dengan terapi perilaku kognitif. Psikiater akan membantu pengidap mengetahui penyebab masalah yang terkait dengan perilakunya. Ia juga dibantu untuk memahami kejadian yang terjadi sebelumnya dan mengeksplorasi bahwa hal tersebut bukan suatu masalah yang perlu ditakuti.

  • Terapi interpersonal, bermanfaat dalam mengatasi masalah yang melibatkan hubungan dengan orang lain (seperti keluarga, teman, rekan kerja). Tujuannya untuk memperbaiki keterlibatan perasaan dengan mencari solusi atas masalah yang dihadapi di antara diri sendiri dengan orang lain di sekitarnya.

  • Terapi humanistik. Bertujuan untuk membantu pengidap berpikir positif terhadap dirinya, sehingga meningkatkan kesadaran dalam menghargai diri sendiri.

  • Terapi sistemik, melibatkan anggota keluarga lain. Tujuannya agar masalah yang dihadapi pengidap bisa diatasi bersama-sama. Dukungan keluarga akan berdampak positif dalam proses pemulihan kondisi pengidap.

Lantas, bisakah psikoterapi bisa dilakukan untuk mengatasi psikosomatis? Jawabannya, iya. Namun, pengidap psikosomatis perlu berbicara pada dokter terlebih dahulu untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Cara mengatasi psikosomatis lainnya dengan konsumsi obat-obatan (seperti antidepresan dan penghilang rasa sakit), latihan relaksasi, teknik distraksi, akupuntur, hipnoterapi, fisioterapi, dan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).

Baca Juga: 4 Gangguan Mental yang Terjadi Tanpa Disadari

Kalau kamu mencurigai penyakit yang dialami muncul akibat kondisi psikis, jangan ragu berbicara dengan dokter ahli. Kini, kamu bisa langsung membuat janji dengan psikolog atau psikiater tanpa harus antre di rumah sakit pilihan di sini. Kamu juga bisa download aplikasi Halodoc untuk memudahkan tanya jawab dengan fitur Tanya Dokter.