Bintik Merah pada Kulit, Hati-Hati Campak

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   26 Desember 2019
Bintik Merah pada Kulit, Hati-Hati CampakBintik Merah pada Kulit, Hati-Hati Campak

Halodoc, Jakarta – Campak adalah penyakit yang menular dan dapat menyebar melalui kontak dengan cairan dari orang yang terinfeksi. Menurut World Health Organization, penyakit campak disebabkan oleh virus yang masuk dalam keluarga paramyxovirus yang penularannya terjadi melalui udara melalui batuk dan bersin. Virus campak dapat hidup di permukaan apapun yang dihinggapinya selama beberapa jam. Ketika virus masuk dalam tubuh, kondisi ini bisa menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan.

Baca juga: Selain Alkohol, Ini 6 Penyebab Gangguan Fungsi Hati

Campak adalah penyebab utama kematian pada anak di bawah usia 5 tahun. Kondisi ini terjadi karena kurangnya penanganan dan WHO menyarankan untuk melakukan vaksin campak bila seseorang yang belum pernah terkena campak terpapar dengan pengidap campak. 

Bintik Merah Menjadi Salah Satu Gejala Campak

Lantas seperti apakah gejala campak? Pada umumnya gejala campak muncul dalam 14 hari setelah terpapar virus. Salah satu gejala yang cukup umum adalah munculnya bintik merah pada beberapa bagian tubuh. Menurut National Foundation for Infectious Diseases, bintik merah muncul setelah seseorang mengidap virus penyebab campak selama 14 hari. Bintik merah dapat menyebar dari kepala hingga bagian bawah tubuh. Namun, seseorang yang memiliki imunitas cukup baik membuat bintik merah tidak muncul sebagai gejala penyakit campak.

Perhatikan bintik merah yang disebabkan oleh campak, dilansir dari National Health Service UK, bintik merah yang disebabkan campak bisa berwarna merah kecoklatan. Umumnya, bintik merah muncul pada area kepala atau bagian leher terlebih dahulu sebelum menyebar pada bagian tubuh yang lain. Bintik merah campak akan menyebabkan rasa gatal pada pengidapnya.

Ada beberapa gejala lainnya yang dialami oleh pengidap campak, seperti batuk, demam, mata merah, sensitif terhadap cahaya, nyeri otot, hidung berair, sakit tenggorokan, demam, mengalami penurunan nafsu makan, dan kelelahan secara terus-menerus.

Pengidap campak juga dapat memiliki bintik-bintik putih yang muncul dalam mulut sebagai gejala lain dari campak. Gejala ini tidak dialami oleh semua pengidap campak. Tidak ada salahnya untuk mengunjungi rumah sakit terdekat ketika mengalami gejala yang mengarah pada penyakit campak.

Siapa yang Berisiko Terkena Campak?

Sebenarnya, dari tahun ke tahun sudah terjadi penurunan kasus campak seiring dengan kecanggihan vaksin. Namun, kasus campak tetap ada karena orangtua tidak berkenan untuk memvaksin anaknya dengan alasan ketakutan kalau vaksin dapat memengaruhi perkembangan mental dan motorik anak.

Ada beberapa anggapan kalau vaksin campak menyebabkan tuli, kejang, kerusakan otak, dan koma. Bahkan, sebagian orangtua percaya kalau vaksin campak dapat menyebabkan autis pada anak. Padahal, sudah banyak penelitian yang membuktikan kalau vaksin sama sekali tidak ada hubungannya dengan autis.

Kekurangan vitamin A juga meningkatkan risiko campak. Soalnya, tubuh anak-anak dengan kandungan vitamin A yang sedikit rentan terhadap virus campak. Hal yang berbeda terjadi pada tubuh anak yang punya vitamin A maksimal, di mana virus campak lebih susah masuk ke tubuhnya. 

Baca juga: 5 Penyakit yang Diketahui Akibat Benjolan di Leher

Penting untuk meningkatkan asupan makanan yang mengandung vitamin A seperti hati ayam, daging sapi, ikan salmon, ikan tuna, susu, telur, keju, ubi jalar, bayam, sawi, dan kale. Sebenarnya, makanan-makanan yang disebutkan tadi tidak hanya baik untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa.

Perlu diperhatikan terkadang anak yang divaksin campak bisa tetap terkena campak, tapi tidak akan separah anak yang sama sekali belum divaksin. Biasanya, orang dewasa yang terkena campak lebih bisa menahan gejala ketimbang anak-anak. Ini disebabkan karena perkembangan imun orang dewasa yang lebih baik ketimbang anak.

Biasanya, baik anak maupun orang dewasa yang sudah terkena campak tidak akan mengalami campak lagi. Namun, tetap saja perlu diwaspadai mengingat kerja virus yang bisa bermutasi, sehingga bisa beradaptasi dengan vaksin. Alangkah lebih baik bila tetap menjaga imunitas tubuh melalui pola makan sehat dan olahraga.

Referensi:
World Health Organization. Diakses pada 2019. Measles
National Foundation for Infectious Diseasaes. Diakses pada 2019. Measles
National Health Service UK. Diakses pada 2019. Measles
Harvard Medical School. Diakses pada 2019. Measles