Bermain Gadget Selama Pandemi dan Pengaruhnya pada Mental Remaja
Halodoc, Jakarta - Laporan terbaru yang dilakukan dan diterbitkan oleh Child Mind Institute dengan California Partners Project menelaah secara mendalam bagaimana remaja menghadapi pandemi virus corona. Hasilnya, tidak sedikit remaja yang menjadi sangat bergantung pada gawai selama masa isolasi mandiri dalam beberapa bulan terakhir.
Laporan ini mencakup wawancara yang dilakukan secara mendalam dengan 46 remaja berusia antara 13 hingga 17 tahun di California. Para remaja diminta untuk membuat jurnal terperinci selama satu minggu tentang kebiasaan dan gaya hidup yang mereka jalani.
Sebanyak 14 dari 46 orang memiliki gangguan kesehatan mental bergejala, termasuk depresi ringan, gangguan kecemasan, kekhawatiran akan masa depan, ketidakpastian pandemi, dan apa yang akan mereka lakukan untuk hidup. Remaja tersebut pun memiliki waktu tidur yang lebih singkat karena waktu mereka lebih banyak dihabiskan dengan berinteraksi pada gawai.
Baca juga: Gangguan Kesehatan Mental yang Berbahaya Jika Tidak Diatasi
Dr. Harold Koplewicz, Psikiater Anak dan Remaja serta Pendiri sekaligus Presiden dari Child Mind Institute mengatakan bahwa setiap mental anak dan remaja dipengaruhi oleh pandemi ini. Artinya, sangat mungkin bahwa mereka tidak memiliki gangguan kesehatan mental, tetapi mereka mengalami gejala dan kecemasan, depresi, hingga lebih banyak kurang perhatian.
Peran Teknologi saat Pandemi
Koplewicz menambahkan, meski waktu interaksi dengan gawai yang berlebihan memang memberikan dampak negatif, eksistensi benda elektronik ini masih dianggap sangat penting untuk remaja menggunakannya, yaitu sebagai sarana pembelajaran virtual berbasis teknologi. Tidak hanya itu, gawai juga menjadi media remaja untuk tetap terhubung dengan teman agar tetap bisa bersosialisasi.
Secara sederhana, penggunaan gawai selama masa pandemi harus tetap teratur dan terkontrol. Gawai dibutuhkan untuk anak belajar secara virtual karena sekolah yang masih tutup, benda ini juga dimanfaatkan anak agar tetap terhubung dengan dunia luar selama mereka melakukan isolasi mandiri.
Di sinilah peran orangtua sangar dibutuhkan. Orangtua perlu memantau sekaligus mengatur berapa lama waktu yang boleh digunakan anak saat berinteraksi dengan gawai mereka, bukan untuk tujuan pendidikan.
Baca juga: Alami Masalah Kesehatan Jiwa, Kenali Ciri-Ciri Ini
Peran Orangtua dalam Menghindari Screen Time Berlebihan
Lalu, apa yang harus dilakukan orangtua agar anak remaja mereka tidak menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan gawai? Laporan tersebut ternyata juga punya tipsnya.
Orangtua bisa mendukung anak mendapatkan waktu istirahat malam yang cukup dengan menerapkan waktu tidur yang teratur, menghindari makan besar sebelum tidur, dan tidak mengonsumsi kafeina sebelum tidur.
Ajaklah anak untuk berolahraga setiap hari, karena olahraga ringan bisa membantu meningkatkan kesehatan sekaligus memperbaiki kualitas tidur malam. Membuat jadwal harian pun bisa menjadi alternatif yang tepat.
Tidak kalah pentingnya, jadilah panutan dan contoh nyata terbaik untuk anak-anak. Jika orangtua ingin anak tidak terlalu banyak berinteraksi dengan gawai, maka lakukan hal yang sama. Sebagai gantinya, manfaatkan waktu untuk banyak berdiskusi dan bertukar pikiran dengan anak. Sudah pasti agar anak tidak terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gawai karena kurangnya interaksi dengan orangtuanya.
Baca juga: 5 Penyebab Depresi yang Sering Diabaikan
Tidak lupa, pantau kesehatan sang buah hati setiap saat. Kenali jika ada tanda atau gejala yang tidak biasa pada tubuhnya. Gunakan aplikasi Halodoc setiap kali ibu ingin tanya jawab dengan dokter atau membuat janji untuk berobat ke rumah sakit terdekat. Selama pandemi, tidak hanya penting untuk menjaga fisik tetap sehat, kesehatan mental pun perlu diperhatikan.
Referensi:
Today. Diakses pada 2020. New Report on Teens and Mental Health: How Screen Time Impact Kids.
Child Mind Institute. Diakses pada 2020. Screen Time During the Coronavirus Crisis.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan