Berguna Secara Medis, Ini Efek Samping Morfin pada Tubuh
Halodoc, Jakarta - Morfin adalah obat opioid yang digunakan untuk mengobati nyeri jangka pendek maupun jangka panjang. Morfin seringkali diberikan ketika seseorang akan menjalani operasi tertentu. Pada otak, morfin membantu melepaskan neurotransmitter dopamin yang menghalangi sinyal rasa sakit dan menciptakan perasaan yang menyenangkan. Itu sebabnya morfin digunakan sebagai pereda nyeri.
Morfin adalah obat yang memiliki efek samping yang serius, sehingga harus digunakan dengan dosis yang tepat dan dalam pengawasan dokter. Ada empat jenis reseptor opioid di beberapa area tubuh manusia, yakni reseptor di otak, saluran pencernaan, dan sumsum tulang belakang. Seberapa kuat opioid mengikat reseptor ini menentukan tingkat manfaat dan efek samping yang mungkin dialami oleh seseorang yang menggunakannya.
Baca juga: Jenis-Jenis Narkoba yang Perlu Diketahui
Efek Samping Morfin pada Tubuh
Melansir dari Healthline, efek samping morfin tergantung pada faktor-faktor seperti dosis, kekuatan, dan berapa lama seseorang menggunakan obat ini. Saat pertama kali mulai mengonsumsi morfin, kamu dapat mengalami efek samping, seperti:
- Mual dan muntah;
- Sembelit;
- Gatal;
- Kehilangan selera makan;
- Suhu tubuh lebih rendah;
- Kesulitan buang air kecil;
- Pernapasan lambat;
- Kantuk;
- Perubahan denyut jantung;
- Merasa letih dan lemah;
- Pusing saat berdiri;
- Kebingungan;
- Mudah gugup;
- Disfungsi ereksi.
Kalau kamu mengalami gejala baru yang tidak biasa setelah pemberian morfin oleh dokter, segera beritahu dokter untuk diperiksa lebih lanjut. Morfin bukan menjadi pilihan pertama ketika seseorang mengalami nyeri kronis dan bukan kanker. Alasannya, risiko ketergantungan dan overdosis akibat morfin sangat tinggi dan bisa menjadi masalah serius.
Baca juga: Lebih Berbahaya dari Morfin, Ini Efek Daun Kratom
Menurut CDC, 1 dari 4 pasien yang dirawat dengan morfin jangka panjang berpotensi menimbulkan gangguan penggunaan opioid. Penggunaan morfin jangka panjang menyebabkan efek samping yang memengaruhi saluran pencernaan, hormon, dan sistem kekebalan tubuh. Dampak penggunaan morfin jangka panjang, yaitu:
- Sembelit kronis;
- Nafsu makan yang buruk;
- Kembung;
- Sakit perut;
- Mulut kering;
- Penurunan berat badan.
Pada kasus yang lebih serius, penggunaan morfin dalam jangka panjang bisa menyebabkan perubahan hormon meliputi dan memicu peningkatan gula darah, gangguan menstruasi, osteoporosis dan risiko patah tulang, serta risiko infeksi yang lebih tinggi dan disfungsi seksual.
Tanda Kecanduan Morfin yang Perlu Diwaspadai
Morfin termasuk obat-obatan yang bisa bersifat adiktif. Dokter yang meresepkan morfin kepada pasien harus selalu dimonitor untuk mencegah efek kecanduan. Ada sejumlah perilaku yang bisa diamati pada seseorang yang kecanduan morfin, seperti:
- Pupil-pupil terdilatasikan;
- Sering mengantuk;
- Bicara tidak jelas;
- Kurang fokus;
- Napas dangkal.
Seseorang yang kecanduan morfin mungkin menunjukkan efek samping jangka pendek lainnya, seperti apatis, mual, kulit gatal, dan halusinasi. Ada beberapa gejala mental dan perilaku yang dapat mengindikasikan penyalahgunaan morfin, yaitu:
- Memalsukan cedera atau membahayakan diri sendiri untuk mendapatkan resep morfin dari dokter;
- Tidak menjaga kebersihan diri dengan baik;
- Penggunaan jarum bekas suntikan obat;
- Mencuri atau meminta uang untuk membeli morfin;
- Perubahan dalam bersosialisasi;
- Menarik diri dari teman dan keluarga.
Baca juga: Cek Ketergantungan Obat, Ini Fakta yang Perlu Diketahui
Kalau kamu punya pertanyaan mengenai obat-obatan ini, tanyakan kepada dokter secara detail melalui Halodoc. Lewat aplikasi, kamu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.
Referensi :
Healthline. Diakses pada 2020. Understanding the Risks and Side Effects of Using Morphine.
American Addiction Centers. Diakses pada 2020. What Are the Mental and Physical Effects of a Morphine High?.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan