Berbagai Hal yang Tingkatkan Risiko Hipertensi pada Ibu Hamil
Halodoc, Jakarta - Menjaga kesehatan ketika hamil menjadi hal yang wajib ibu lakukan. Pasalnya, ibu tidak hanya sedang melindungi tubuh dari berbagai risiko komplikasi kehamilan, tetapi juga menjaga dan melindungi janin yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam kandungan.
Salah satu gangguan kesehatan yang sering dikeluhkan oleh ibu hamil adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi gestasional. Apabila mampu dikendalikan dengan baik, tekanan darah tinggi ketika hamil tidak selalu berbahaya. Meski begitu, tetap saja hal ini bisa memicu komplikasi yang membahayakan bagi ibu dan janin.
Berbagai Hal yang Menyebabkan Hipertensi Gestasional
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipertensi ketika kehamilan, yaitu:
- Kelebihan berat badan atau obesitas.
- Kurang aktif bergerak atau melakukan aktivitas fisik.
- Kebiasaan buruk merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
- Adanya riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum mendapatkan kehamilan.
- Baru mengalami kehamilan pertama.
- Mendapatkan kehamilan kembar.
- Berusia 35 tahun atau lebih.
- Mengidap diabetes atau masalah autoimun.
Baca juga: Darah Tinggi pada Ibu Hamil, Ini Cara Mengobatinya
Memang benar, hal-hal di atas akan membuat ibu hamil lebih mudah mengalami hipertensi gestasional. Akan tetapi, ibu hamil yang sebelumnya tidak memiliki riwayat hipertensi pun tidak lepas dari masalah kehamilan ini. Terlebih jika memiliki salah satu dari berbagai faktor yang meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi berikut ini.
- Gaya Hidup Tak Sehat
Meski sedang hamil dengan berbagai macam perubahan yang ibu rasakan, tetapi jangan sampai ibu tidak menerapkan pola hidup sehat. Ini termasuk rutin berolahraga atau aktif melakukan gerakan fisik yang ringan dan tidak membahayakan, seperti berjalan kaki dan berenang. Ibu bisa juga mengikuti senam hamil atau yoga.
Lalu, jangan lupa juga untuk menjaga asupan makanan. Konsumsi makanan kaya gizi dan kurangi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Jika memang diperlukan, konsumsi juga vitamin kehamilan sesuai dengan anjuran dokter. Penuhi asupan cairan harian dan hindari kebiasaan buruk merokok maupun mengonsumsi minuman beralkohol.
Baca juga: Mengenal Bahaya Hipertensi Saat Hamil
Tidak kalah pentingnya, lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di rumah sakit terdekat. Ini bisa membantu mengetahui sekaligus mendeteksi lebih dini apabila kehamilan ibu rentan akan komplikasi yang berbahaya bagi janin dan ibu sendiri. Supaya tidak perlu lagi mengantre ketika berkunjung ke rumah sakit, sekarang ibu bisa membuat janji terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc.
- Usia
Usia ternyata juga meningkatkan risiko hipertensi pada ibu hamil. Ibu yang mendapatkan kehamilan pada usia 35 tahun atau lebih memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan ini. Bahkan, ibu yang sebelumnya memiliki riwayat darah tinggi memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi terkait dengan kehamilan.
- Jenis Kehamilan
Ibu yang baru saja mendapatkan kehamilan pertama juga berisiko mengalami hipertensi gestasional lebih tinggi. Untungnya, kemungkinan ini akan lebih rendah pada kehamilan berikutnya. Memiliki kehamilan kembar pun demikian, karena tubuh harus bekerja lebih keras untuk memberikan asupan nutrisi yang memadai pada lebih dari satu janin. Lalu, kehamilan yang didapatkan dengan cara IVF atau metode bantu lainnya juga berisiko tinggi dibandingkan dengan mendapatkan kehamilan secara alami.
Baca juga: Bumil Alami Tekanan Darah Tinggi, Ini Tips Jaga Pola Makan
Pengukuran Tekanan Darah Tinggi saat Hamil
Ketika ibu melakukan pemeriksaan kehamilan pertama, dokter akan mengukur tekanan darah ibu. Pengukuran ini akan terus dilakukan setiap ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin. Angka normal tekanan darah ketika hamil adalah kurang dari 120/80 mmHg. Sementara itu, tekanan darah pada saat hamil dikatakan tinggi apabila angkanya lebih dari 120/80 mmHg.
Sebenarnya, menjadi kondisi yang normal jika ibu mengalami penurunan tekanan darah pada awal kehamilan. Biasanya, mulai dari 5 minggu hingga pertengahan trimester kedua. Ini karena hormon kehamilan merangsang pembuluh darah untuk melebar sehingga daya tahan terhadap aliran darah tidak tinggi.