Berat Hati Melebihi Normal, Hati-Hati Perlemakan Hati
Halodoc, Jakarta - Segala yang berlebihan tidak berdampak baik, termasuk untuk kesehatan. Seperti misalnya lemak, yang menyebabkan terjadinya obesitas jika ditimbun dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan. Pada organ hati, penimbunan berlebih ini bisa mengakibatkan perlemakan hati.
Gangguan kesehatan satu ini tidak termasuk dalam kategori berbahaya berdasarkan pengamatan medis dari para dokter. Meski begitu, kondisi ini memicu terjadinya sirosis dan kerusakan hati apabila terjadi secara terus-menerus. Lemak dalam hati adalah hal yang normal terjadi. Namun, apabila kadarnya telah melebihi rentang antara 5 hingga 10 persen dari berat organ itu akan menyebabkan munculnya komplikasi yang terbilang serius.
Sesuai dengan penyebab yang melatarbelakanginya, perlemakan hati terbagi menjadi dua, yaitu perlemakan hati yang disebabkan karena alkohol, dan perlemakan hati yang bersifat nonalkohol. Penyakit ini juga bisa menyerang ibu hamil meski jarang terjadi. Biasanya, usia 40 hingga 60 tahun merupakan usia paling rentang terserang penyakit ini.
Perlemakan Hati karena Alkohol
Perlemakan hati mungkin terjadi pada orang yang sering mengonsumsi alkohol, baik itu dalam jumlah sedang atau banyak. Gangguan kesehatan ini juga dapat terjadi ketika seseorang minum terlalu banyak dalam waktu singkat, yang dikenal dengan penyakit hati alkoholik akut.
Pada kasus yang disebabkan karena alkohol, penyakit perlemakan hati dapat disembuhkan, tetapi bisa menjadi semakin buruk. Ketika terjadi pengerasan hati atau sirosis hati, diikuti dengan penurunan fungsi hati dan menyebabkan terjadinya retensi cairan, perdarahan dalam, penyakit kuning, pengecilan otot, hingga kegagalan fungsi hati.
Perlemakan Hati Non Alkohol
Di Indonesia, kasus perlemakan hati nonalkohol lebih banyak terjadi dibandingkan dengan perlemakan hati yang disebabkan karena alkohol. Tingkat keparahan penyakit ini terbagi menjadi 2, yaitu steatosis atau perlemakan hati biasa dan Non Alcoholic Steatohepatitis (NASH). Jenis yang kedua memicu terjadinya peradangan dan kerusakan pada sel hati yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya fibrosis atau jaringan parut pada hati.
Sebesar 80 persen kasus perlemakan hati nonalkohol ini disebabkan oleh faktor kelebihan berat badan atau obesitas, sementara penyebab sisanya bisa karena kehamilan, diabetes, keracunan, dislipidemia, diet rendah protein, dan kurang gizi. Oleh karena itulah, penyakit ini banyak diidap oleh orang-orang yang memiliki riwayat obesitas atau diabetes tipe 2.
Pencegahan Perlemakan Hati
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah perlemakan hati dengan mengurangi hal-hal yang memicu munculnya risiko penyakit ini, seperti menjaga berat badan dan mengurangi mengonsumsi minuman beralkohol.
Namun, apabila pengidap telah mengalami sirosis yang cukup parah, maka dokter menyarankan untuk melakukan transplantasi hati dengan membuang bagian hati yang rusak dan menggantinya dengan yang baru dan sehat.
Jadi, jangan anggap remeh perut buncit, karena bisa saja kondisi tersebut mengindikasikan gejala terjadinya perlemakan hati. Ikuti berbagai update terbaru mengenai kesehatan dan tips hidup sehat dengan download aplikasi Halodoc. Tak hanya itu, aplikasi Halodoc juga bisa kamu pakai untuk Tanya Dokter, Beli Obat dan Vitamin, juga Cek Lab di mana saja, kapan saja.
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan