Berat Badan Turun Drastis Bisa Jadi Gejala HIV dan AIDS

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   09 Oktober 2020
Berat Badan Turun Drastis Bisa Jadi Gejala HIV dan AIDS Berat Badan Turun Drastis Bisa Jadi Gejala HIV dan AIDS

Halodoc, Jakarta - Apakah kamu termasuk orang yang memiliki risiko tinggi terpapar HIV dan AIDS? Seperti misal sering berganti pasangan seksual atau kerap menggunakan narkoba dengan jarum suntik yang tidak steril? Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti apakah kamu mengidap HIV adalah dengan melakukan tes. Kamu tidak dapat mengandalkan gejala untuk mengetahui apakah mengidap HIV atau tidak. 

Beberapa orang pun kerap menganggap bahwa salah satu gejala HIV/AIDS adalah mengalami penurunan berat badan yang drastis. Namun, ini bisa saja terjadi karena kondisi lain. Meski faktanya, penurunan berat badan yang cepat dan drastis memang merupakan salah satu gejala HIV yang perlu diwaspadai.

Baca juga: Inilah Cara Penularan HIV yang Perlu Diwaspadai 

Penurunan Berat Badan sebagai Gejala HIV AIDS

Penurunan berat badan yang parah dan tidak dapat dijelaskan adalah gejala serius dari infeksi HIV tingkat lanjut atau tingkat tiga. Kondisi ini disebut juga dengan wasting atau cachexia, yang kini jarang terjadi karena efektivitas pengobatan HIV (ARV).

Penurunan berat badan yang parah didefinisikan sebagai penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan lebih dari 10 persen selama 12 bulan. Biasanya disebabkan oleh kesulitan menyerap makanan (karena infeksi usus seperti giardia, microsporidia, dan cryptosporidium). Penurunan atau penurunan berat badan yang parah mengancam nyawa, tetapi kondisi ini biasanya pulih setelah memulai ARV.

Penyebab perubahan tubuh pada HIV belum sepenuhnya dipahami. Dalam beberapa kasus, perubahan tubuh dapat diakibatkan oleh beberapa kombinasi efek samping obat, perubahan dalam tubuh yang terjadi saat terapi antiretroviral mengarah pada sistem kekebalan yang lebih kuat dan efek penyakit HIV itu sendiri, terutama bagaimana HIV memengaruhi cara penyimpanan tubuh dan menggunakan lemak darah. Dalam kasus lain, perubahan tubuh ini adalah tipe yang sama yang terlihat pada orang HIV negatif dan merupakan hasil dari pola makan yang tidak sehat, kurang olahraga, dan penuaan.

Seiring dengan perlambatan bertahap metabolisme yang umum terjadi seiring bertambahnya usia, penambahan berat badan dapat terjadi pada orang dengan HIV dengan cara yang sama seperti orang yang tidak memiliki HIV. Orang dengan HIV, seperti orang lain, bisa saja menambah berat badan karena makan terlalu banyak makanan yang salah, tidak berolahraga atau keduanya. Namun, ada beberapa faktor terkait penyakit HIV yang dapat menyebabkan perubahan berat badan dan tubuh yang merupakan bagian dari sindrom lipodistrofi.

Baca juga: Kenali 5 Mitos tentang HIV-AIDS

Penyebab Lain Penurunan Berat Badan Pengidap HIV

Beberapa orang dengan HIV sangat mungkin untuk mengalami penurunan berat badan. Penurunan berat badan yang direncanakan bisa jadi hasil dari olahraga dan diet, tetapi penurunan berat badan yang tidak disengaja memiliki banyak kemungkinan penyebab dan bisa terkait HIV atau tidak. Penyebab umumnya meliputi:

  • Depresi, yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan minat makan.
  • Hipertiroidisme, suatu kondisi yang disebabkan oleh tiroid yang terlalu aktif yang menyebabkan pembakaran kalori dengan cepat.
  • Masalah dengan mulut, gigi atau tenggorokan yang membuat makan terasa sakit.
  • Infeksi, termasuk yang disebabkan oleh parasit.
  • Kanker.

Namun, jika penurunan berat badan terkait dengan wasting, maka kondisi yang kompleks ini membutuhkan pendekatan multi-langkah, termasuk di antaranya adalah:

  • Terapi antiretroviral (ARV).
  • Stimulasi nafsu makan, jika diperlukan, dan suplementasi diet yang tepat untuk meningkatkan kalori dan memberi nutrisi. 
  • Terapi penggantian hormon, terutama testosteron, yang sesuai.
  • Suplementasi glutamin. 
  • Perawatan untuk apapun yang memengaruhi asupan dan penyerapan makanan, seperti mual atau masalah pada mulut.
  • Perawatan untuk infeksi apa pun.
  • Dalam kasus yang lebih lanjut juga mungkin dibutuhkan terapi hormon pertumbuhan manusia.

Baca juga: Harus Tahu, HIV dan AIDS Itu Berbeda

Ingat, saat kamu atau seseorang didiagnosis HIV, bukan berarti hidupnya akan berakhir. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, banyak pengidap HIV yang masih bisa hidup normal seperti kebanyakan orang. 

Namun, jika kamu masih memiliki pertanyaan terkait HIV, jangan sungkan untuk bertanya pada dokter di Halodoc ya. Dokter akan memberikan semua informasi yang kamu butuhkan mengenai masalah kesehatan yang kamu alami.

Referensi:
Canada's Source for HIV and Hepatitis C Information. Diakses pada 2020. A Practical Guide to HIV Drug Side Effects.
HIV i-BASE. Diakses pada 2020. 5 Opportunistic Infections (OIs) and Coinfections.
Minority HIV/AIDS Fund - U.S. Department of Health & Human Services. Diakses pada 2020. Symptoms of HIV.
WebMD. Diakses pada 2020. AIDS Wasting Syndrome.