Benarkah Vaksin COVID-19 Sebabkan Infertilitas dan Keguguran?
“Rumor tentang vaksin COVID-19 bisa menyebabkan infertilitas dan keguguran berawal dari kekeliruan peneliti saat melakukan studi. Kenyataannya isu tersebut tidak terbukti. Hingga saat ini bukti ilmiah menunjukkan vaksin COVID-19 tidak menghambat siapapun untuk hamil dan tidak juga menyebabkan keguguran.”
Jakarta, Halodoc – Sebelum vaksin COVID-19 diperbolehkan untuk ibu hamil, dokter dan para ahli sangat berhati-hati untuk merekomendasikannya. Itulah sebabnya di awal adanya vaksin COVID-19 keputusan untuk memberikan vaksin pada ibu hamil dihindari. Namun, tentu saja penelitian terus berjalan, dan sekarang banyak data yang membuktikan keamanan untuk memberikan vaksin COVID-19 pada ibu hamil. Vaksin COVID-19 pada bumil menjadi salah satu upaya pencegahan penularan virus corona pada kelompok tersebut.
Baru-baru ini beredar isu bahwa pemberian vaksin COVID-19 bisa menyebabkan infertilitas dan keguguran. Teori ini berasal dari kekeliruan dalam membaca sebuah studi yang diajukan ke regulator Jepang. Ada juga kabar yang menyoroti terjadinya keguguran setelah vaksinasi. Kejadian ini dilaporkan ke skema pemantauan vaksin, termasuk skema Yellow Card oleh Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) di Inggris dan Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) di Amerika Serikat. Lantas seperti apa fakta sebenarnya?
Baca juga: Apakah Vaksin Corona Menimbulkan Efek Samping?
Kekeliruan tentang Vaksin COVID-19 yang Sebabkan Infertilitas
Meskipun masih kurangnya bukti ilmiah, cerita beberapa orang yang melaporkan bahwa vaksin COVID-19 mempengaruhi kesuburan dan bisa menyebabkan keguguran masih menjadi rumor di negara-negara global.
Melansir dari BBC, sebuah studi melibatan pemberian vaksin pada tikus dengan dosis yang jauh lebih tinggi daripada yang diberikan kepada manusia. Hanya 0,1 persen dari total dosis yang berakhir di ovarium hewan, 48 jam setelah infeksi. Kebanyakan dosis vaksin yang beredar ditemukan di tempat suntikan (pada manusia biasanya lengan) sebanyak 25 persen setelah 48 jam dan hati sebanyak 16 persen setelah 48 jam.
Vaksin diberikan menggunakan gelembung lemak yang mengandung materi genetik virus dan membentuk sistem kekebalan tubuh. Pihak yang keliru membaca studi, menyebutkan angka yang sebenarnya mengacu pada konsentrasi lemak yang ditemukan di ovarium.
Kadar lemak di ovarium memang meningkat dalam 48 jam setelah vaksinasi, hal ini karena isi vaksin berpindah dari tempat suntikan ke seluruh tubuh. Namun yang terpenting, tidak ada bukti bahwa itu masih mengandung materi genetik virus.
Dilansir dari Nature, sebuah studi toksisitas perkembangan dan reproduksi menunjukan bahwa vaksin COVID-19 tidak menghambat hewan uji coba (tikus betina dan anjing) untuk hamil, atau membahayakan anak anjing di dalam kandungan induknya.
Baca juga: Ini Alasan Tidak Boleh Langsung Pulang Setelah Vaksin Corona
Kekeliruan tentang Vaksin COVID-19 Sebabkan Keguguran
Ada peristiwa keguguran yang dilaporkan dalam database Yellow Card MHRA dan VAERS, tapi ini bukan berarti disebabkan oleh vaksin COVID-19. Petisi yang diumumkan dari Michael Yeadon, seorang peneliti yang membuat pernyataan keliru tentang COVID-19, mengklaim protein virus corona yang terkandung dalam vaksin Pfizer dan Moderna mirip dengan protein yang disebut syncytin-1, yang terlibat dalam pembentukan plasenta.
Dia berspekulasi bahwa protein itulah yang menyebabkan antibodi virus menyerang kehamilan yang sedang berkembang. Beberapa ahli juga mempercayai hal ini, sehingga beredarlah rumor bahwa vaksin COVID-19 membahayakan kesuburan dan kandungan.
Faktanya syncytin-1 dan protein virus corona yang tidak aktif hampir sama seperti dua protein acak lainnya. Jika tubuh mudah bingung, ia akan menyerang organnya sendiri setiap kali terinfeksi dan mengembangkan antibodi.
Justru akan lebih berbahaya jika ibu hamil tidak mendapatkan vaksin COVID-19, karena infeksi virus corona dikhawatirkan dapat memengaruhi perkembangan janin dan kesehatan ibu sendiri. Pada ibu hamil, manfaat vaksin COVID-19 lebih besar daripada potensi risikonya, sehingga ibu hamil sangat direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin COVID-19.
Baca juga: Persiapkan Hal Ini Sebelum Mendapatkan Vaksinasi COVID-19
Hingga saat ini tidak ada bukti yang mendukung bahwa vaksin COVID-19 bisa menyebabkan infertilitas atau keguguran pada wanita hamil.
Itulah yang perlu dipahami mengenai kekeliruan dari vaksin COVID-19 yang bisa sebabkan infertilitas dan keguguran. Agar lebih yakin dan menyesuaikan dengan kondisi kesehatan, tidak ada salahnya berdiskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc sebelum mendapatkan vaksin. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!
Referensi: