Benarkah Pemfigoid Bulosa Bisa Menular?
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar penyakit pemfigoid bulosa yang ditandai dengan dengan timbulnya bula subepidermal (lepuhan) yang besar dan bergaris di atas kulit yang kemerahan? Kalau belum, penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang diawali dengan kemerahan atau ruam (urtikaria). Kemudian, ruam ini bisa berubah menjadi lenting besar berisi cairan setelah beberapa minggu atau bulan.
Cairan di dalam lenting ini biasanya bening, tapi bisa berubah menjadi sedikit keruh atau terdapat bercak darah. Lenting biasanya muncul di area-area lipatan kulit, seperti ketiak, paha atas, dan perut bagian bawah. Pada kasus yang parah, lepuh juga bisa menutupi sebagian besar kulit, termasuk bagian dalam mulut.
Baca juga: Tidak Hanya Lenting Besar, Ini Gejala Lain Pemfigoid Bulosa
Dalam kebanyakan kasus, penyakit pemfigoid bulosa umum terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun. Hati-hati, penyakit ini sangat berbahaya bila pengidapnya memiliki kondisi kesehatan yang buruk.
Lalu, karena berkaitan dengan kulit, apakah penyakit ini bisa menular seperti cacar air?
Pemfigoid Bulosa Bisa Menular?
Pemfigoid bulosa merupakan penyakit autoimun. Penyakit autoimun ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Sistem imun ini malah memproduksi antibodi yang menyerang jaringan yang sehat di dalam tubuh sendiri.
Nah, yang perlu digarisbawahi, penyakit autoimun tidaklah menular. Pada orang normal, imun tubuh ini berfungsi untuk mencegah terjadi infeksi (bakteri, parasit, jamur, maupun benda asing). Namun, pada orang dengan penyakit ini, imun tubuh mendeteksi bagian tubuh sebagai ancaman dan menyerang sel tubuh secara sendiri. Jadi, dengan kata lain, penyakit pemfigoid bulosa tidaklah menular.
Baca juga: Penyebab dari Pemfigoid Bulosa yang Perlu Diketahui
Kenali Gejalanya
Gejala utama pemfigoid bulosa adalah munculnya bula berisi cairan berwarna jernih yang tidak mudah pecah ketika disentuh. Terkadang, cairan ini juga bercampur dengan darah. Selain itu, muncul juga rasa gatal dan sensasi kulit terbakar yang membuat tidak nyaman. Bula biasanya muncul di perut bagian bawah, pangkal paha, dan lengan.
Sedangkan area lainnya, yang mungkin menjadi tempat munculnya bula adalah lipatan kulit di sisi dalam sendi, paha, atau siku. Namun, pada beberapa kasus, pemfigoid bulosa juga bisa berkembang di mulut. Bila bula pecah, maka dapat membentuk ulkus atau luka terbuka.
Awasi Penyebab Pemfigoid Bulosa
Penyakit ini akan menyerang jaringan kulit, sehingga menimbulkan peradangan yang menyebabkan lapisan terluar kulit (epidermis) terpisah dengan lapisan kulit dibawahnya (dermis), dan muncul luka lepuh. Lalu, apa sih yang menyebabkan penyakit ini?
Sampai saat ini, penyebab pemfigoid bulosa masih belum jelas. Namun, kemungkinan penyakit ini ada kaitannya dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, efek yang ditimbulkan oleh penyakit lain, atau karena efek samping obat.
Penyebab lainnya dari pemfigoid bulosa, yaitu:
-
Obat. Penggunaan beberapa obat sekaligus dapat memicu pemfigoid bulosa, di antaranya penisilin, etanercept (Enbrel), sulfasalazine (Azulfidine), dan furosemide (Lasix).
-
Terapi cahaya serta radiasi. Penggunaan terapi sinar UV untuk mengobati penyakit kulit tertentu dapat memicu pemfigoid bulosa. Contohnya, terapi radiasi untuk pengobatan kanker.
-
Mengidap penyakit tertentu. Misalnya, radang sendi, diabetes, psoriasis, kolitis ulseratif, penyakit Parkinson, stroke, epilepsi, hingga multiple sclerosis.
Baca juga: Begini Pengobatan untuk Atasi Pemfigoid Bulosa
Memiliki masalah pada sistem imun? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan