Benarkah Kehamilan Kembar Berisiko Alami Gawat Janin?
Halodoc Jakarta - Gawat janin adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanda-tanda bahwa bayi di dalam kandungan sedang tidak sehat atau tidak mampu mengatasi tuntutan persalinan dengan baik. Kondisi ini cukup tidak biasa. Jika ibu dan bayi yang belum lahir dalam keadaan sehat, kecil kemungkinannya bayi akan tertekan saat lahir.
Salah faktor risiko gawat janin adalah kehamilan kembar, namun masih banyak faktor lainnya. gangguan janin dapat terjadi karena berbagai alasan. Bayi bisa mengalami tekanan jika janin lebih kecil dari ukuran biasanya, suplai oksigen melalui tali pusat berkurang karena beberapa alasan, dan adanya kontraksi yang datang terlalu cepat.
Baca juga: 4 Dampak Kekurangan Berat Badan Saat Hami
Faktor yang Sebabkan Gawat Janin pada Kehamilan
Normalnya, selama mengandung ibu akan merasa pergerakan maupun perpindahan posisi bayi dari satu sisi ke sisi lainnya. Gerakan bayi terkadang mengalami perubahan, khususnya saat mendekati tanggal hari perkiraan lahir (HPL).
Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan gawat janin. American Pregnancy Association menyebutkan, kehamilan kembar bisa berisiko alami gawat janin. Namun, ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gawat janin, yaitu:
- Terjadi gangguan pada plasenta yang menyebabkan terganggunya pasokan oksigen dan nutrisi pada janin.
- Kontraksi datang lebih cepat dan kuat.
- Kehamilan lebih dari 42 minggu.
- Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun.
- Mengalami gangguan kehamilan, seperti preeklampsia, polihidramnion atau oligohidramnion dan hipertensi selama kehamilan.
- Ibu memiliki gangguan anemia, hipertensi, asma, atau hipotiroidisme.
Ibu hamil perlu khawatir jika pergerakan bayi di dalam kandungan tidak sesering biasanya, atau semakin sedikit dari hari ke hari. Kondisi ini dapat menjadi gejala adanya masalah pada tumbuh kembang bayi, hingga berisiko mengalami gawat janin. Jika terjadi demikian, sebaiknya segera pergi ke rumah sakit terdekat untuk memastikan kesehatan ibu dan janin di dalam kandungan.
Baca juga: Perut Kram saat Hamil, Pertanda Apa?
Cara Dokter Mengetahui Terjadinya Gawat Janin
Ada beberapa cara bagi dokter untuk mengetahui keadaan bayi. Salah satu tanda pertama bahwa bayi sedang mengalami gawat janin yaitu adanya kotoran bayi (mekonium) yang muncul di air ketuban saat pecah. Biasanya, cairan ketuban bening, dengan sedikit warna merah jambu, kuning, atau merah.
Namun, jika cairan ketuban berwarna coklat atau hijau, maka tandanya bayi sudah melewati mekonium. Mekonium tua cenderung berwarna coklat, sedangkan mekonium yang baru lewat berwarna kehijauan.
Warna dan ketebalan mekonium itu penting, sehingga dokter mungkin ingin memeriksanya. Mekonium tebah lebih menjadi perhatian dibanding mekonium tipis, karena dapat menyebabkan masalah jika masuk ke saluran napas bayi. Tentu saja dokter akan memantau detak jantung bayi.
Ada dua metode utama untuk memantau bayi, yaitu intermiten (pada interval), juga disebut auskultasi intermiten dan continuous electronic fetal monitoring (EFM). Saat persalinan tiba, dokter akan memulai perawatan untuk membersihkan saluran udara pada bayi segera setelah ia lahir.
Kebanyakan bayi akan membaik dengan pengobatan dan bisa pulih sepenuhnya. Jika sudah ada tanda-tanda mekonium, tapi bayi tidak menghirupnya, bayi akan tetap diobservasi setelah lahir untuk mencari tanda-tanda gangguan pernapasan.
Baca juga: Ini Pergerakan Bayi di Dalam Kandungan
Kemungkinan besar tidak ada cara yang dapat ibu lakukan untuk mencegah terjadinya gawat janin. Untuk itu sangat penting untuk melakukan kontrol kandungan secara rutin untuk mengetahui tumbuh dan kembang janin selama kehamilan.
Jika ibu mengalami adanya gangguan selama kehamilan disaat yang tidak diduga-duga, segera bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc mengenai kemungkinan yang terjadi. Interaksi dengan dokter dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, karena bisa melalui Chat atau Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc sekarang!