Benarkah Genophobia Sering Terjadi pada Wanita? Ini Faktanya
“Genophobia lebih rentan terjadi pada wanita karena faktor risikonya yang lebih tinggi. Namun, tidak menutup kemungkinan juga jika pria bisa mengalaminya.”
Halodoc, Jakarta – Genophobia adalah kondisi yang menyebabkan seseorang merasa takut secara berlebihan untuk melakukan hubungan seksual. Bahkan hal ini bisa terjadi pada seseorang dengan pasangan yang dicintai.
Meski begitu, banyak orang yang menganggap jika fobia ini lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan pria. Maka dari itu, penelitian terkait hal ini masih terus dilakukan.
Genophobia Lebih Banyak Terjadi pada Wanita
Layaknya kebanyakan fobia, genophobia kemungkinan besar dialami setelah terjadinya trauma parah. Pemerkosaan dan penganiayaan dapat menjadi pemicu umum terjadinya kondisi ini yang memang lebih rentan terjadi pada wanita.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan pria juga dapat mengalaminya disebabkan oleh disfungsi ereksi atau rasa takut terkait performa seksual diri. Baik pria dan wanita, keduanya membutuhkan penanganan secara medis.
Ada beberapa penyebab terjadinya genophobia pada wanita, antara lain:
1. Vaginismus
Kondisi ini terjadi saat otot-otot pada vagina mengencang tanpa sadar saat penetrasi dilakukan ke vagina. Hal ini menyebabkan hubungan seksual menimbulkan rasa sakit atau sulit dilakukan.
Jika terus dicoba dan ternyata hasilnya masih sama, maka perasaan takut dalam melakukan hubungan seksual bisa terjadi. Sehingga, wanita bisa mengalami genophobia sebagai akibatnya.
2. Pernah Mengalami Pelecehan Seksual
Seseorang yang pernah mengalami pelecehan di masa lalu dapat menyebabkan PTSD. Hal ini dapat memengaruhi cara pandang terkait keintiman atau seks. Dengan begitu, seseorang yang mengalaminya bisa mengidap genophobia.
Ada banyak sumber yang menyebut jika pelecehan seksual lebih rentan terjadi pada wanita, sehingga risiko untuk mengalami fobia ini tentu juga lebih tinggi. Penanganan dari ahlinya perlu dilakukan agar masalahnya bisa teratasi.
3. Trauma Pemerkosaan
Seseorang yang pernah mengalami pemerkosaan atau penyerangan seksual lebih rentan mengalami PTSD. Pengalaman ini juga dapat menyebabkan seseorang mengalami disfungsi seksual, termasuk perasaan takut untuk berhubungan seksual. Pada akhirnya, genophobia bisa dialami sebagai akibat perasaan takut yang menumpuk tersebut.
4. Dysmorphia
Dysmorphia adalah perasaan malu pada tubuh sendiri, sehingga berdampak pada kepuasaan seksual dan menimbulkan kecemasan. Kondisi ini bahkan membuat seseorang menghindari atau takut untuk melakukan hubungan seksual. Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan wanita mengalami genophobia.
Cara Penanganan Genophobia
Fobia ini dapat diobati dengan cara mengatasi penyebabnya. Jika disebabkan oleh fisik, seperti vaginismus, maka pengobatan medis bisa segera dilakukan.
Tindakan pengobatan yang umum dilakukan untuk mengatasi fobia adalah psikoterapi. Beberapa tindakan psikoterapi yang bisa dilakukan adalah terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi paparan.
Cara ini dilakukan untuk mengembangkan cara berpikir alternatif terkait fobia. Sehingga, pengidapnya dapat mengatasi reaksi fisik yang memicunya. Ahli medis juga dapat menempatkan seseorang dalam situasi yang ditakut agar belajar cara mencari jalan keluar sendiri.
Itulah pembahasan mengenai genophobia, fobia yang menyebabkan seseorang takut dalam melakukan hubungan seksual. Wanita lebih rentan untuk mengalami kondisi ini mengacu pada berbagai penyebabnya. Jika kamu mengalami kondisi ini, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan pada ahlinya.
Kamu bisa lho melakukan pemesanan untuk pemeriksaan kesehatan mental pada rumah sakit yang bekerja sama dengan Halodoc. Cukup dengan download aplikasi Halodoc, segala kemudahan dalam akses kesehatan bisa didapatkan melalui smartphone di tangan. Makanya, unduh aplikasinya sekarang juga!
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2022. Genophobia and How to Treat a Fear of Sex.
Very Well Mind. Diakses pada 2022. Genophobia or the Fear of Sexual Intercourse.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan