Begini Proses Penularan HIV dan AIDS dari Ibu Hamil ke Janin

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   17 Juni 2020
Begini Proses Penularan HIV dan AIDS dari Ibu Hamil ke JaninBegini Proses Penularan HIV dan AIDS dari Ibu Hamil ke Janin

Halodoc, Jakarta - Seorang ibu hamil yang dinyatakan positif HIV/AIDS dapat menularkan virus tersebut pada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. HIV/AIDS paling mudah ditularkan melalui darah. Sementara itu, janin dalam kandungan ibunya mendapatkan asupan makanan dari darah melalui tali plasenta. 

Bayi atau janin dalam kandungan makan lewat tali plasenta. Peristiwa ini menjadi tempat darah bertukar, karena virus HIV/AIDS ada di dalam darah. Itulah proses penularan HIV/AID dari ibu ke janin. Maka itu, ibu hamil yang terdeteksi positif HIV wajib meminum obat antiretroviral (ARV). Cara ini sangat efektif untuk menekan jumlah virus dalam darah, sehingga mengurangi risiko penularan. 

Penularan HIV dari Ibu ke Janin

Pada dasarnya, risiko penularan HIV/AIDS dari ibu hamil yang positif kemungkinannya sekitar 2-10 persen. Penularan dapat terjadi sejak masa awal kehamilan, persalinan, hingga menyusui. Kebanyakan anak di bawah usia 10 tahun yang tertular HIV dari ibunya, terjadi sejak dalam kandungan. 

Itulah sebabnya, ibu hamil yang positif HIV harus rutin melakukan pemeriksaan darah untuk membantu ibu mendeteksi segala kemungkinan sedini mungkin. Tindakan ini sangat membantu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menekan risiko kemungkinan tertular pada janin. 

Baca juga: Jenis Persalinan untuk Ibu Hamil Pengidap HIV

Untuk mengetahui proses penularan virus HIV dari ibu ke janin perlu dilakukan pemeriksaan. Melalui serangkaian pemeriksaan, setidaknya dapat diketahui kapan kemungkinan bayi mulai terinfeksi. Penularan dalam kandungan terjadi melalui tali plasenta, saat terjadi pertukaran asupan makanan untuk janin. 

Selain dapat menular sejak dalam kandungan, biasanya seorang anak dapat mengalami HIV saat peristiwa persalinan. Pada tahap ini, bayi dapat tertular darah atau cairan milik ibu yang terinfeksi HIV. Umumnya cairan ini mungkin telah terminum oleh bayi, sehingga virus yang terkandung di dalamnya mulai menginfeksi tubuh bayi. 

Ibu yang positif terinfeksi HIV biasanya ditemukan virus pada cairan yang keluar dari sekitar area organ intim. Di samping itu, sekitar 21 persen dari virus itu juga ditemukan pada bayi yang dilahirkan. Hanya saja besarnya paparan pada proses persalinan sangat dipengaruhi dengan beberapa faktor. Seperti kadar HIV pada cairan vagina, cara persalinan, ulkus serviks, dan permukaan dinding vagina. Selain itu, ada pula faktor infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, serta persalinan prematur yang juga dapat memengaruhinya. 

Baca juga: Ibu Hamil Wajib Lakukan Pemeriksaan Darah, Kenapa?

Perlu diketahui juga bahwa penularan HIV juga dapat terjadi selama ibu menyusui bayi. Proses penularan melalui air susu ibu (ASI) bahkan dapat meningkat hingga dua kali lipat. Risiko penularan melalui ASI dapat mencapai 5 hingga 20 persen. HIV dapat terkandung dalam ASI dalam jumlah yang cukup banyak. 

Selain melalui ASI, beberapa kondisi ketika menyusui juga bisa meningkatkan risiko penularan HIV. Seperti terjadinya luka di sekitar puting susu, luka di mulut bayi, hingga terganggunya fungsi kekebalan tubuh bayi. Risiko penularan HIV melalui ASI dan proses menyusui terjadi pada 3 dari 100 anak per tahun. 

Namun, ibu tidak perlu khawatir, ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke janin. Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi obat antiretroviral untuk mencegah penularan pada janin. Hanya saja untuk mengonsumsi obat ini ibu harus mendapatkan rekomendasi dari dokter. Maka itu, sebaiknya lakukan pemeriksaan kandungan secara rutin, apalagi jika ibu memiliki riwayat atau potensi untuk memiliki HIV/AIDS.

Baca juga: Pengidap HIV Masih Boleh Menyusui, Ini Syaratnya

Jika ibu memiliki keluhan seputar kehamilan, ibu juga dapat menanyakannya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tanpa perlu repot, ibu bisa berdiskusi dengan dokter kapan dan di mana saja. Ayo, segera download aplikasi Halodoc ya!

Referensi:
WHO. Diakses pada 2020. Mother-to-child transmission of HIV.
CDC. Diakses pada 2020. HIV and Pregnant Women, Infants, and Children.