Begini Perbedaan Gejala Anemia Aplastik dengan Anemia Pernisiosa
Halodoc, Jakarta – Anemia terjadi saat seseorang kekurangan sel darah merah yang “sehat”, yaitu sel darah merah yang mengandung hemoglobin yang cukup. Sebab, sel darah merah yang mengandung hemoglobin cukup dibutuhkan tubuh untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Anemia terjadi saat tubuh memiliki jumlah sel darah merah lebih sedikit dari jumlah normal. Kadar hemoglobin yang terlalu rendah juga menjadi salah satu pemicu anemia.
Ada banyak jenis anemia yang bisa terjadi dan menyerang seseorang. Dua di antaranya adalah anemia aplastik dan anemia pernisiosa. Lantas, apa perbedaan antara kedua jenis anemia tersebut? Berikut gejala-gejala penyakit anemia aplastik dan anemia pernisiosa yang perlu diketahui!
Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah jenis kelainan darah yang terjadi karena sumsum tulang belakang berhenti memproduksi sel darah baru, entah sel darah merah, darah putih, maupun trombosit. Sebab di dalam tubuh manusia, setiap sel darah memiliki peran yang berbeda-beda. Anemia aplastik sebenarnya adalah penyakit langka yang bisa terjadi pada wanita maupun pria.
Meski bisa menyerang siapa saja, di usia berapapun, anemia aplastik paling banyak ditemui pada orang dewasa berusia 20-an dan usia lanjut. Penyakit ini sering menimbulkan gejala khas anemia, seperti sering merasa lemas, kurang tenaga, serta lebih mudah terserang infeksi dan perdarahan secara berlebihan.
Baca juga: Termasuk Jenis Anemia, Apa Itu Anemia Aplastik?
Jika dilihat dari penyebabnya, anemia aplastik dibagi ke dalam dua jenis, yaitu anemia aplastik keturunan dan anemia aplastik bukan keturunan. Sesuai namanya, perbedaan pada kedua jenis anemia tersebut ada pada penyebabnya. Anemia aplastik bukan keturunan, biasanya terjadi pada orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun.
Pada dasarnya, gejala dari penyakit ini bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis sel darah mana yang rendah. Jika anemia aplastik terjadi karena sel darah merah rendah, gejala yang sering muncul adalah kesulitan bernapas, kelelahan, merasa pusing dan sakit kepala, nyeri dada, detak jantung tak teratur, serta wajah menjadi pucat.
Baca juga: Bisakah Pengidap Anemia Aplastik Sembuh Total?
Anemia Pernisiosa
Berbeda dengan anemia aplastik, anemia pernisiosa terjadi karena tubuh kekurangan asupan vitamin B12. Padahal, tubuh membutuhkan asupan vitamin B12 untuk menghasilkan sel darah merah yang dapat berfungsi normal. Nama lain dari penyakit ini adalah anemia megaloblastik.
Salah satu pemicu terjadinya anemia pernisiosa adalah penyakit autoimun. Sebab, sistem imun pengidap penyakit ini menyerang bagian saluran cerna yang memproduksi faktor intrinsik dan menyebabkan tubuh tidak bisa menyerap vitamin B12. Penyakit ini juga bisa terjadi karena kekurangan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12, seperti daging, ikan, dan produk susu.
Kurangnya vitamin B12 dalam tubuh juga bisa terjadi karena banyak faktor lainnya, terutama kondisi yang memengaruhi saluran cerna. Pembedahan peradangan, infeksi, efek samping obat, penyakit jantung kongestif, kerusakan liver, hamil, mengidap kanker, serta gangguan darah bisa menjadi penyebab tubuh kekurangan vitamin B12.
Gejala dari anemia pernisiosa biasanya berkembang secara perlahan, tergantung pada berat atau tidaknya kekurangan vitamin B12 yang terjadi. Ada beberapa gejala yang bisa terjadi sebagai tanda penyakit ini, di antaranya sering merasa lemas atau lemah, pusing, nyeri dada, kehilangan kesadaran alias pingsan, sulit berkonsentrasi, mual dan muntah, nafsu makan menurun, serta mudah lupa dan merasa bingung.
Baca juga: Hati-Hati, Ini Bahayanya Penyakit Anemia Pernisiosa
Cari tahu lebih lanjut seputar gejala penyakit anemia aplastik dan anemia pernisiosa dengan bertanya ke dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!