Begini Cara Orangtua Mendampingi Anak yang Alami PTSD
Halodoc, Jakarta – Post-traumatic stress disorder atau PTSD adalah masalah kesehatan mental yang disebabkan oleh pengalaman traumatis. Masalah kesehatan mental ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak. Anak dengan PTSD akan terus memiliki pikiran dan kenangan yang menakutkan dari peristiwa masa lalu. Itulah mengapa dukungan dari orangtua sangat dibutuhkan agar anak dapat pulih dari PTSD dengan cara yang sehat.
Baca juga: PTSD Berbeda dengan Trauma, Ini Penjelasannya
Seorang anak bisa mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) bila ia mengalami atau menyaksikan secara langsung peristiwa traumatis. Berikut ini contoh-contoh peristiwa traumatis yang dapat menyebabkan anak mengalami PTSD:
-
Kecelakaan buruk, seperti kecelakaan mobil atau kereta api.
-
Prosedur medis invasif, terutama untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun.
-
Bencana alam, seperti banjir atau gempa bumi.
-
Tragedi yang disebabkan manusia, seperti pemboman.
-
Serangan dari orang lain, seperti penjambretan, pemerkosaan, penyiksaan, atau penculikan.
-
Kekerasan fisik.
-
Kekerasan seksual.
-
Pelecehan emosional atau bullying.
Kenali Gejala PTSD pada Anak
Anak-anak dan remaja dengan PTSD biasanya akan merasakan banyak tekanan secara emosional dan fisik ketika berada pada situasi yang mengingatkannya kembali akan peristiwa traumatis yang pernah dialami sebelumnya. Mereka mungkin akan mengalami mimpi buruk dan kenangan yang mengganggu di siang hari. Berikut ini gejala-gejala PTSD yang juga bisa dialami oleh anak:
-
Memiliki masalah tidur.
-
Merasa tertekan atau kesal.
-
Merasa gugup, gelisah, atau waspada.
-
Kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya mereka sukai.
-
Sulit merasakan kasih sayang.
-
Memiliki perilaku yang lebih agresif dari sebelumnya, bahkan cenderung menggunakan kekerasan.
-
Menjauhi tempat atau situasi tertentu yang dapat mengembalikan kenangan buruk.
-
Sering mengalami kilas balik, bisa berupa gambar, suara, bau atau perasaan. Bahkan, anak itu mungkin bisa percaya bahwa peristiwa itu terjadi lagi.
-
Memiliki masalah di sekolah.
-
Sulit untuk fokus.
Gejala PTSD dapat dimulai segera setelah kejadian traumatis atau mungkin 6 bulan atau lebih setelah peristiwa.
Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua?
Post-traumatic stress disorder tentu saja dapat menurunkan kualitas hidup anak dan mengganggu tumbuh kembangnya, terutama secara emosional. Oleh karena itu, orangtua diharapkan dapat membuat anak merasa aman, membantu ia mengelola ketakutannya, dan membimbing ia melalui kesedihannya.
Berikut ini panduan dari psikiater, psikolog, dan pakar kesehatan mental bagi orangtua untuk mendampingi anak yang mengalami PTSD:
-
Buat Anak Merasa Aman
Semua anak, mulai dari balita hingga remaja, akan merasakan manfaat dari sentuhan orangtua, seperti membelai rambutnya, pelukan, atau sekadar tepukan di punggung. Hal ini dapat memberi mereka perasaan aman yang sangat dibutuhkan, terutama setelah mengalami kejadian yang menakutkan.
Baca juga: Manfaat Memeluk saat Anak Bersikap Tidak Baik
-
Tetap Tenang
Anak-anak mencari jaminan perlindungan dari orang dewasa setelah peristiwa traumatis terjadi. Jadi, sebisa mungkin hindari memperlihatkan atau membicarakan kecemasan yang kamu rasakan pada anak.
-
Coba Tetap Jalani Rutinitas seperti Biasa
Di tengah situasi yang kacau atau perubahan drastis, tetap menjalani rutinitas seperti biasa dapat menyakinkan anak bahwa hidupnya akan baik-baik saja. Jadi, usahakan untuk tetap memiliki waktu makan dan waktu tidur yang teratur. Bila kamu harus kehilangan rumah dan untuk sementara tinggal di tempat penampungan, usahakan agar kamu sekeluarga tetap bangun pada jam yang sama seperti biasanya dan melakukan aturan keluarga yang sama.
-
Bantu Anak untuk Tetap Senang
Dorong anak untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti bermain dengan orang lain. Cara tersebut dapat mengalihkan perhatiannya dari kenangan buruk untuk sementara dan memberi ia perasaan normal.
-
Beritahukan Tentang Peristiwa yang Terjadi
Mengetahui detil peristiwa traumatis dari orang dewasa yang terpercaya sangat baik untuk anak. Jadi, bersikaplah jujur, jangan menutup-nutupi, dan izinkan anak-anak untuk bertanya. Jangan menganggap anak-anak akan mengkhawatirkan hal yang sama dengan orang dewasa.
-
Jauhi Anak dari Paparan Media
Hal ini penting, terutama bagi balita dan anak-anak usia sekolah, karena melihat peristiwa-peristiwa buruk di TV atau internet dapat membuat mereka mengingat kembali peristiwa buruk yang mereka alami. Sedangkan anak-anak yang percaya bahwa peristiwa buruk hanya bersifat sementara, dapat lebih cepat pulih dari PTSD.
Baca juga: Waspadai Komplikasi Stres Pasca Trauma Bila Tak Segera Ditangani
Itulah beberapa cara yang bisa orangtua lakukan untuk mendampingi anak yang mengalami PTSD. Bila orangtua bingung menghadapi perilaku anak dengan PTSD, coba bicarakan saja pada ahlinya lewat aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, ibu bisa bertanya pada psikolog kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.