Begini Cara Menjelaskan Penularan HIV pada Remaja
Halodoc, Jakarta - Seks umumnya topik pembicaraan yang tabu atau “memalukan” untuk dibicarakan antara orangtua dan anak remaja. Namun, suka atau tidak, pendidikan seks penting untuk didiskusikan antara orangtua kepada anak sebagai pencegahan kehamilan dini dan mencegah terjadinya HIV/AIDS. Penting bagi remaja untuk mengetahui fakta mengenai HIV/AIDS.
Lantas, bagaimana menjelaskan penularan HIV pada remaja? Sebagian orangtua mungkin tidak belajar dari orangtua sebelumnya atau belum memiliki pengetahuan bagaimana memulai atau menjelaskan tentang HIV. Perlu diketahui, kejujuran tentang hal ini membantu remaja untuk terbuka kepada ayah dan ibunya.
Cara Menjelaskan Penularan HIV pada Anak
Meskipun mungkin menantang, ayah dan ibu harus mendiskusikan tentang seks, narkoba, dan kemungkinan konsekuensi serius dari penularan HIV dan AIDS. Ingatlah, bahwa anak dan remaja bisa tertular HIV saat mereka berhubungan seks, dilecehkan secara seksual, atau berbagi jarum suntik dengan orang yang mengidap HIV. Tentu saja, orangtua tidak ingin konsekuensi tersebut terjadi pada anak kesayangan.
Baca Juga: Tidak Melulu Hubungan Intim, Hal Ini Bisa Menularkan HIV dan AIDS
- Tentukan Pembahasan sesuai Usia Anak
Orangtua mungkin khawatir bahwa membicarakan seks, narkoba, dan HIV mungkin terlalu berlebihan, terlalu cepat, atau hal itu akan membuat anak bereksperimen dengan seks dan narkoba. Penelitian menunjukkan hal itu tidak benar. Umumnya, anak sudah belajar banyak dari teman, televisi, film, media sosial, dan sekolah. Sebagian besar anak telah mendengar HIV/AIDS saat mereka duduk di kelas.
Jangan biarkan rasa malu menghentikan ayah atau ibu untuk memberi tahu anak. Untuk memulainya, ayah dan ibu bisa mengambil petunjuk dari iklan tentang AIDS yang muncul saat menonton TV bersama anak-anak. Tanyakan kepada mereka apakah mereka telah mendengar tentang penyakit ini, dan apa yang mereka ketahui tentang penyakit itu.
Untuk anak kecil, orangtua bisa memulainya dengan membicarakan tentang bagian tubuh. Untuk anak usia berapapun, dorong mereka untuk menghargai tubuh yang sehat. Mendukung harga diri anak juga membantu mereka melawan tekanan teman sebaya.
Contohnya, ajarkan anak untuk mengatakan “tidak”dengan hormat. Ajari anak bahwa tidak apa-apa untuk mengatakan “tidak”, meskipun hal tersebut tidak populer atau keren. Perlu diketahui, anak remaja belajar dari bagaimana orangtua bereaksi dan dari apa yang ayah dan ibu katakan.
Baca Juga: Sejak Lahir Tertular HIV-AIDS, Bisakah Anak Tumbuh Normal?
2. Jelaskan Informasi Penting tentang HIV
Orangtua perlu memberitahu anak-anak, terutama remaja jika risiko HIV bisa meningkat apabila memiliki banyak pasangan seksual. Jelaskan bahwa penyakit ini bisa ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, seks bebas, dan pemakaian tato dan tindik yang tidak steril. Beritahu pula jika HIV bisa berkembang menjadi AIDS yang bisa berakibat fatal
AIDS bisa dialami oleh siapapun, tidak terkecuali anak-anak. Selain risiko penularannya, orangtua harus mengedukasi soal mitos HIV serta pencegahannya. Langkah pencegahan HIV yaitu dengan menghindari seks bebas dan di luar nikah serta hindari penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Mitos tentang HIV juga harus dijelaskan pada anak. Sejumlah mitos HIV yang perlu diketahui anak adalah HIV tidak bisa ditularkan melalui sentuhan, air liur, kursi toilet, dan benda lainnya. Beritahu jika HIV hanya bisa ditularkan melalui darah, air mani, cairan vagina, atau ASI. Anak perlu tahu jika orang yang mengidap HIV tidak perlu dijauhi dan dikucilkan, karena HIV bukan penyakit yang mudah menular.
Baca Juga : Jarang Disadari, Inilah Penyebab & Gejala Terkena HIV
3. Awasi Perilaku Anak
Anak remaja harus diawasi oleh orangtua secara ekstra. Pasalnya, anak remaja mudah sekali terpapar nilai-nilai negatif yang ada disekitarnya. Apalagi saat ini, anak sudah mengenal lawan jenis dan mulai tumbuh minat romantisme. Maka itu edukasi tentang seks wajib diberikan kepada anak remaja untuk mencegah perilaku seks bebas yang bisa meningkatkan risiko HIV.
Cobalah untuk menjadi pendengar yang baik dan bersikap terbuka kepada anak yang sudah menginjak remaja. Orangtua yang bersikap terbuka membuat anak tidak sungkan untuk menceritakan apa yang sedang dialaminya. Ketika orangtua sudah dekat dengan anak, maka ayah dan ibu bisa mengawasinya lebih mudah.
Itulah yang perlu ayah dan ibu ketahui tentang bagaimana menjelaskan penularan HIV pada remaja. Jika ayah dan ibu belum cukup informasi tentang penularan HIV, orangtua bisa berdiskusi terlebih dulu pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2020. Talking With Your Children About HIV and AIDS
Children Aids. Diakses pada 2020. Adolescent HIV Prevention
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan