Batuk Berdahak Tak Mereda, Waspada Bronkiektasis
Halodoc, Jakarta - Batuk berdahak menjadi gejala dari banyak jenis penyakit. Kondisi tersebut sering dikaitkan dengan masalah kesehatan pada paru-paru. Biasanya, batuk dahak bisa sembuh dengan konsumsi air hangat atau bantuan obat-obatan tertentu selama beberapa waktu. Namun, jika batuk berdahak tidak sembuh meski telah minum obat, kamu perlu waspada, bisa jadi ini adalah tanda bronkiektasis.
Bronkiektasis dikategorikan dalam penyakit langka, kondisi ketika bronkus atau saluran udara mengalami pelebaran, penebalan, dan pelunakan. Hal ini membuat paru-paru tidak dapat membersihkan lendir dengan baik. Pasalnya, bronkus memegang peran penting untuk membawa udara dari dan ke paru-paru.
Batuk Berdahak Gejala Bronkiektasis?
Lalu, benarkah batuk berdahak menjadi gejala dari bronkiektasis? Memang benar. Kondisi ini terjadi karena bronkus penuh oleh lendir, dan ini yang membuat kamu mengalami batuk dengan dahak berlebihan. Sayangnya, batuk berdahak ini tidak bisa sembuh meski kamu telah minum obat khusus untuk batuk berdahak.
Baca juga: 7 Jenis Batuk yang Perlu Diketahui
Semakin lama kamu mengalami batuk berdahak ini, atau semakin lama bronkiektasis dibiarkan, penumpukan dahak di saluran tersebut memicu terjadinya peradangan dan infeksi pada paru-paru, karena dahak yang menumpuk ini menjadi lingkungan yang begitu ideal untuk habitat virus, kuman, dan bakteri.
Jadi, kalau kamu mengalami batuk berdahak berkepanjangan dan tidak sembuh walaupun kamu sudah mengobatinya, kamu perlu waspada akan gejala bronkiektasis ini. Kamu bisa menanyakan langsung pada dokter melalui fitur Tanya Dokter di aplikasi Halodoc, pengobatan yang bisa dilakukan, karena bronkiektasis ini adalah penyakit yang bersifat kambuhan. Oleh karenanya, penanganan sangat berfokus pada pencegahan peradangan dan infeksinya.
Selain batuk berdahak yang berkepanjangan, gejala bronkiektasis lainnya adalah batuk berdarah, rasa sakit pada dada, sesak napas, suara yang tidak normal atau mengi, tubuh mudah lelah, berat badan menurun, kulit di kaki dan bawah kuku mengalami penebalan, dan infeksi pada saluran pernapasan yang sifatnya kambuhan. Gejala ini semakin memburuk dari waktu ke waktu. Bahkan, bronkiektasis turut memicu pneumonia dan bronkitis yang sifatnya pun kambuhan.
Baca juga: Kenali Lebih Dekat Peran Dokter Spesialis Paru dalam Medis
Sebenarnya, Apa yang Menyebabkan Seseorang Mengidap Bronkiektasis?
Infeksi menjadi penyebab paling utama seseorang mengalami bronkiektasis, meski beberapa penyakit pun mengarah pada kondisi ini, seperti cystic fibrosis atau pneumonia. Kedua penyakit ini mengakibatkan saluran udara mengalami cedera atau perubahan yang sifatnya permanen. Tidak hanya itu, cystic fibrosis juga memicu infeksi yang sifatnya berulang.
Daya tahan tubuh yang sedang lemah, penyakit HIV, penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK, penyakit yang bersifat autoimun, defisiensi 1-antitripsin, dan riwayat infeksi paru atau sedang mengidap infeksi paru bisa menyebabkan terjadinya bronkiektasis. Sayangnya, sebesar 40 persen kasus bronkiektasis terjadi tanpa penyebab pasti.
Baca juga: Kena Cystic Fibrosis, Potensi 7 Sakit Ini Meningkat
Tanpa adanya penanganan yang tepat, hemoptisis masif bisa terjadi pada beberapa kasus bronkiektasis yang tidak ditangani. Komplikasi ini membuat kamu batuk berdarah dalam jumlah yang begitu besar. Gejalanya meliputi sakit kepala, kulit menjadi dingin dan mudah berkeringat, sulit bernapas karena darah telah menghalangi kerja bronkus, dan batuk darah lebih dari 100 mililiter hanya dalam waktu 24 jam. Jika kamu sudah mengalaminya, kamu harus mendapatkan penanganan medis segera.
Vaksinasi menjadi cara pencegahan bronkiektasis yang disarankan, terutama vaksin campak ketika masih anak-anak dan batuk rejan untuk menghindari infeksi yang berkaitan dengan penyakit paru. Hindari pula paparan langsung asap, gas, atau zat lain yang berbahaya yang membahayakan kesehatan paru-paru.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan