Batasan Aman Konsumsi Gula pada Balita

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   10 Maret 2021
Batasan Aman Konsumsi Gula pada BalitaBatasan Aman Konsumsi Gula pada Balita

Halodoc, Jakarta – Sangat penting untuk mengetahui berapa banyak gula yang dikonsumsi, karena tubuh tidak membutuhkan gula agar berfungsi dengan baik. Gula berlebih dapat menjadi kalori tambahan yang menyebabkan kelebihan berat badan, sehingga memengaruhi kesehatan jantung.

Banyak orang mengonsumsi lebih banyak gula daripada yang disadari. Apalagi gula memiliki banyak nama yang bisa jadi membuat terkecoh. Selain yang diakhiri dengan "osa," seperti maltosa atau sukrosa, nama lain untuk gula termasuk sirup jagung fruktosa tinggi, molase, gula tebu, pemanis jagung, gula mentah, sirup, madu, atau konsentrat jus buah. Nah, bagaimana batasan aman konsumsi gula pada balita?

Baca juga: Anak Sering Mengonsumsi Makanan Manis, Ini Dampaknya

Batasan Konsumsi gula pada Balita

American Heart Association (AHA) merekomendasikan anak-anak tidak boleh mengonsumsi lebih dari 6 sendok teh gula tambahan per hari. Batasan ini berlaku untuk mereka yang berusia 2-18 tahun. Tambahan gula erat kaitannya dengan masalah kesehatan seperti tekanan darah, obesitas, dan diabetes.

Rata-rata, anak-anak mengonsumsi 19 sendok teh gula tambahan setiap hari yang sebagian besar berasal dari soda, minuman rasa buah, minuman olahraga, kue, dan kue kering. Menyadari hal tersebut, AHA merekomendasi aturan konsumsi gula yaitu:

1. Anak-anak di atas usia 2 tahun sebaiknya mengonsumsi tidak lebih dari 6 sendok teh (25 gram) gula tambahan setiap hari.

2. Anak-anak tidak boleh minum lebih dari satu minuman manis 240 mililiter per minggu.

3. Anak-anak di bawah 2 tahun harus menghindari konsumsi gula tambahan, karena mereka membutuhkan makanan kaya nutrisi dan sedang mengembangkan preferensi rasa.

Jika anak mengonsumsi jumlah kalori yang tepat untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sehat, pola ini akan membuat anak menjauh dari kebiasaan makan tidak sehat.

Baca juga: Waspada Gula Sebabkan Anak Jadi Hiperaktif

AHA merekomendasikan orangtua memperhatikan label makanan untuk gula tambahan dalam bentuk fruktosa, sirup jagung fruktosa tinggi, glukosa, madu, laktosa, dan sukrosa. Cara terbaik untuk menghindari gula tambahan dalam makanan anak adalah dengan menyajikan sebagian besar makanan yang bernutrisi tinggi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, produk susu rendah lemak, daging tanpa lemak, ayam dan ikan, serta membatasi konsumsi makanan yang sedikit nilai gizinya.

Makan saat Lapar

Sejatinya orangtua haruslah menawarkan anak-anak pilihan yang sehat setiap kali makan dan membiarkan anak memilih yang dibutuhkan tubuhnya. Mungkin daging atau sayuran di pagi hari daripada saat makan siang atau makan malam, tidak jadi masalah. 

Anak-anak memiliki kemampuan natural untuk menyesuaikan pola makannya dengan asupan energi yang mereka miliki. Anak dapat mengatur dirinya sendiri dan tahu kapan membutuhkan protein, lemak, dan karbohidrat.

Baik anak-anak maupun orang dewasa diprogram untuk menggunakan isyarat lapar dan kenyang untuk mengatur asupan makanan, di mana saat lapar, semuanya terasa enak. Makanan manis dapat berpengaruh terhadap pola makan anak, makanya jangan dibiasakan setiap hari. 

Prosesi makan memang membawa kegembiraan, tetapi kegembiraan itu harus diarahkan pada proses memuaskan rasa lapar dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Akan sangat membantu jika orangtua menjadi contoh buat anak bagaimana menerapkan kebiasaan makan yang baik.

Baca juga: Manfaat Alpukat untuk Tumbuh Kembang Anak

Itulah informasi mengenai batasan aman konsumsi gula pada balita, butuh informasi seputar kesehatan anak lainnya tanyakan saja melalui Halodoc. Orangtua juga bisa membeli obat melalui layanan apotek antar di Halodoc!

Referensi:
AAP Publications.org. Diakses pada 2021. AHA: Limit children’s sugar consumption to 6 teaspoons per day.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2021. Sugar: How Bad Are Sweets for Your Kids?