Bantu Hilangkan Nyeri, Ini Cara Kerja Terapi Morfin pada Tubuh
“Seseorang yang mengalami nyeri kronis perlu mendapatkan perhatian khusus dan pengobatan segera. Salah satunya adalah dengan menerima terapi morfin. Namun, semua ini harus dengan pengawasan dari dokter.”
Halodoc, Jakarta – Morfin adalah salah satu zat yang dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi masalah nyeri, terutama yang berat. Meski morfin terbilang efektif untuk atasi nyeri, penggunaannya sendiri di Indonesia masih rendah.
Hal ini kerap berkaitan dengan rasa takut akan kriminalisasi dan penyalahgunaan narkoba. Lalu, bagaimana sih sebenarnya cara kerja terapi menggunakan morfin ini pada tubuh? Apakah benar-benar dapat mengatasi rasa nyeri hebat yang dirasakan? Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang hal ini, baca ulasan berikut ini!
Baca juga: Berguna Secara Medis, Ini Efek Samping Morfin pada Tubuh
Cara Terapi Morfin Mengatasi Rasa Nyeri pada Tubuh
Morfin adalah obat yang kerap digunakan di luar negeri untuk mengatasi rasa sakit dengan yang ditimbulkan oleh penyakit lain, seperti kanker. Penggunaan obat ini dapat digunakan saat rasa nyeri yang terjadi pada intensitas sedang hingga parah.
Faktanya, penggunaan morfin di Indonesia sendiri legal asalkan untuk pengobatan dan kecil kemungkinannya untuk alami ketergantungan. Pemberian terapi morfin sendiri diberikan dalam dosis tertentu yang disesuaikan dengan kondisi medis serta respon tubuh terhadap pengobatan yang dilakukan.
Obat juga ini dapat diberikan sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit yang terasa akibat efek samping dari pengobatan suatu penyakit.
Namun, bagaimana cara terapi morfin dapat mengatasi rasa nyeri pada tubuh?
Sebenarnya, morfin dapat bekerja dengan cara menghambat saraf untuk menghasilkan sinyal nyeri ke otak. Dengan hambatan tersebut, tubuh tidak merasakan sakit.
Terlebih lagi jika pemberiannya melalui metode intratekal yang ampuh untuk atasi rasa nyeri kronis yang sulit diatasi. Terapi ini dapat memberikan efek langsung ke otak yang dapat mengurangi efek samping sistemik.
Jika kamu memiliki pertanyaan tentang terapi morfin atau ingin tahu lebih jauh, dokter dari aplikasi Halodoc siap memberikan penjelasan lebih lengkap. Cukup download aplikasi Halodoc, segala kemudahan dalam akses kesehatan bisa dilakukan hanya dengan penggunaan smartphone di tangan!
Baca juga: Apa Saja Efek Samping yang Disebabkan Morfin?
Cara Penggunaan Morfin untuk Terapi
Morfin terbagi menjadi beberapa macam, seperti larutan, tablet, dan tablet. Semua jenis obat yang dikonsumsi secara oral biasanya diminum setiap 4 jam sesuai dengan kebutuhan untuk mengatasi rasa sakit.
Meski begitu, pastikan untuk selalu mengikuti petunjuk resep yang diberikan oleh dokter, jangan berlebihan atau kekurangan saat mengonsumsinya untuk efektivitas dan efek samping.
Jika kamu menggunakan morfin yang berbentuk larutan, pastikan menggunakan cangkir dosis atau jarum suntik yang disertakan pada obat untuk mengukur dosis. Pastikan takaran yang harus diminum tepat, tidak kurang atau lebih. Kamu bisa meminta untuk diajarkan terlebih dahulu untuk menggunakan alat ukur tersebut pada dokter.
Dokter mungkin akan memberi terapi morfin dengan dosis yang rendah dan secara bertahap terus naik hingga rasa sakit dapat dikontrol. Jika rasa sakit sudah sulit untuk dikontrol, ada baiknya untuk menemui dokter guna melakukan penyesuaian dosis. Pastikan untuk tidak mengubah dosis tanpa berbicara dengan ahli medis terlebih dahulu untuk menghindari dampak buruk.
Baca juga: Hati-Hati, Ini Dampak Penyalahgunaan Morfin pada Tubuh
Pastikan juga untuk tidak berhenti minum morfin tanpa berbicara dengan dokter. Jika secara tiba-tiba berhenti minum obat ini, mungkin saja timbul gejala penarikan, seperti gelisah, sifat lekas marah, kecemasan, kesulitan untuk tidur, nyeri sendi, kehilangan selera makan, detak jantung cepat, dan lainnya.
Referensi:
Pain Medicine. Diakses pada 2021. Intrathecal Therapy for Chronic Pain: A Review of Morphine and Ziconotide as Firstline Options.
Plos One. Diakses pada 2021. Morphine and Clonidine Combination Therapy Improves Therapeutic Window in Mice: Synergy in Antinociceptive but Not in Sedative or Cardiovascular Effects.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan