Bahaya Toxic Masculinity bagi Kesehatan Mental Remaja

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   25 Oktober 2022

“Bukan hanya kurang diterima dalam sosial, remaja dengan toxic masculinity juga berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Seperti misalnya, stres, kesepian, hingga emosi yang mudah meledak.”

Bahaya Toxic Masculinity bagi Kesehatan Mental RemajaBahaya Toxic Masculinity bagi Kesehatan Mental Remaja

Halodoc, Jakarta – Orang tua memiliki tugas penting dalam mendidik anak untuk masa depannya. Dalam proses ini tentunya sikap serta disiplin yang ditanamkan pada anak perempuan dan laki-laki akan berbeda. Namun, pastikan hal tersebut masih dalam batas tepat agar kesehatan mental anak tetap terjaga.

Saat mendidik anak laki-laki, tentunya banyak orang tua yang menginginkan anaknya menjadi pria yang kuat, mandiri, tangguh, dan bertanggung jawab. Sebaiknya ketahui cara tepat mendidik anak laki-laki agar terhindar dari toxic masculinity. Pasalnya, pola asuh yang tida tepat bisa bisa memicu gangguan kesehatan mental pada remaja laki-laki. 

Waspada Bahaya Toxic Masculinity

Toxic masculinity adalah istilah yang mengacu pada tekanan terkait dengan peran pria dan sifatnya pada lingkungan sosial. Bukan hanya berperan seperti pria, tetapi kondisi ini melibatkan tekanan ekstrem untuk melakukan berbagai hal yang membahayakan.

Orang dengan sifat ini akan berpikir bahwa perawatan tubuh hanya untuk wanita. Padahal, pria juga perlu merawat dirinya untuk menghindari berbagai gangguan kesehatan. Pria dengan sifat toxic masulinity ini mungkin akan memperlakukan tubuh mereka layaknya mesin, tanpa perawatan dan istirahat.

Selain itu, sifat maskulin biasanya erat dengan tindakan kekerasan, agresif, kerap menutupi emosi yang dirasakan, dan enggan melakukan hal yang berkaitan dengan citra wanita.  Padahal, jika anak dibiarkan tumbuh dengan pola asuh yang salah, tentunya ini dapat berbahaya bagi kesehatan mental.

Berikut ini beberapa risikonya:

1. Stres

Anak-anak yang diasuh dengan maskulintas yang toksik dapat mengalami kondisi stres. Pasalnya, mereka berpikir bahwa pria tidak boleh mengungkapkan emosi dan perasaannya. 

Hasilnya mereka akan terus memendam perasaannya dan rentan mengalami kondisi stres. Bahkan, stres yang tidak dikelola dengan baik dapat memicu depresi ke depannya.

2. Kesepian

Sifat ini juga bisa memicu anak mengalami kesepian di masa pertumbuhannya karena merasa bisa melakukan semuanya sendiri.

3. Emosi yang Mudah Meledak

Para pria dengan maskulinitas yang toksik akan kesulitan untuk mengelola emosi mereka. Pasalnya mereka merasa bahwa mereka tidak boleh bersedih atau bahkan mengeluarkan air mata. Mereka merasa harus tetap tegar, apapun yang terjadi.

Akibatnya, mereka akan kesulitan untuk mengelola perasaan atau emosi negatif yang mereka miliki. Hasilnya, emosi mereka akan meledak-ledak dan sulit untuk dikendalikan.

Itulah beberapa dampak negatif ketika anak laki-laki dibesarkan dengan pola asuh toxic masculinity. Sebaiknya pastikan orang tua memberikan pendidikan dan membimbing anak secara tepat agar anak bisa berinteraksi dalam sosial dengan lebih baik.

Ibu bisa bertanya langsung pada dokter maupun psikolog menggunakan Halodoc untuk mengetahui cara tepat dalam menentukan jenis pola asuh anak. Caranya download aplikasi Halodoc melalui App Store atau Google Play. Dengan begitu, ibu bisa mendapatkan saran untuk mendukung tumbuh kembang anak. 

Waspada Tanda Anak dengan Toxic Masculinity

Toxic masculinity bisa terlihat dari beberapa perilaku anak baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan bermainnya. Berikut tanda yang perlu diketahui, seperti:

  • Merasa bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis.
  • Tidak mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah, seperti memasak, menyapu atau mencuci. Sebab mereka merasa pekerjaan ini identik dengan kegiatan para wanita.
  • Lebih banyak melakukan tindakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
  • Tidak pernah mengungkapkan perasaannya.
  • Kesulitan menunjukkan kasih sayang pada keluarga maupun teman.

Jika anak laki-laki ibu mengalami beberapa tanda tersebut, tidak ada salahnya untuk melakukan pendekatan pada anak dengan berbagai kegiatan yang positif. Setelah itu, ajarkan anak untuk mengelola emosi mereka secara sehat agar kesehatan mentalnya terjaga dengan baik.

Referensi:
Very Well Mind. Diakses pada 2022. What Is Toxic Masculinity?
Very Well Mind. Diakses pada 2022. The Dangerous Effects of Toxic Masculinity.
Healthline. Diakses pada 2022. ‘Toxic Masculinity’ Leads to Mental Health Problems for Men.