Bahaya Apendisitis yang Tidak Ditangani dengan Tepat
Halodoc, Jakarta – Apendisitis adalah peradangan atau pembengkakan apendiks alias usus buntu. Itu sebabnya, penyakit ini dikenal juga sebagai penyakit usus buntu. Umumnya usus buntu disebabkan karena penyumbatan ‘pintu masuk’ oleh feses atau sisa makanan yang tak berhasil dicerna sampai halus, sehingga apendiks meradang dan menjadi bengkak. Apendisitis bisa menyerang siapa saja, terutama orang yang berusia 10-30 tahun. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi yang membahayakan tubuh.
Baca juga: Inilah Perbedaan Usus Buntu dan Mag
Pecahnya Usus Buntu
Apendisitis yang tidak diobati berisiko untuk pecah dan berakibat fatal. Kondisi ini ditandai dengan sakit perut yang tak tertahankan, demam, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, sering buang air kecil (BAK), serta linglung dan gelisah. Lantas, bagaimana usus buntu bisa pecah?
Saat usus terinfeksi, bakteri baik dalam usus mulai berkembang biak dengan cepat. Usus akan mengalami peradangan dan terisi dengan nanah yang mengandung bakteri, sel jaringan, dan sel darah putih yang mati. Infeksi ini menyebabkan tekanan yang lebih besar pada usus buntu, sehingga menurunkan aliran darah yang mengalir melalui dinding organ. Dampaknya, jaringan usus akan kekurangan pasokan darah dan membuatnya mati secara perlahan. Proses ini akan terus berlanjut sampai dinding otot pada usus menjadi sangat tipis dan akhirnya pecah.
Pecahnya usus buntu ini biasa terjadi setelah 24 jam pertama munculnya gejala awal apendisitis. Risiko semakin meningkat, terutama setelah 48-72 jam gejala muncul. Lantas, apa saja bahaya yang mungkin terjadi akibat pecahnya usus buntu?
- Peritonitis, yaitu peradangan pada membran rongga perut akibat usus yang pecah. Gejalanya meliputi sakit perut yang parah dan terus-menerus, muntah, detak jantung cepat, demam, daerah perut yang membengkak, dan kesulitan bernapas (napas pendek). Komplikasi ini biasanya diatasi dengan pemberian antibiotik dan operasi pengangkatan usus buntu.
- Abses, yaitu penumpukan nanah pada satu daerah tubuh. Kondisi ini bisa ditangani dengan penyedotan nanah dari abses atau pemberian antibiotik.
- Kematian. Pada beberapa kasus, pecahnya usus buntu bisa menyebabkan kematian. Risiko ini biasanya tinggi pada balita dan anak-anak. Ini terjadi akibat peritonitis yang tidak diobati dengan tepat, sehingga menyebar dan menyebabkan septikemia (bakteri dalam darah). Kondisi ini bisa memicu peradangan dalam tubuh dan kerusakan organ tubuh, hingga menyebabkan kematian.
Baca juga: Waspada 9 Gejala Usus Buntu pada Anak dan Cara Penanganannya
Penanganan Usus Buntu Pecah
Beberapa studi menyarankan operasi pada kasus apendisitis. Ini karena pemulihan setelah operasi cenderung lebih cepat dan minim komplikasi, khususnya jika apendisitis terjadi pada balita dan anak-anak. Operasi ini perlu dilakukan sesegera mungkin. Tujuannya untuk menghindari penyebaran infeksi pada seluruh bagian perut yang bisa menyebabkan komplikasi yang lebih berat. Pada prosedur operasi, biasanya dokter akan mengeluarkan nanah yang telah memenuhi rongga perut dan memberikan antibiotik yang kuat selama 6-8 minggu untuk melawan infeksi.
Baca juga: Dapatkah Usus Buntu Ditangani Tanpa Operasi? Berikut Ulasannya
Melihat adanya bahaya komplikasi apendisitis, kamu perlu segera berbicara dengan dokter jika mengalami beberapa gejala yang sudah disebutkan. Kamu bisa menghubungi dokter Halodoc kapan saja dan dimana saja melalui Chat dan Voice/Video Call untuk menyampaikan keluhan yang dirasakan. Lewat Halodoc, kamu juga bisa membeli vitamin dan obat-obatan tanpa harus keluar rumah. Pesananmu akan dikirim dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan