Bagaimanakah Fibroid Rahim Pengaruhi Kehamilan?
Halodoc, Jakarta - Setiap perempuan perlu waspada dengan kemunculan gangguan rahim yang satu ini. Fibroid merupakan tumor jinak yang terjadi di bagian atas atau di dalam otot rahim. Satu sel membelah berkali-kali dan terus berkembang menjadi sebuah massa solid yang terpisah dari bagian rahim. Tumor ini dapat berkembang menjadi sebuah atau beberapa blok dengan ukuran yang berbeda.
Tumor kecil tidak akan menimbulkan gejala, tetapi tumor yang lebih besar dapat menyebabkan perdarahan dan mengakibatkan lebih banyak darah yang keluar saat menstruasi. Tumor yang besar akan menekan kandung kemih dan menyebabkan tonjolan pada perut seperti orang yang sedang hamil. Sekitar 30-50 persen kasus fibroid tidak menunjukkan gejala apapun. Apabila tidak, biasanya gejala berkaitan dengan ukuran dan lokasi fibroid.
Fibroid rahim bisa tumbuh menjadi besar dan membuat pengidap terlihat seperti sedang hamil, serta mengalami gejala mirip kehamilan seperti:
-
Tegang pada bagian panggul yang parah.
-
Sering buang air kecil.
-
Dapat mengakibatkan sembelit, nyeri punggung, nyeri selama hubungan seksual, dan nyeri panggul.
Fibroid pada dinding rahim atau di dalam rahim dapat menyebabkan perdarahan atau menorrhagia dan dismenorea. Pada kasus yang jarang terjadi, fibroid dapat menyebabkan rasa sakit atau perdarahan tiba-tiba. Pada kasus fibroid yang berkembang selama kehamilan, tumor dapat menyebabkan sejumlah komplikasi selama kehamilan.
Tumor akan membuat plasenta janin kekurangan oksigen. Tumor akan menggeser posisi janin, menyebabkan ibu sulit melahirkan secara normal melainkan melalui operasi caesar. Pada kebanyakan kasus, janin masih dapat berkembang secara normal meski terdapat tumor di dalam rahim, tetapi tumor akan tumbuh lebih cepat selama masa kehamilan.
Di samping itu, penyebab pasti penyakit ini belum diketahui. Hanya saja ada beberapa faktor yang dapat bergabung dan menyebabkan penyakit ini, yakni:
-
Perubahan genetik: fibroid multipel dapat menyebabkan perubahan pada sel otot rahim yang normal. Terdapat bukit yang menunjukkan bahwa fibroid cenderung terjadi pada keluarga muda dan pasangan kembar identik yang memiliki risiko lebih tinggi terhadap fibrosis daripada kembar fraternal.
-
Estrogen dan progesteron, kedua hormon ini merangsang pertumbuhan endometrium selama siklus menstruasi untuk mempersiapkan kehamilan. Tampaknya hormon tersebut telah memberikan kontribusi untuk membantu perkembangan fibroid. Fibroid rahim memiliki reseptor estrogen dan progesteron yang lebih banyak daripada sel-sel otot dan rahim normal, sehingga cenderung menyusut setelah menopause karena produksi hormon menurun.
-
Faktor pertumbuhan lainnya. Faktor-faktor ini membantu menjaga keadaan homeostasis tubuh, seperti zat semacam insulin yang juga dapat memengaruhi pertumbuhan fibroid.
Banyak pula faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena uterine fibroid yang meliputi:
-
Genetika: Jika ibu atau saudara perempuan memiliki fibroid, kamu memiliki risiko tinggi terhadap kemungkinan terserang penyakit ini.
-
Usia: Wanita yang berusia lebih dari 40-50 tahun biasanya memiliki fibrosis. Setelah menopause, tumor akan menyusut.
-
Ras: Wanita ras afrika memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit ini di usia muda dengan ukuran tumor atau fibroid yang lebih besar.
-
Faktor lainnya: menstruasi dini, lebih banyak mengonsumsi daging merah, kurang makan sayuran, buah, serta sering meminum bir.
Nah, itulah informasi mengenai gangguan fibroid rahim yang memengaruhi kehamilan. Waspada kemunculan adanya gangguan fibroid sejak dini dengan berdiskusi pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan