Awas, Ini Efeknya jika Balita Sering Menggertakkan Gigi
Halodoc, Jakarta - Saat anak tumbuh besar, banyak hal-hal yang baru dipelajarinya dan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak biasa. Salah satu kebiasaan yang mungkin saja terjadi pada balita adalah kebiasaan menggertakkan gigi. Kebiasaan ini umumnya terjadi saat tidur, sehingga balita mungkin tidak sadar telah melakukan hal tersebut.
Kebiasaan yang terjadi pada balita tersebut disebut juga dengan bruxism. Gangguan ini dapat menimbulkan dampak yang lebih besar, terutama sudah menjadi kebiasaan. Beberapa efek dari menggertakkan gigi tersebut mungkin saja berpengaruh pada masa depannya. Berikut beberapa dampak yang dapat terjadi pada balita yang mengalami bruxisme!
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Bruxism pada Anak
Efek Menggertakkan Gigi pada Balita saat Tidur
Sebagai orangtua, mungkin kamu akan memperhatikan jika anak ibu terus-menerus menggesekkan atau membenturkan gigi-giginya saat tidur. Ketika terjadi, kamu mungkin jengkel mendengarnya karena setiap malam terjadi. Gangguan yang disebut juga dengan bruxisme ini dapat menyebabkan efek buruk pada gigi balita ibu jika tidak segera diatasi.
Gangguan ini juga dapat terjadi seumur hidup tanpa alasan yang pasti. Hal ini dapat terjadi ketika anak sudah mulai mempunyai tanda-tanda giginya tumbuh dan pada usia 5 tahun ketika giginya sudah menjadi permanen. Sisi baiknya adalah kebiasaan buruk tersebut dapat berhenti ketika dirinya sudah memasuki usia remaja.
Tidak berbeda dengan orang yang lebih tua, balita juga dapat menggertakkan gigi disebabkan stres dan panik. Selain itu, faktor psikologis juga dapat memicu kebiasaan pada anak tersebut. Maka dari itu, pengawasan dan perhatian dari orangtua sangat penting untuk meredakan gangguan bruxism yang dapat menimbulkan efek buruk.
Lalu, apa saja dampak buruk yang dapat terjadi pada anak terkait gangguan yang dapat mempengaruhi gigi balita tersebut? Pada beberapa kasus, anak yang mengidap gangguan kronis mungkin saja mengalami masalah lainnya, seperti gigi yang patah, longgar, hingga copot. Selain itu, beberapa efek yang lebih buruk dapat terjadi antara lain:
- Mengalami gangguan pada telinga dan rahang.
- Terjadinya radang sendi temporomandibular.
- Nyeri pada beberapa titik di wajah.
- Bentuk wajah yang mengalami perubahan.
Baca juga: Ketahui 7 Penyebab Gigi Tonggos pada Anak
Cara Mengobati Bruxisme pada Balita
Sebagian besar anak dapat mengatasi gangguan tersebut sejalan dengan bertambahnya usia. Namun, tetap harus didukung dengan pengamatan yang jeli dari orangtua dan pemeriksaan ke dokter gigi secara rutin. Dengan begitu, masalah yang kerap terjadi saat tidur tersebut dapat terkendali hingga akhirnya benar-benar sembuh.
Jika kebiasaan menggertakkan gigi tersebut sudah mempengaruhi rahang dan wajah anak dan menyebabkan gangguan, dokter gigi dapat memberikan pengobatan yang dilakukan malam hari. Sebuah alat akan dikenakan pada mulut anak, seperti pelindung gigi yang mirip dikenakan oleh para atlet. Hasil positif dapat segera terjadi jika digunakan secara rutin.
Jika hal ini disebabkan oleh psikologis, ibu dapat memastikan anak untuk bersantai terlebih dahulu sebelum tidur. Cobalah untuk melakukan beberapa hal yang disukainya dan menenangkan agar lebih rileks sebelum tidur. Selain itu, ibu juga dapat bertanya pada anak terkait hal apa saja yang membuatnya kesal dan mencari cara untuk mengatasinya.
Baca juga: Ini Perkembangan Gigi Anak Tumbuh Sesuai Usia
Ibu juga dapat bertanya pada dokter dari Halodoc terkait gangguan pada balita yang menyebabkan dirinya menggertakkan gigi tersebut. Sangat penting untuk memeriksakan anak ibu ke dokter untuk mengambil langkah tepat. Caranya mudah sekali, ibu hanya perlu download aplikasi Halodoc di smartphone yang digunakan sehari-hari!