Awas, 4 Hal Ini Sebabkan BPD Borderline Personality Disorder

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   23 Februari 2019
Awas, 4 Hal Ini Sebabkan BPD Borderline Personality DisorderAwas, 4 Hal Ini Sebabkan BPD Borderline Personality Disorder

Halodoc, Jakarta - Gangguan kepribadian sebenarnya enggak hanya menyoal skizoid, narsistik, obsesif kompulsif, atau antisosial saja. Sebab, bila diperluas lagi ada juga yang namanya borderline personality disorder (BPD). BDP merupakan gangguan kepribadian ambang, yaitu gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati dan citra diri yang senantiasa berubah-ubah serta perilaku yang impulsif.

Baca juga: Insomnia Bisa Buat Borderline Personality Disorder Makin Parah

Pengidap borderline personality disorder memiliki cara pandang, pikir, dan perasaan yang berbeda dibandingkan dengan orang lain kebanyakan. Nah, inilah yang nantinya akan menimbulkan masalah di kehidupan sehari-hari. Apalagi di saat menjalin hubungan dengan orang lain, seperti hubungan dengan keluarga, teman, dan lingkungan pekerjaan.

Awasi Penyebabnya

Dalam kebanyakan kasus, borderline personality disorder biasanya muncul ketika menjelang masa dewasa dan bertahan saat usia dewasa. Pengidapnya bisa merasakan gejala, seperti kondisi mood atau suasana hati yang tak stabil, gangguan pola pikir dan persepsi, perilaku impulsif, hingga tak stabil dalam menjalin hubungan yang intens. Lalu, apa sih yang menyebabkan gangguan kepribadian ini?

Sayangnya, hingga saat ini penyebab BPD belum diketahui pasti. Tapi, setidaknya ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu kondisi ini, seperti:

  1. Genetik. Borderline personality disorder diduga dapat diturunkan secara genetik.

  2. Lingkungan. Faktor lingkungan yang negatif diduga juga bisa menimbulkan BPD. Contohnya, riwayat penyiksaan, pelecehan semasa kecil, dan dicampakkan oleh orangtua.

  3. Ciri Kepribadian Tertentu. Beberapa tipe kepribadian lebih berisiko mengalami BPD, contohnya kepribadian agresif dan impulsif.

  4. Kelainan pada Otak. Pengidap BDP memiliki perubahan struktur pada fungsi otak, terutama pada area yang mengatur impuls dan emosi. Pengidapnya juga diduga mengalami kelainan fungsi dari zat kimia otak atau neurotransmitter yang berperan dalam pengaturan emosi.

Baca juga:5 Prosedur untuk Atasi Borderline Personality Disorder (BPD)

Yang perlu diingat, bukan berarti orang yang tak memiliki satupun faktor risiko di atas, enggak bisa mengalami BPD. Hal sebaliknya juga berlaku, bukan berarti mereka yang memiliki faktor risiko di atas akan mengalami BDP.

Ketahui Metode Pengobatannya

Gangguan kepribadian yang umumnya muncul pada periode menjelang usia dewasa ini, untungnya dapat membaik seiring bertambahnya usia. Asalnya, cara menangani tepat dan efektif. Nah, berikut beberapa terapi psikologi untuk mengatasi BPD.

  1. Dialectical Behavior Therapy (DBT)

Terapi ini menggunakan pendekatan berbasis kemampuan dalam mengajari pengidap BPD mengatur emosi, mentoleransi tekanan jiwa, dan memperbaiki hubungan sosial. DBT bisa dilakukan sendiri atau di dalam sebuah grup konsultasi bersama seorang terapis.

  1. Mentalization-Based Therapy (MBT)

Menitikberatkan metode berpikir sebelum bereaksi. MBT membantu pengidap BPD mengenali perasaan dan pikirannya sendiri. Caranya dengan menciptakan perspektif alternatif dari situasi yang tengah dihadapi.

  1. Schema-Focused Therapy

Schema-Focused Therapy membantu penderita BPD mengenali kebutuhan yang tidak terpenuhi pada periode awal hidup yang dapat memicu pola perilaku hidup negatif. Terapi ini akan memfokuskan pada usaha pemenuhan kebutuhan tersebut melalui cara yang lebih sehat agar terbangun pola perilaku hidup yang positif. Sama seperti terapi DBT, terapi ini dapat dilakukan secara perorangan maupun di dalam grup konsultasi.

Baca juga: 4 Faktor Risiko pada Remaja yang Bisa Terkena Borderline Personality Disorder

  1. Transference-Focused Psychotherapy (TFP) atau Terapi Psikodinamis

Terapi ini membantu penderita BPD memahami emosi dan kesulitan yang dialaminya dalam mengembangkan hubungan interpersonal. TFP melihat kepada hubungan yang terbangun antara pengidap BPD dengan terapis dalam memahami masalah ini. Selanjutnya, pengetahuan yang didapatkan ini akan diterapkan ke dalam situasi yang dialaminya pada saat ini.

Memiliki keluhan fisik atau psikis dan ingin berdiskusi dengan dokter? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter ahli atau psikolog melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!