Apakah Sering Makan-Makanan Berwarna Berbahaya Bagi Anak?
Halodoc, Jakarta – Mengonsumsi makanan berwarna bisa menjadi hal yang menyenangkan bagi anak. Sebab, penampilan makanan yang berwarna cenderung membuat Si Kecil lebih tertarik dan akhirnya mau mengonsumsi makanan tertentu. Namun, pernahkah ibu bertanya-tanya apakah makan makanan berwarna bisa berbahaya bagi anak? Apa sebenarnya bahan dasar dalam memberi warna pada makanan?
Secara umum, pewarna makanan merupakan zat aditif yang digunakan pada bahan makanan atau minuman. Zat ini biasanya dicampurkan atau ditambahkan untuk mempercantik penampilan makanan. Hal itu kemudian bisa merangsang indra penglihatan dan membuat makanan terlihat lebih menarik. Pada dasarnya, ada dua jenis pewarna makanan, yaitu pewarna makanan alami dan pewarna makanan sintetis atau pewarna kimia. Nah biar lebih jelas, simak ulasan terkait makanan berwarna dan risiko kesehatan yang mungkin muncul di artikel berikut!
Baca juga: Makanan Sehat yang Ampuh Mencegah Melena
Beragam Klaim tentang Bahaya Makanan Berwarna
Ada beragam klaim yang menyebut bahwa makanan berwarna sebenarnya cukup aman untuk dikonsumsi. Selain itu, ada juga yang percaya bahwa jenis makanan ini bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh, terutama pada anak-anak. Maka dari itu, anak-anak mungkin tidak disarankan untuk terlalu banyak mengonsumsi makanan berwarna. Pewarna makanan sering digunakan untuk jenis makanan tertentu, seperti permen atau roti.
Pada anak-anak, mengonsumsi terlalu banyak makanan berwarna dikhawatirkan bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan. Sebab, jenis atau zat pewarna yang digunakan mungkin saja tidak bisa diterima dengan baik oleh tubuh. Hal itu kemudian bisa menjadi penyebab gangguan penyakit, salah satunya memicu reaksi alergi. Namun, hal itu masih menjadi kontroversi dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menemukan bukti bahwa makanan berwarna bisa memicu alergi pada anak.
Baca juga: Ingin Usus Sehat? Konsumsi Makanan Sehat Ini
Namun pada beberapa orang, alergi mungkin saja muncul akibat makanan ini. Risiko alergi akibat makanan berwarna disebut lebih tinggi pada anak yang memang memiliki riwayat alergi, misalnya asma atau alergi obat-obatan tertentu. Jika seperti itu, dan jika Si Kecil menunjukkan gejala penyakit setelah mengonsumsi makanan berwarna, sebaiknya berhenti memberi jenis makanan ini pada anak. Sebab, bisa jadi pewarna makanan yang dicampur dalam makanan atau minuman adalah penyebabnya.
Selain memicu alergi, makanan berwarna juga disebut bisa menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Katanya, risiko hiperaktif menjadi lebih tinggi pada anak yang membawa kondisi tertentu, misalnya ADHD. Namun sekali lagi, masih belum ada bukti ilmiah kuat yang bisa membuktikan hal ini. Selama dikonsumsi dengan tepat dan tidak berlebihan, makanan berwarna mungkin tidak berbahaya dan tidak memicu gangguan kesehatan, termasuk pada anak-anak.
Sebenarnya, ada beberapa jenis pewarna makanan kimia yang dilarang karena dikhawatirkan bisa memicu penyakit, termasuk kanker. Belum ada bukti yang menunjukkan hal ini, tetapi ibu sebaiknya mewaspadai dan berhati-hati dalam memilih makanan berwarna untuk anak. Jika ragu, ibu sebenarnya bisa memilih untuk memberikan makanan berwarna alami untuk Si Kecil, seperti buah-buahan dan sayuran. Selain lebih aman, nyatanya mengonsumsi jenis makanan ini tentu lebih baik untuk kesehatan.
Baca juga: 5 Khasiat Sayuran dan Buah Berwarna yang Belum Banyak Diketahui
Kalau anak sakit dan butuh saran dokter segera, pakai aplikasi Halodoc saja. Lebih mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call atau Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari ahlinya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store atau Google Play!
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2021. Food Dyes: Harmless or Harmful?
WebMD. Diakses pada 2021. What is in food coloring and where is it used?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan