Apakah Prehipertensi Termasuk Gangguan yang Berbahaya?
Halodoc, Jakarta - Coba tebak, kira-kira berapa banyaknya pengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi di dunia? Bagi kamu yang menjawab dalam hitungan juta atau ratusan juta, masih kurang tepat. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pengidap hipertensi di dunia mencapai 1,13 miliar orang. Sangat banyak, bukan?
Menurut pakar di WHO, hipertensi adalah salah satu penyebab kematian dini di seluruh dini. Penyakit ini bisa membunuh diam-diam pengidapnya. Pasalnya, pengidap darah tinggi sering kali tidak bergejala, gejalanya baru muncul setelah hipertensi semakin parah dan bisa mengancam nyawa.
Nah, berbicara gangguan darah tinggi juga berkaitan erat dengan prehipertensi. Lalu, apakah prehipertensi juga termasuk gangguan yang berbahaya? Yuk, simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Baca juga: Perlu Tahu, Ini Jenis-Jenis Hipertensi
Prehipertensi Bisa Berkembang
Prehipertensi tidak serupa dengan tekanan darah tinggi. Ketika kamu melakukan cek tekanan darah di fasilitas kesehatan, mungkin dokter pernah mengatakan hasil tensi di atas angka normal, tapi tidak mengidap hipertensi. Nah, kondisi ini yang disebut prehipertensi.
Dengan kata lain, prehipertensi adalah kondisi kesehatan ketika tekanan darah seseorang mengalami kenaikan, tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai hipertensi.
Lalu, berapa angka tensi yang bisa menunjukan seseorang mengidap prehipertensi? Nah, berikut penjelasan menurut Harvard Medical School.
- Normal. Sistolik di bawah 120 dan diastolik di bawah 80.
- Prehipertensi. Sistolik 120-139 dan diastolik 80-89.
- Hipertensi tahap 1. Sistolik 140-159 dan diastolik 90-99.
- Hipertensi tahap 2. sittolik di atas 160 dan diastolik di atas 100.
Apakah prehipertensi juga termasuk gangguan yang berbahaya? Meski belum masuk ke tahap hipertensi, prehipertensi tak boleh dipandang remeh. Alasannya, prehipertensi yang tidak ditangani bisa berkembang menjadi hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Nah, sudah tahu kan apa saja dampak yang bisa terjadi pada tubuh ketika mengidap hipertensi? Masalah kesehatan yang satu ini bisa memicu penyakit jantung, stroke, aneurisma otak, gagal jantung, serangan jantung, hingga penyakit ginjal. Tuh, seram kan?
Baca juga: Hindari Makanan Ini saat Hamil dengan Hipertensi
Cara Mengatasi Prehipertensi
Cara mengatasi prehipertensi sebenarnya tidak sulit, tapi membutuhkan niat dan kedisiplinan yang kuat untuk melakukannya. Cara mengatasi prehipertensi sebenarnya tidak harus melalui obat-obatan, tapi perubahan gaya hidup sehat.
Menurut pakar di Harvard Medical School, cara mengatasi hipertensi bisa melalui:
- Diet. Khususnya diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH). Diet ini melibatkan pengurangan natrium makanan menjadi 2.300 mg sehari atau kurang.
- Rutin berolahraga.
- Jaga berat badan tetap ideal.
- Konsumsi alkohol dalam takaran moderat.
- Kelola stres dengan baik.
- Pengobatan. Sebuah studi tahun 2006 melaporkan bahwa dua tahun pengobatan dengan angiotensin receptor blocker candesartan (Atacand), dapat mengurangi kemungkinan bahwa prehipertensi akan berkembang menjadi hipertensi.
Baca juga: 4 Pemeriksaan Medis untuk Diagnosis Hipertensi Sekunder
Mau tahu lebih jauh dampak dan cara mengatasi prehipertensi? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Kamu bisa memeriksakan diri ke rumah sakit pilihan. Sebelumnya, buat janji dengan dokter di aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit. Praktis, kan?
Referensi:
WHO. Diakses pada Januari 2020. Hypertension - Key facts.
Web MD. Diakses pada 2021. Prehypertension: Are You at Risk?
Journal of the American Heart Association. Diakses pada 2021. Management of Prehypertension
Harvard Medical School. Diakses pada 2021. Prehypertension: Does it really matter?
National Kidney Foundation. Diakses pada 2021. Prehypertension: A Little Too Much Pressure, A Lot of Trouble
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan