Apakah Keputihan Berwarna Cokelat Perlu Diwaspadai?

8 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   15 Oktober 2024

“Pada kebanyakan kasus keputihan berwarna cokelat adalah hal yang normal. Namun, keputihan berwarna cokelat juga bisa menjadi pertanda kondisi kesehatan tertentu bila disertai gejala lain.”

Apakah Keputihan Berwarna Cokelat Perlu Diwaspadai?Apakah Keputihan Berwarna Cokelat Perlu Diwaspadai?

DAFTAR ISI


Halodoc, Jakarta – Keluarnya cairan berwarna putih dari vagina atau yang dikenal juga dengan keputihan merupakan hal yang umum bagi wanita. Faktanya, keputihan bermanfaat untuk menjaga vagina serta saluran reproduksi tetap bersih dan sehat.

Namun, menemukan adanya perubahan pada keputihan, tentu membuat kamu merasa khawatir. Misalnya saja, keputihan yang keluar berwarna cokelat, padahal umumnya berwarna bening atau putih susu. 

Lantas, berbahayakah keputihan berwarna cokelat? Simak informasi selengkapnya berikut ini!

Keputihan Berwarna Cokelat adalah Hal Normal

Meskipun terlihat mengkhawatirkan, tetapi keputihan cokelat biasanya benar-benar normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

Kamu sangat mungkin mengalami kondisi tersebut sebelum atau sesudah menstruasi.

Sebelum menstruasi, keluarnya cairan berwarna cokelat bisa disebabkan oleh sedikit pendarahan, karena itu aliran darah yang keluar sangat ringan. Darah membutuhkan waktu untuk mengalir dari leher rahim.

Nah, selama waktu tersebut darah mengalami oksidasi dan menyebabkannya berubah warna menjadi cokelat saat keluar ke pakaian dalam kamu. 

Begitu juga dengan keputihan cokelat setelah menstruasi. Pada kebanyakan kasus, hal itu disebabkan oleh darah yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dikeluarkan.  

Bila kamu mengalami bercak di antara periode menstruasi, hal ini disebabkan karena darah bisa bercampur dengan keputihan, sehingga menghasilkan konsistensi cokelat dan kental seperti karet. 

Jika mengalami keputihan, jangan khawatir, kamu bisa cari berbagai rekomendasi obat untuk keputihan melalui artikel ini 7 Obat Keputihan yang Bisa Dipilih Berdasarkan Penyebabnya.

Meskipun keputihan berwarna cokelat merupakan hal yang umum terjadi, tapi bukan berarti kamu boleh mengabaikannya, ya. Segera konsultasikan diri ke dokter, terutama jika keputihan yang kamu alami disertai dengan keluhan lainnya. 

Selain itu, cari tahu Ini Berbagai Penyebab Keputihan Putih Susu yang Perlu Diketahui.

Ciri-Ciri Keputihan Abnormal yang Perlu Diketahui

Ada berbagai ciri keputihan abnormal yang perlu diwaspadai, antara lain:

  • Jumlah keputihan lebih banyak dari biasanya. Jika jumlah keputihan lebih banyak dari biasanya, kondisi ini bisa menjadi tanda bahwa kamu perlu melakukan pemeriksaan dengan dokter.
  • Tekstur sangat kental dan menggumpal. Tekstur kental menyerupai keju dan menggumpal menjadi tanda lain keputihan abnormal.
  • Warna keputihan berbeda dari biasanya. Jika berwarna kuning, hijau, atau abu-abu kondisi ini menandakan adanya gangguan yang perlu segera mendapatkan penanganan.
  • Muncul rasa gatal dan sensasi panas pada vagina. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi. Jadi, segera lakukan pemeriksaan untuk mendapatkan penanganan.
  • Keputihan berbau menyengat. jika keputihan memiliki bau amis, ini bisa menjadi tanda keputihan abnormal yang perlu kamu waspadai.
  • Menyebabkan nyeri saat buang air kecil. Keputihan yang abnormal juga dapat menyebabkan nyeri terutama saat kamu buang air kecil.
  • Iritasi pada sekitar vulva. Keputihan abnormal juga dapat menyebabkan iritasi pada area vulva sehingga memicu rasa tidak nyaman di tubuh. 

Cari tahu cara mengatasi keputihan abnormal melalui artikel ini: Ketahui Cara Mengatasi Keputihan Abnormal.

Berbagai Penyebab Keputihan Cokelat

Ada banyak faktor penyebab keputihan berwarna cokelat, antara lain: 

1. Masalah ketidakseimbangan hormon

Keputihan cokelat terkadang bisa menjadi pertanda masalah ketidakseimbangan hormon. 

Estrogen adalah hormon yang membantu menstabilkan lapisan endometrium (rahim). Bila kamu memiliki terlalu sedikit hormon estrogen, lapisan tersebut bisa rusak pada titik yang berbeda sepanjang siklus menstruasi kamu.

Akibatnya, kamu mungkin akan mengalami bercak berwarna cokelat atau perdarahan abnormal lainnya.

Rendahnya hormon estrogen bisa terjadi akibat insomnia, perubahan suasana hati atau depresi, infeksi saluran kemih, dan penambahan berat badan.

2. Implan KB

Beberapa metode kontrasepsi, seperti IUD atau implan, akan bekerja dengan cara melepaskan hormon progestin ke dalam tubuh untuk mencegah kehamilan.

Nah, saat tubuh kamu menyesuaikan diri dengan bentuk alat kontrasepsi, kamu mungkin akan mengalami efek samping, seperti menstruasi tidak teratur, bercak, pendarahan, dan keputihan cokelat.

3. Infeksi menular seksual (IMS)

Beberapa IMS, seperti klamidia atau gonore, bisa menyebabkan keluarnya cairan berwarna cokelat atau bercak ketika kamu tidak sedang menstruasi.

Gejala lain yang juga bisa muncul, antara lain keputihan dengan bau tidak sedap, nyeri saat berhubungan seks, dan sensasi terbakar ketika buang air kecil.

4. Penyakit radang panggul

Ini adalah infeksi pada leher rahim dan rahim yang terkadang bisa menyebabkan keputihan cokelat. Penyakit ini biasanya terjadi akibat IMS yang tidak mendapat penanganan dengan cepat dan tepat.

Gejala penyakit radang panggul lainya yaitu nyeri di perut bagian bawah dan panggul, nyeri saat berhubungan seks, demam, dan buang air kecil terasa menyakitkan.

5. Polycystic ovary syndrome (PCOS)

PCOS adalah kondisi hormonal yang cukup umum terjadi pada wanita usia reproduksi.

Wanita dengan PCOS memiliki ketidakseimbangan hormon reproduksi, yang mengakibatkan menstruasi mereka tidak teratur atau terlewat.

Nah, salah satu gejala PCOS adalah keluarnya keputihan cokelat alih-alih menstruasi. 

6. Endometriosis

Endometriosis adalah kondisi kronis yang terjadi ketika jaringan yang biasanya berada di lapisan rahim, mulai tumbuh di daerah lain seperti ovarium, saluran tuba, atau usus.

Bila kamu mengalami endometriosis, kamu mungkin akan mengalami pendarahan yang tidak teratur dan menstruasi yang berat. Selain itu, terkadang pengidapnya juga mengalami keluarnya cairan berwarna cokelat dari pendarahan internal. 

7. Kanker serviks

Pada kasus yang sangat jarang terjadi, keputihan cokelat bisa menjadi tanda kanker serviks bila muncul bersamaan dengan gejala lain. Misalnya saja, hubungan seksual yang menyakitkan, menstruasi yang berat atau berkepanjangan, pendarahan di antara periode, penurunan berat badan yang tidak biasa, atau kelemahan. 

Rekomendasi Dokter Spesialis untuk Pengobatan Keputihan

Segera hubungi dokter di Halodoc untuk mendapatkan solusi terbaik jika mengalami gejala-gejala tersebut, apalagi bila keputihan sudah sangat menganggu dan membuat kamu tidak percaya diri.

Nah, berikut ini terdapat beberapa dokter yang akan membantu pengobatan keputihan dan sudah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun.

Mereka juga memiliki rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.

Ini daftarnya:

Selain itu, khusus pengguna baru bisa dapat cashback Halocoins hingga 50 persen (maksimal Rp 25ribu) saat chat dokter spesialis kulit pakai kode voucher SKINCB. Yuk konsultasi sekarang!

Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.

Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc

Rekomendasi Obat untuk Mengatasi Keputihan 

Ada beberapa pilihan obat-obatan untuk mengatasi keputihan, di antaranya: 

1. Betadine Feminine Hygiene 60 ml

Rekomendasi obat keputihan yang pertama yaitu Betadine Feminine Hygiene 60 ml. 

Produk ini merupakan antiseptik kewanitaan untuk mengatasi gejala iritasi ringan, gatal-gatal, serta keputihan yang terjadi karena infeksi bakteri Trichomonas vaginalis, Candida albicans, dan Gardnerella vaginalis

Selain itu, kamu bisa menggunakan produk ini sebagai desinfektan vagina. 

Betadine Feminine Hygiene merupakan satu-satunya produk pembersih kewanitaan yang mengandung povidone iodine 10%. 

Povidone Iodine merupakan zat yang memiliki kemampuan menembus dinding sel mikroorganisme dengan cepat. 

Zat ini bekerja dengan memengaruhi struktur serta fungsi enzim dan protein sel, sekaligus merusak fungsi sel bakteri. Caranya dengan memblokir ikatan hidrogen dan mengubah struktur membran. 

Beberapa metode aksi ini memastikan kematian mikroba yang cepat, serta membantu mencegah perkembangan resistensi bakteri.  

Menurut jurnal berjudul Investigation on the Efficacy of Povidone-Iodine against Antiseptic-Resistant Species (1997), antiseptik povidone iodine efektif melawan MRSA (methicillin resistant Staphylococcus aureus) setelah 30 detik pada semua konsentrasi (0.5%, 0.2% dan 0.05%). 

Jurnal lain berjudul Comparative In Vitro Evaluation of the Antimicrobial Activities of Povidone-Iodine and Other Commercially Available Antiseptics against Clinically Relevant Pathogens (2021), juga menyebut adanya pengaruh yang sama dari penggunaan povidone iodine terhadap fungi seperti Candida albicans

Penggunaan povidone iodine direkomendasikan karena memiliki tolerabilitas yang baik, serta belum dilaporkan adanya resistensi secara klinis. 

Cara menggunakan Betadine Feminine Hygiene 60 ml cukup mudah, yaitu:

  • Larutkan satu tutup botol (8 ml) Betadine Feminine Hygiene dengan satu liter air. 
  • Kemudian gunakan untuk membasuh organ intim kewanitaaan. 
  • Setelah itu diamkan selama 1 menit, lalu bilas dengan air bersih. 
  • Untuk pengobatan, kamu bisa menggunakan produk ini 2 kali sehari, selama 5 hari berturut-turut.
  • Jika mengalami gejala yang berlanjut, segera konsultasikan ke dokter.

No registrasi BPOM: DTL1613711841B1

Kisaran harga: RP42.000 per botol.

Dapatkan Betadine Feminine Hygiene 60 ml di Toko Kesehatan Halodoc.

2. Fluconazole 150 mg Kapsul

Berikutnya, ada Fluconazole 150 mg Kapsul yang bisa digunakan untuk mengatasi infeksi akibat jamur pada vagina, mulut, tenggorokan, hingga aliran darah. 

Obat ini merupakan golongan imidazol sintetik, yang bekerja dengan cara menghambat enzim sitokrom P450 di dalam tubuh. 

Enzim ini memiliki peran penting di jalur biosintesis sterol pada jamur. Dengan begitu, pertumbuhan jamur kulit sekitar vagina jadi mereda. 

Berikut ini dosis umum penggunaan Fluconazole 150 mg Kapsul: 

  • Dewasa untuk pengobatan kandidiasis vagina: 150 mg sebagai dosis tunggal oral. 

Obat ini bisa diminum sebelum atau sesudah makan. Namun, penggunaannya tidak direkomendasikan untuk ibu hamil, ibu menyusui, serta pengidap gangguan ginjal dan hati. 

No registrasi BPOM: GKL0612423301B1 (No registrasi obat bisa berbeda, tergantung dari kesediaan stok di apotek)

Kisaran harga: Rp6.900 – Rp31.900 per strip.

Dapatkan Fluconazole 150 mg Kapsul di Toko Kesehatan Halodoc.

3. Metronidazole 500 mg 10 Kaplet

Obat keputihan yang bisa digunakan berikutnya, yaitu Metronidazole 500 mg.

Obat ini bisa digunakan untuk mengobati infeksi trichomonas vaginalis, bakteri gardnerella vaginalis penyebab vaginosis, serta infeksi entamoeba histolytica.

Berikut ini dosis umum penggunaan Metronidazole 500 mg:

  • Dewasa: 200 mg sebagai dosis tunggal atau 200 mg diberikan 3 kali sehari (selama 7 hari). Selain itu bisa juga diberikan 400 mg, 2 kali sehari selama 5-7 hari. Maksimal dosis 2.000 mg per dosis. 
  • Anak-anak: 40 mg/kg BB sebagai dosis tunggal atau 15-30 mg/kg BB setiap hari dalam 2-3 dosis terbagi. Maksimal dosis 2.000 mg per dosis. 

No registrasi BPOM: GKL9512510710A1 (No registrasi obat bisa berbeda, tergantung dari kesediaan stok di apotek)

Kisaran harga: Rp4.900 per strip.

Dapatkan Metronidazole 500 mg di Toko Kesehatan Halodoc.

Obat-obatan tersebut bisa kamu beli dengan mudah di Toko Kesehatan Halodoc. Dapatkan obat dengan cepat tanpa perlu keluar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Bila kamu mengalami perubahan keputihan selama kehamilan atau mengalami gejala lain, segera konsultasikan dengan dokter di Halodoc dengan klik gambar berikut:

Referensi:
K Health. Diakses pada 2024. Brown Discharge: Causes and When to See a Doctor.
Healthline. Diakses pada 2024. What Causes Brown Vaginal Discharge and How Is It Treated?
Very Well Health. Diakses pada 2024. What Does Normal Vaginal Discharge Look Like?
Cleveland Clinic. Diakses pada 2024. Vaginal Discharge.
Health Direct. Diakses pada 2024. Vaginal Discharge.
Journal Dermatology. Diakses pada 2024. Investigation on the Efficacy of Povidone-Iodine against Antiseptic-Resistant Species. 
German Medical Science. Diakses pada 2024. Comparative In Vitro Evaluation of the Antimicrobial Activities of Povidone-Iodine and Other Commercially Available Antiseptics against Clinically Relevant Pathogens.