Apakah Bumil Pengidap Lupus Bisa Menular ke Janinnya?
Halodoc, Jakarta - Kehamilan tidak lagi dianggap mustahil bagi seseorang yang mengidap lupus. Melansir dari Lupus Foundation of America, teknologi yang semakin maju dan pemahaman yang lebih baik tentang lupus meningkatkan jumlah kehamilan yang sehat selama 40 tahun terakhir. Peluang kehamilan yang sehat dan sukses ini bisa diperoleh jika pengidap telah merencanakan kehamilan secara matang dengan mengelola gejala lupus dengan baik.
Meskipun begitu, masih ada kekhawatiran pada sebagian pengidap terkait apakah lupus dapat ditularkan kepada janin. Lantas, benarkah penyakit lupus bisa menular ke janin yang sedang dikandung? Berikut ini penjelasannya.
Baca juga: Bumil Mengidap Lupus, Bisakah Melahirkan Normal?
Apakah Lupus Bisa Menular ke Janin?
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, ibu pengidap lupus punya peluang yang besar untuk melahirkan bayi yang sehat. Pada kasus yang jarang terjadi, Si Kecil mengidap neonatal lupus saat lahir. Lupus neonatal terjadi ketika ada antibodi tertentu yang ditemukan pada ibu pengidap lupus. Ketika kondisi ini terjadi, bayi mungkin memiliki ruam kulit, masalah hati, atau kadar sel darah rendah.
Bayi dengan lupus neonatal dapat mengalami kelainan jantung serius yang disebut blok jantung bawaan. Tetapi, pada kebanyakan bayi, lupus neonatal hilang setelah tiga hingga enam bulan dan tidak kambuh setelahnya. Untuk mencegah kondisi ini, dokter biasanya melakukan tes untuk mencari risiko lupus neonatal. Ada juga perawatan yang dilakukan saat atau sebelum kelahiran.
Baca juga: Tips Merencanakan Program Hamil saat Alami Lupus
Mengelola Masalah Kehamilan pada Pengidap Lupus
Ibu yang mengidap lupus penting untuk melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin untuk mencegah berbagai masalah kehamilan atau mengobatinya sejak dini. Berikut ini masalah yang dapat terjadi selama kehamilan yang perlu ibu waspadai, yaitu:
- Flare. Flare yang muncul selama kehamilan biasanya masih tergolong ringan. Dokter umumnya akan mengobati kondisi ini dengan memberikan kortikosteroid dosis rendah.
- Hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat mempengaruhi hingga 20 persen ibu hamil yang mengidap lupus. Tekanan darah tinggi juga meningkatkan risiko preeklampsia, yakni kondisi ketika terjadi peningkatan tekanan darah atau protein dalam urin. Preeklampsia membutuhkan perawatan sesegera mungkin.
- Keguguran. Sekitar satu dari setiap lima kehamilan lupus berakhir dengan keguguran. Keguguran lebih sering terjadi pada ibu yang mengidap tekanan darah tinggi, lupus aktif, dan penyakit ginjal aktif. Keguguran juga merupakan hasil dari antibodi antifosfolipid, jenis antibodi yang meningkatkan kecenderungan untuk membentuk bekuan darah di arteri. Ketika ibu mengalaminya, dokter perlu meresepkan obat pengencer darah.
- Persalinan prematur. Persalinan prematur berisiko dialami oleh ibu yang preeklampsia, antibodi antifosfolipid, dan lupus aktif. Penting untuk mengetahui gejala persalinan prematur, seperti sakit punggung, tekanan dalam panggul, perdarahan, kram perut, dan kontraksi yang terjadi setiap 10 menit.
Baca juga: Pola Hidup Sehat untuk Bumil yang Mengidap Lupus
Ibu yang lupus mungkin memiliki risiko komplikasi kehamilan yang lebih besar. Tapi, ibu perlu tahu bahwa kehamilan dengan lupus tidak memiliki peluang yang besar untuk melahirkan bayi dengan cacat lahir atau cacat intelektual. Jika ibu punya pertanyaan lain mengenai hal ini, diskusikan bersama dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat aplikasi, ibu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.
Referensi :
Lupus Foundation of America. Diakses pada 2020. Planning a pregnancy when you have lupus.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2020. Having a Healthy Pregnancy with Lupus.
WebMD. Diakses pada 2020. Pregnancy and Lupus.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan