Apa Saja Gejala yang Muncul saat Mengidap MERS?
Halodoc, Jakarta - Pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012 silam di Arab Saudi, MERS segera dinyatakan sebagai penyakit yang menular dengan mudah dan cepat serta membahayakan nyawa. Masalah kesehatan ini menyerang saluran pernapasan bagian bawah terjadi karena infeksi virus Mers-CoV. Akan tetapi, jenis virus yang menginfeksi tidak sama dengan virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 maupun SARS.
Penularan tertinggi MERS dilakukan melalui kontak langsung dari orang Timur Tengah yang sedang melancong ke negara lain, atau orang-orang yang melakukan perjalanan ke daerah Timur Tengah. Penyakit ini bisa dikatakan mematikan karena 3 sampai 4 dari 10 orang yang mengidap MERS harus kehilangan nyawanya.
Baca juga: Bahaya Penyakit MERS bagi Pengidap Hipertensi
Gejala MERS yang Perlu Diketahui
Sayangnya, gejala MERS sangat mirip dengan penyakit flu sehingga tak heran banyak yang menganggap masalah ini sebagai sakit flu biasa. Biasanya, gejala akan muncul sekitar 5 sampai 6 hari setelah virus masuk dan menginfeksi tubuh. Meski begitu, gejala juga bisa terjadi antara 2 hingga 14 hari setelah infeksi.
Beberapa kasus MERS pun menunjukkan tidak adanya gejala. Inilah mengapa kamu perlu mewaspadai tanda-tanda yang ditunjukkan oleh tubuh terkait masalah penyakit ini. Secara umum, MERS akan menunjukkan gejala berikut ini:
- Sesak napas;
- Demam;
- Batuk;
Sementara itu, gejala lain yang biasanya muncul bersamaan dengan tiga gejala umum di atas, yaitu:
- Tubuh terasa pegal;
- Nyeri pada dada;
- Tubuh menggigil;
- Mual dan muntah;
- Nyeri atau sakit kepala;
- Tidak enak badan;
- Sakit tenggorokan.
Baca juga: Ini 7 Fakta tentang Penyakit MERS
Tanpa adanya penanganan atau terlambat penanganan akan membuat MERS memburuk dan mengalami komplikasi yang serius. Ini termasuk gagal ginjal dan pneumonia. Beberapa kasus MERS juga menunjukkan kondisi gangguan napas berat yang mengakibatkan pengidap harus dibantu dengan menggunakan ventilator.
Segera lakukan pengobatan jika kamu mengalami gejala di atas dan tidak membaik lebih dari satu minggu. Penanganan tepat waktu akan mencegah MERS berkembang menjadi komplikasi yang lebih buruk lagi. Gunakan selalu aplikasi Halodoc jika kamu ingin berobat lebih mudah di rumah sakit terdekat tanpa harus mengantre, tanya jawab dengan dokter, atau membeli vitamin maupun obat tanpa perlu ke apotek.
Ketahui Faktor Risiko MERS
Tidak hanya gejala, kamu pun perlu mengetahui apa saja faktor-faktor yang meningkatkan risiko tubuh terserang penyakit MERS. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Usia. Orang-orang lansia ternyata lebih berisiko mengidap MERS.
- Mengunjungi area pandemi, khususnya wilayah Timur Tengah.
- Memiliki riwayat penyakit kronis bawaan, seperti diabetes, kanker, gangguan ginjal, dan masalah paru.
- Memiliki imunitas tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, sedang mengonsumsi obat penekan imun, dan sedang menjalani terapi untuk mengobati kanker.
Baca juga: COVID-19, SARS, atau MERS, Mana yang Paling Berbahaya?
Pengobatan Penyakit MERS
Pengobatan untuk mengatasi penyakit MERS hingga kini belum tersedia secara khusus. Sering kali, pengobatan difokuskan guna meringankan gejala dan mencegah munculnya komplikasi. Berikut ini beberapa pilihan pengobatan yang dianjurkan:
- Pengobatan untuk gejala yang ringan, biasanya disarankan memperbanyak istirahat, tidak bepergian ke daerah pandemi, menghindari kontak langsung, hingga pemberian obat penghilang nyeri.
- Pengobatan untuk MERS yang berat, biasanya membutuhkan penanganan intensif di rumah sakit. Dokter akan memberikan infus, ventilator guna membantu pernapasan, dan yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan darah.
Agar tidak terserang virus MERS, kamu tentu dianjurkan untuk tidak bepergian ke wilayah pandemi, rajin mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kontak langsung dengan pengidap.
Referensi:
Medicine Net. Diakses pada 2021. MERS.
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2021. MERS.
NHS. Diakses pada 2021. MERS.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan