Anak yang Mengidap Autisme Berisiko untuk Alami Gangguan Makan
Halodoc, Jakarta - Mau tahu berapa banyaknya angka kejadian autisme secara global? Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), autisme terjadi pada 1 dari 160 anak. Autisme ini umumnya dimulai pada masa kanak-kanak, dan cenderung berlanjut hingga remaja atau dewasa.
Autisme adalah gangguan perkembangan otak, yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, pengidapnya juga akan mengalami gangguan perilaku dan membatasi minat pengidapnya.
Di samping itu, dalam beberapa kasus autisme juga bisa memicu risiko terjadinya gangguan makan pada anak. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Baca juga: Vaksin Bisa Menyebabkan Bayi Autis, Mitos atau Fakta?
Autisme dan Gangguan Makan, Apa Hubungannya?
Ada studi menarik yang bisa kita simak menyoal gangguan makan pada pengidap autisme. Dimuat dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry, studi ini berjudul “Trajectories of autistic social traits in childhood and adolescence and disordered eating behaviours at age 14 years: A UK general population cohort study”.
Sebanyak ribuan remaja yang diamati, para ahli mencoba menyelidiki apakah subjek penelitian mempunyai sifat sosial (gejala) autis pada usia 7, 11, 14, dan 16 tahun. Usia tersebut dibandingkan dengan gangguan makan pada usia 14 tahun. Misalnya, seperti makan berlebih atau diet jangka panjang.
Bagaimana hasilnya? Dari 5.381 remaja atau subjek penelitian, sebanyak 421 (7,8 persen) mengalami satu atau lebih perilaku makan yang tidak teratur (gangguan makan), dan 148 (2,8 persen) episode mingguan (setiap minggu).
Hipotesis awal penelitian ini mengatakan, sifat atau ciri-ciri autisme mungkin menjadi faktor risiko dalam mengembangkan gangguan makan pada anak. Lalu, bagaimana kesimpulannya?
Menurut peneliti dalam riset tersebut, tingkat sifat autisme yang lebih tinggi di masa kanak-kanak, dapat mewakili faktor risiko dalam mengembangkan gangguan makan pada masa remaja.
Studi ini menunjukkan, sifat atau gejala autisme bisa menjadi faktor pemicu munculnya gangguan makan pada pengidapnya. Contohnya seperti pola makan yang tidak teratur, atau gangguan makan lainnya.
Baca juga: Ini Cara Mengamati Gangguan Makan pada Anak
Jangan Tunggu Sampai Lapar
Banyak orangtua dari anak-anak yang mengidap autisme merasa kesulitan dalam menghadapi masalah ini, meski dengan atau tanpa bantuan profesional. Khusus untuk di Amerika Serikat, menurut ahli di Indiana University Bloomington, kondisi ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga profesional atau dokter spesialis yang menangani gangguan makan.
Selain jumlahnya terbatas, hanya sedikit pula tenaga profesional yang memiliki pemahaman dan pengalaman yang baik terhadap pengidap autisme yang juga mengalami gangguan makanan.
Dalam kebanyakan kasus, strategi yang sering disarankan untuk anak dengan gangguan makan adalah menunda atau tidak memberinya makan sampai dirinya benar-benar lapar.
Padahal, strategi ada pendekatan seperti ini terbukti berbahaya atau tidak sesuai untuk penyandang autisme. Di samping itu, tak jarang pula para profesional dan anggota keluarga yang secara keliru menyalahkan orangtua dari penyandang autisme atas gangguan makan yang dialaminya.
Nah, bagi orangtua yang mungkin sedang mengalami masalah di atas, atau masalah kesehatan anak lainnya, bisa kok bertanya langsung pada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc.
Baca juga: Ketahui 5 Mitos yang Beredar Seputar Autisme
Amati Gejala Autisme pada Anak
Berbicara ciri-ciri autisme tak hanya menyoal satu-dua hal saja. Autisme bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Nah, berikut ini gejala autisme yang umumnya dialami pengidapnya:
- Lebih senang menyendiri, seperti ada di dunianya sendiri.
- Tidak merespon ketika namanya dipanggil.
- Tak bisa memulai atau meneruskan percakapan, bahkan hanya untuk meminta sesuatu.
- Sering menghindari kontak mata, dan kurang menunjukkan ekspresi.
- Nada bicaranya tidak biasa, misalnya datar.
- Cenderung tak memahami pertanyaan atau petunjuk sederhana.
- Enggan berbagi, bermain, atau berbicara dengan orang lain.
- Sering menghindari kontak mata.
- Menghindari dan menolak kontak fisik dengan orang lain.
- Sering mengulang kata (echolalia), tapi tidak memahami penggunaannya secara tepat.
Bila Si Kecil mengalami gejala-gejala di atas, tak ada salahnya untuk berdiskusi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan dan saran yang tepat. Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc, kapan saja dan di mana saja.