Indonesia Rawan Bencana Alam, Ini Bahaya Abu Vulkanik Bagi Kesehatan
Halodoc, Jakarta – Lokasi Indonesia yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), membuat kita sering mengalami bencana alam, termasuk gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Seperti 2018 lalu, Anak Gunung Krakatau erupsi sebanyak 576 kali dalam sehari yang tidak hanya mengeluarkan suara dentuman, tetapi juga lontaran pasir, batu pijar, dan abu vulkanik. Sejatinya, abu vulkanik tidak boleh dianggap enteng karena dapat memberikan dampak pada kesehatan. Lantas, apakah bahaya abu vulkanik? Selengkapnya ada di bawah ini!
Abu Vulkanik Mengandung Zat Beracun
Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Teach The Earth, disebutkan kalau abu vulkanik mengandung zat ataupun gas berbahaya. Beberapa adalah sejumlah partikel dan gas berbahaya, seperti aerosol, dibawa dalam abu vulkanik. Beberapa di antaranya adalah karbon dioksida, sulfat (sulfur dioksida), asam hidroklorik, dan asam hidroflourat.
Baca juga: 3 Jenis Latihan Pernapasan untuk Hilangkan Stres
Masing-masing dari kandungan ini memiliki efek berbeda, tetapi serius pada kesehatan manusia jika terpapar. Abu vulkanik dapat mengganggu kesehatan melalui saluran pernapasan manusia dan hewan. Tidak hanya itu, abu vulkanik juga dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di daerah yang terpapar abu vulkanik dan merusak serat-serat tanaman.
Tadi sudah disebutkan kalau menghirup abu vulkanik dapat merusak kesehatan manusia, karena aerosol berbahaya dan gas beracun yang membentuk abu dapat mengiritasi paru-paru, mata, bahkan kulit.
Gejala pernapasan (jangka pendek) yang dirasakan adalah hidung beringus, sakit tenggorokan/batuk, mengi/sesak napas, sampai kemungkinan bronkitus. Sedangkan gejala iritasi mata. dapat ditandai dengan mata menjadi gatal atau memerah, lecet atau goresan pada kornea, sampai memicu konjungtivitis.
Perlu diketahui kalau salah satu efek jangka panjang dari paparan abu vulkanik adalah silikosis. Silikosis adalah penyakit yang mengakibatkan kerusakan paru-paru dan jaringan parut, dari paparan partikel silika kristal bebas. Mineral yang berhubungan dengan silikosis termasuk kuarsa, kristobalit, dan tridimit, terkandung dalam abu vulkanik yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Langkah Pencegahan untuk Menjaga Kesehatan
Untungnya, ada banyak cara untuk menghindari dan melindungi diri terhadap bahaya abu vulkanik. Tindakan pencegahan tersebut adalah:
-
Mengenakan pakaian pelindung, kacamata, dan masker debu.
-
Menyegel bangunan dalam arti kamu bisa menutup rumah tinggal rapat-rapat supaya jangan sampai abu vulkanik masuk dan mengendap di dalam rumah.
-
Jika kamu memiliki gangguan ataupun masalah kesehatan pada pernapasan ada baiknya segera mengungsi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Ingin tahu lebih lanjut mengenai penanganan untuk masalah pernapasan, tanyakan langsung saja di Halodoc.
Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat kapan dan di mana saja.
-
Basahi semua partikel debu dan abu untuk mencegah pergerakan dan perpindahan, sehingga paparannya lebih meluas.
-
Saat mengemudi, jaga jarak yang tepat di antara mobil di depan dan di belakang.
-
Hindari menarik napas terlalu dalam, karena pernapasan yang dalam dapat menyebabkan inhalasi partikel masuk lebih maksimal ke paru-paru.
Baca juga: Polusi Memburuk, Ini Tips Memilih Masker
Sejatinya paparan abu vulkanik dapat lebih merusak untuk mereka yang mengidap gangguan pernapasan sebelumnya. Embusan angin dapat mengarahkan perpindahan abu vulkanik secara lebih massal, sehingga memberikan dampak yang lebih meluas. Karena itulah, jika kamu memiliki gangguan pernapasan, ada baiknya langsung mengungsi ke tempat yang lebih aman.