Anak Alami Batuk, Kapan Sebaiknya Pergi ke Dokter?
Halodoc, Jakarta – Batuk sebenarnya refleks untuk membantu melindungi saluran udara di tenggorokan. Batuk juga bisa menjadi salah satu gejala penyakit anak yang paling umum. Kapan sebaiknya memeriksakan batuk yang dialami anak ke dokter?
Jika anak mengalami kesulitan bernapas, bernapas lebih cepat dari biasanya, wajah membiru, demam tinggi, serta mengeluarkan suara rejan atau mengi saat batuk dan bernapas, itu tandanya untuk segera memeriksakan kondisi kesehatan anak ke dokter.
Periksakan ke Dokter Jika Anak Mengalami Ini
Selain gejala ataupun tanda yang sudah disebutkan sebelumnya, ada beberapa gejala lain yang menjadi petunjuk orangtua harus segera membawa anak ke dokter. Di antaranya adalah:
1. Batuk berdahak kental berwarna kuning kehijauan.
2. Sesak napas.
3. Pingsan.
4. Mengalami pembengkakan pergelangan kaki atau penurunan berat badan.
5. Tersedak atau muntah.
6. Kesulitan bernapas atau menelan.
7. Batuk berdahak yang berdarah atau merah muda.
8. Mengalami nyeri dada.
Baca juga: Ketahui Penyebab Batuk Mudah Sekali Menular
Kebanyakan batuk disebabkan oleh virus dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Terkadang masa penyembuhan memakan waktu sampai dua minggu. Dokter biasanya tidak meresepkan antibiotik karena antibiotik hanya bekerja melawan bakteri. Obat batuk tidak dianjurkan untuk anak di bawah 6 tahun.
Jika ibu membutuhkan rekomendasi dari profesional medis terkait penanganan batuk anak, tanyakan saja langsung ke dokter di Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor orangtua bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Mengenal Jenis Batuk pada Anak
Memahami berbagai jenis batuk dapat membantu orangtua mengetahui kapan harus memeriksakan anak ke dokter. Jenis batuk yang paling umum terjadi pada anak adalah:
Baca juga: Ini Bedanya Batuk Akibat Virus dan Alergi
1. Batuk "Barky"
Batuk yang menyerupai gonggongan biasanya disebabkan oleh pembengkakan di saluran napas bagian atas. Sering kali, batuk yang menyerupai suara gonggongan ini berasal dari pembengkakan laring (kotak suara) dan trakea (batang tenggorokan).
2. Batuk Rejan
Batuk rejan adalah infeksi saluran udara yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Anak-anak dengan pertusis akan mengalami batuk terus-menerus tanpa perlu bernapas di antaranya. Di akhir batuk, mereka akan menarik napas dalam-dalam yang membuat suara "rejan". Gejala lainnya adalah pilek, bersin, batuk ringan, dan demam ringan.
3. Batuk dengan Mengi
Jika anak mengeluarkan suara mengi (bersiul) saat mengembuskan napas ini bisa berarti saluran udara bagian bawah di paru-paru bengkak. Ini bisa terjadi dengan kondisi asma atau dengan infeksi virus bronchiolitis.
Baca juga: Obat Batuk yang Aman dan Alami untuk Si Kecil
4. Batuk pada Malam Hari
Sebagian besar kondisi batuk bertambah parah di malam hari. Saat anak masuk angin, lendir dari hidung dan sinus bisa mengalir ke tenggorokan dan memicu batuk saat tidur. Asma juga bisa memicu batuk malam hari karena saluran udara cenderung lebih sensitif.
5. Batuk dengan Demam
Anak yang batuk, demam ringan, dan pilek kemungkinan besar sedang flu biasa. Namun, batuk dengan demam 39° Celsius atau lebih tinggi kadang-kadang bisa disebabkan oleh pneumonia, terutama jika kondisi tubuh anak lemah dan bernapas dengan cepat.
6. Batuk dengan Muntah
Anak-anak sering kali batuk hingga memicu refleks, sehingga membuat mereka muntah. Selain itu, anak yang batuk pilek atau asmanya sedang kambuh sangat mungkin mengalami muntah. Ini dikarenakan lendir yang mengalir ke perut dan menyebabkan mual.
7. Batuk yang Terus-menerus
Batuk yang disebabkan oleh pilek akibat virus bisa berlangsung berminggu-minggu, terutama jika seorang anak terserang flu secara terus-menerus. Asma, alergi, atau infeksi kronis pada sinus atau saluran udara juga dapat menyebabkan batuk berkepanjangan.