Amankah Penggunaan Tampon bagi Remaja Putri?
“Tampon dapat membawa risiko infeksi tambahan seperti infeksi ragi, jamur, dan bakteri. Dalam beberapa kasus, penggunaan tampon juga dapat meningkatkan risiko toxic shock syndrome (TSS) yang berbahaya.”
Halodoc, Jakarta – Tampon adalah produk kewanitaan yang dirancang untuk menyerap darah menstruasi selama periode menstruasi. Cara penggunaannya dengan memasukkannya ke dalam vagina.
Tampon menjadi produk kewanitaan yang praktis dan dapat membantu menghentikan kebocoran. Alat ini bekerja dengan menangkap aliran darah menstruasi lebih awal.
Meskipun secara medis tampon aman-aman saja digunakan, tapi ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan terkait penggunaannya bagi remaja putri. Simak selengkapnya di sini!
Waspadai Sindrom TSS saat Menggunakan Tampon
Kenyataannya, selain berisiko menyebabkan infeksi ragi, jamur, dan bakteri, penggunaannya juga dapat meningkatkan risiko TSS atau sindrom syok toksik.
Sindrom ini jarang terjadi dan penyebabnya adalah zat beracun yang dihasilkan oleh jenis bakteri tertentu. Zat beracun menyebabkan kerusakan organ ginjal, jantung, dan hati, bahkan kematian.
U.S Food and Drug Administration (FDA) melakukan evaluasi ketat pada produk tampon sebelum didistribusikan. Sebab, hal ini terkait dengan pertumbuhan bakteri penyebab TSS sebagai akibat penggunaannya.
Hanya tampon yang sudah mendapat persetujuan dari FDA yang bisa kamu gunakan. Jika kamu adalah seorang remaja putri, ada baiknya mendiskusikan hal ini dengan dokter sebelum memakainya.
Sebelum menggunakannya, kamu bisa mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam artikel ini: Perlu Tahu, Ini 5 Kelebihan dan Kekurangan Tampon
Aturan Penggunaan Tampon
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan sebelum menggunakan tampon, yaitu:
- Ikuti semua petunjuk pada labe kemasan.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan tampon, ini akan membantu mengurangi penyebaran bakteri.
- Gunakan tampon saat sedang keluar darah menstruasi. Jangan gunakan pada waktu lain di luar siklus haid.
- Ganti setiap tampon setiap 4 hingga 8 jam, jangan pernah memakai tampon selama lebih dari 8 jam.
- Gunakan tampon dengan daya serap terendah yang dibutuhkan. Jika kamu memakai satu tampon hingga delapan jam tanpa menggantinya, daya serapnya mungkin terlalu tinggi.
- Hubungi dokter jika kamu mengalami rasa sakit, demam atau gejala tidak biasa lainnya. Hentikan penggunanya jika mengalami ketidaknyamanan, rasa sakit, keluarnya cairan yang tidak biasa, atau jika memiliki reaksi alergi.
Penting juga untuk mengetahui tanda-tanda sindrom syok toksik (TSS) sehingga kamu bisa mengurangi risikonya. Sebab, masalah ini dapat terjadi akibat penggunaan yang salah.
Selain TSS, keamanan penggunaan tampon juga perlu memperhitungkan beberapa hal lain. Karena penggunaannya masuk ke dalam, ini membuat tampon kerap terlupakan.
Bahkan seseorang bisa lupa melepaskannya, atau memasang dua tampon sekaligus. Akibatnya, infeksi pun bisa terjadi sehingga memicu ketidakseimbangan bakteri.
Lama kelamaan ini bisa menyebabkan infeksi rahim atau masalah kesehatan vagina lainnya. Alhasil, vagina jadi lebih rentan terhadap abrasi dan mengubah keseimbangan cairan alaminya.
Gejala Sindrom Syok Toksik (TSS)
Sindrom syok toksik merupakan komplikasi infeksi bakteri, tetapi jarang terjadi dan mengancam jiwa. Penyebabnya racun dari bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus group A.
Sindrom syok toksik dapat menyerang siapa saja, termasuk pria, anak-anak, dan wanita pascamenopause. Faktor risikonya, yaitu luka kulit, pembedahan, dan penggunaan tampon saat menstruasi.
Kemungkinan tanda dan gejala sindrom syok toksik meliputi:
- Demam tinggi yang terjadi secara tiba-tiba.
- Tekanan darah rendah.
- Muntah atau diare.
- Ruam yang menyerupai sengatan matahari.
- Kebingungan.
- Nyeri otot.
- Kemerahan pada mata, mulut, dan tenggorokan.
- Kejang-kejang.
- Sakit kepala.
Kamu bisa bertanya langsung pada dokter di Halodoc jika memiliki keluhan atau gangguan saat menstruasi. Diskusikan juga jika memiliki masalah terkait dengan siklus haid yang tidak normal. Ketahui di sini: Catat, Ini Perbedaan Siklus Menstruasi yang Normal dan Tidak