Amankah Ibu Hamil Konsumsi Methimazole? Ini Faktanya
“Hipertiroidisme dapat diobati menggunakan methimazole. Namun, pemakaian obat ini untuk ibu hamil masih menjadi kontroversi karena efeknya pada janin.”
Halodoc, Jakarta – Methimazole adalah obat yang bisa kamu gunakan untuk mengobati hipertiroidisme, yaitu kondisi ketika kelenjar tiroid terlalu aktif. Obat ini bekerja dengan menghambat produksi hormon tiroid yang berlebihan.
Penggunaan methimazole pada ibu hamil masih menjadi kontroversi karena potensi risiko bagi perkembangan janin. Lantas, apakah aman bumil aman untuk mengonsumsi obat ini? Simak penjelasannya berikut ini!
Efek Methimazole pada Kehamilan
Methimazole termasuk ke dalam kategori obat D dalam kehamilan menurut FDA (Food and Drug Administration). Artinya, obat ini memiliki potensi risiko bagi perkembangan janin, terutama pada trimester pertama kehamilan.
Pada awal kehamilan, penggunaan obat ini meningkatkan risiko kelainan kongenital pada janin, seperti kelainan jantung, defek septum atrium atau ventrikel, dan kelainan saluran kencing.
Menurut American Thyroid Association, penggunaan methimazole pada trimester pertama dapat meningkatkan risiko kelainan pada kelenjar tiroid. Sementara itu, penggunaan pada trimester kedua dan ketiga kehamilan dapat meningkatkan risiko penurunan jumlah trombosit pada bayi yang baru lahir.
Penggunaan pada trimester akhir kehamilan juga bisa menyebabkan hipotiroidisme pada bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena obat tersebut dapat menembus plasenta dan menghambat produksi hormon tiroid pada janin.
Akibatnya, bayi yang lahir mungkin memiliki masalah dengan fungsi tiroidnya, yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan normal.
Namun, pada beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan methimazole pada ibu hamil jika manfaatnya lebih besar daripada risiko yang terkait. Misalnya, pada kasus hipertiroidisme yang parah atau pada kasus di mana obat lain tidak tersedia atau tidak efektif. Dosisnya pun harus seminimal mungkin dan harus dipantau ketat oleh dokter.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memilih untuk memberikan dosis methimazole dalam bentuk titrasi, yaitu penyesuaian dosis secara bertahap hingga mencapai dosis terendah yang efektif untuk mengendalikan hipertiroidisme. Sebagai tambahan informasi, ketahui juga mengapa Wanita Hamil Rentan Alami Gondok, Ini Alasannya.
Alternatif Pengobatan untuk Ibu Hamil dengan Hipertiroidisme
Selain menggunakan methimazole, ada beberapa alternatif pengobatan untuk mengendalikan hipertiroidisme pada ibu hamil, yaitu:
1. Beta-blockers
Beta-blockers seperti propranolol, atenolol, dan metoprolol dapat mengontrol gejala hipertiroidisme. Misalnya seperti palpitasi, tremor, dan kecemasan.
Obat ini bekerja dengan menurunkan denyut jantung dan mengurangi tekanan darah. Namun, penggunaan beta-blockers harus dipantau secara ketat oleh dokter karena dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.
2. Propylthiouracil (PTU)
PTU juga termasuk obat yang digunakan untuk mengurangi produksi hormon tiroid. Obat ini biasanya diberikan pada trimester pertama kehamilan dan kemudian diganti dengan methimazole di trimester kedua dan ketiga. Namun, penggunaan PTU juga tidak sepenuhnya aman dan pemakaiannya harus dipantau oleh dokter.
3. Operasi tiroid
Jika obat-obatan tidak efektif, operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid dapat menjadi pilihan terakhir. Namun, operasi tiroid pada ibu hamil sangat jarang dilakukan dan hanya dilakukan dalam keadaan yang sangat mendesak.
Pilihan alternatif pengobatan untuk hipertiroidisme pada ibu hamil harus diputuskan oleh dokter yang merawat. Pengobatan harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan ibu hamil dan janinnya serta potensi risiko dan manfaat dari setiap obat.
Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter dan mematuhi panduan pengobatan. Kamu pun bisa tanya dokter di Halodoc terkait hal ini. Praktis bukan? Yuk, download Halodoc sekarang!