Amankah Donor ASI bagi Bayi?
Halodoc, Jakarta – ASI adalah asupan yang paling tepat untuk bayi yang baru lahir hingga usia 6 bulan. Namun, sayangnya tidak semua bayi yang baru dilahirkan mendapatkan asupan ASI dari ibunya karena berbagai macam faktor. Salah satunya karena kondisi ibu yang belum memproduksi ASI secara maksimal.
Baca juga: Ini 5 Manfaat ASI Bagi Bayi dan Ibu yang Bisa Dirasakan
Sebaiknya ibu jangan putus asa, karena ada tindakan donor ASI untuk bayi yang belum bisa mendapatkan ASI yang optimal dari ibu. Namun, apakah tindakan donor ASI aman bagi bayi yang menerima dan tidak menimbulkan dampak kesehatan? Ini penjelasannya.
Donor ASI, Aman Atau Berbahaya?
Produksi ASI setiap ibu berbeda-beda dengan berbagai faktor yang mendasarinya. Faktor yang menyebabkan ASI tiap ibu berbeda jumlahnya adalah asupan makanan yang dikonsumsi, perawatan payudara, frekuensi bayi menghisap puting ibu dengan benar, dan kondisi psikis atau mental seorang ibu.
Perbedaan jumlah produksi ASI ini yang membuat munculnya tindakan donor ASI. Biasanya, ibu menyusui yang memiliki produksi ASI yang cukup berlimpah akan membantu ibu menyusui dengan produksi ASI yang kecil. Caranya dengan memberikan stok ASIP atau ASI perah pada bayi yang kekurangan ASI.
Lalu, apakah cara ini aman untuk kesehatan bayi yang menerima donor ASI? Nyatanya, meskipun donor ASI bermanfaat namun kondisi ini rentan terhadap penyebaran penyakit pada bayi. Cara untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit pada bayi, sebaiknya lakukan skrining ASI pada ibu menyusui yang mendonorkan ASI pada bayi lain.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh ibu yang akan mendonorkan ASI agar kesehatan bayi lain terjaga dan terhindar dari paparan penyakit yang diidap oleh pendonor ASI:
-
Ibu yang menjadi pendonor harus melakukan beberapa tahapan tes, seperti tes fisik dan tes darah. Sebaiknya ketika mendonorkan ASI, ibu pendonor dalam keadaan sehat. Ibu pendonor sebaiknya tidak secara rutin mengonsumsi obat-obatan atau suplemen herbal. Sebaiknya saat ibu pendonor atau dilingkungan ibu pendonor ada yang mengalami sakit batuk atau pilek, ibu pendonor sebaiknya tidak memerah ASI untuk donasi.
Baca juga: Ini yang Harus Diperhatikan Sebelum Menerima Donor ASI
-
Sebaiknya ibu tidak menjadi seorang pendonor ASI hasil darah menunjukan adanya penyakit HIV, hepatitis ataupun sifilis. Selain itu, ibu dilarang menjadi pendonor ketika memiliki pasangan seksual atau suami yang memiliki penyakit HIV. Ibu yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol, merokok, dan pernah mengonsumsi narkotika sebaiknya hindari menjadi ibu pendonor ASI.
-
Ibu pendonor juga wajib menjalankan dan mematuhi aturan khusus yang dibuat oleh keluarga penerima donor ASI.
Ketahui Siapa Saja yang Membutuhkan Donor ASI
Tidak ada salahnya untuk mengunjungi konselor laktasi pada rumah sakit terdekat ketika ibu merasa memiliki masalah terhadap produksi ASI. Terkadang, beberapa ibu merasakan produksi ASI sedikit padahal ASI yang diproduksi telah mencukupi kebutuhan bayi sehingga tidak memerlukan donor ASI.
Pada beberapa kondisi donor ASI menjadi solusi terbaik untuk memenuhi kebutuhan anak, yaitu:
-
Ibu pernah melakukan operasi pada payudara yang memengaruhi produksi ASI;
-
Ibu mengalami trauma ketika proses melahirkan;
-
Ibu mengalami masalah pada puting susu, seperti puting susu terlalu besar, puting susu terlalu ke dalam atau puting susu datar;
-
Bagi ibu yang tidak memproduksi ASI pada hari pertama setelah kelahiran masih dianggap wajar, ini disebabkan bayi masih memiliki asupan dalam tubuhnya. Jika pada hari keempat ibu belum bisa memproduksi ASI, donor ASI menjadi solusi untuk mencegah bayi mengalami dehidrasi;
-
Ibu yang mengalami masalah kesehatan yang cukup serius perlu melakukan donor ASI ketika jumlah ASI yang diproduksi tidak mencukupi kebutuhan anak.
Baca juga: Cara Mudah untuk Memperlancar ASI
Referensi:
Milkbank (2019). Donor Milk Safety and Screening
WHO (2019). Donor human milk for low birth weight infants