Alasan Virus Ebola Bisa Jadi Masalah Global
Halodoc, Jakarta – Pada tahun 2014 lalu, organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan serangan virus ebola sebagai masalah global. Ebola yang saat itu melanda Afrika Barat disebut sebagai kondisi darurat kesehatan internasional.
Belakangan ini, pada Oktober 2018, ebola kembali ditemukan di Republik Demokratik Kongo (RDK). Seperti kasus di negara lainnya, wabah penyakit ini juga menelan banyak korban jiwa. Namun, melansir Infectious Disease Advisor, WHO menyatakan bahwa kasus ebola di Kongo masih belum bisa disebut sebagai masalah global.
Meski hingga kini ebola masih belum pernah ditemukan di Indonesia, tapi kewaspadaan tetap dibutuhkan. Apalagi serangan virus ebola bisa menjadi satu wabah yang mematikan, bahkan pernah menjadi masalah global. Untuk itu, pengetahuan dasar seputar infeksi virus ebola sangat dipentingkan. Lantas, apa saja sih yang perlu diketahui seputar virus ebola?
Darimana Virus Ebola Berasal?
Virus ebola pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Emerging Infectious Diseases, menyatakan bahwa kelelawar adalah penyebar virus ini. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 276 kelelawar yang ditangkap di empat daerah di Bangladesh.
Para ilmuwan mengatakan bahwa penularan virus terjadi ketika manusia memakan makanan yang telah terkena air liur kelelawar. Selain itu, penularan juga bisa terjadi saat manusia menyentuh benda-benda yang telah terkena air liur kelelawar, kemudian menyentuh mata dan mulut sendiri.
Bagaimana Cara Penyebaran Virus Ebola?
Ebola adalah penyakit mematikan yang bisa sangat berbahaya jika tidak mendapat penanganan yang tepat. Pada manusia, penyebaran virus ini terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh orang yang sebelumnya sudah terinfeksi. Seperti urine, tinja, air liur, serta air mani.
Kontak langsung yang dimaksud adalah ketika darah atau cairan tubuh langsung menyentuh mata, mulut, hidung, atau luka yang terbuka. Penularan virus ebola jarang terjadi karena bersin atau batuk yang menyebabkan cairan tubuh berada di udara.
Kelompok orang yang lebih berisiko tertular virus ini adalah keluarga yang tinggal satu rumah atau orang yang merawat “pasien ebola”. Pasalnya, lingkungan yang terkontaminasi virus ebola juga memiliki risiko tinggi untuk menularkan penyakit ini. Misalnya, pemakaian pakaian atau benda yang sama dengan pengidap ebola. Setelah memegang benda yang sudah terkontaminasi, ada kemungkinan seseorang akan akan memegang mata atau mulut dan hidung sendiri. Saat itulah terjadi penularan virus ebola.
Gejala Infeksi Virus Ebola
Seperti jenis virus lainnya, ebola juga memiliki masa inkubasi alias rentang waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul gejala pertama. Masa inkubasi penyakit ini adalah sekitar 2 hingga 21 hari. Ada beberapa gejala awal yang bisa menandai infeksi virus ebola. Mulai dari demam, sakit kepala, mudah lemas, serta nyeri pada otot dan sendi. Selain itu, pengidapnya mungkin juga akan mulai merasakan sakit di tenggorokan.
Pada tingkat yang lebih lanjut, gejala lain pun mulai muncul. Seperti, muntah, sakit perut, diare, muncul ruam, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta perdarahan yang bisa keluar dari mulut, mata, hidung, atau telinga.
Berita buruknya, virus ini bisa menyebar dengan sangat cepat dan mematikan. Maka sebaiknya hindari kontak langsung dengan orang yang sudah terinfeksi atau memiliki tanda terinfeksi ebola.
Cari tahu lebih lanjut mengenai ebola atau infeksi virus lainnya dengan bertanya kepada dokter di aplikasi Halodoc. Lebih mudah menghubungi dokter lewat Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan