Alasan Pengidap Fibrosis Paru Perlu Pemeriksaan Spirometri
Halodoc, Jakarta - Gejala seperti sesak napas dan batuk yang diikuti dengan perasaan cepat lelah, nyeri otot, penurunan berat badan mengindikasi bahwa kondisi paru-paru sedang sangat tidak sehat. Apalagi jika kondisi ini menyebabkan ujung jari yang membiru dan semua gejala berkembang perlahan selama enam bulan, hal ini bisa menandakan bahwa kamu mengalami fibrosis paru.
Fibrosis paru adalah penyakit paru yang dapat memburuk secara perlahan namun tidak menular. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor dan bisa dialami oleh siapa saja, meski risiko terbesarnya ada pada para lansia dan orang dewasa.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Ketahui Penyebab Fibrosis Paru
Mengenal Pemeriksaan Spirometri untuk Diagnosis Fibrosis Paru
Spirometri adalah salah satu metode pemeriksaan untuk diagnosis banyak gangguan paru seperti misalnya fibrosis. Pemeriksaan ini mengevaluasi fungsi paru dan mendiagnosis kondisi paru-paru. Dengan menggunakan alat yang disebut spirometer, dokter meminta pengidapnya bernapas pada alat tersebut kemudian dokter menilai fungsi paru pengidapnya.
Tes ini akan dilakukan di rumah sakit atau tempat praktek dokter. Waktu pemeriksaannya pun terhitung sebentar, yakni hanya sekitar 15 menit. Tes ini membantu menunjukkan kondisi paru-paru, termasuk seberapa banyak udara yang dapat dihirup dan dikeluarkan.
Umumnya dokter akan melakukan tiga kali pemeriksaan guna memastikan hasil yang konsisten. Usai tes spirometri awal selesai, ada kemungkinan dokter memberi obat bronkodilator hirup untuk melebarkan jalan napas. Setelah itu, dalam waktu lima belas menit kemudian dilakukan pemeriksaan spirometri ulang. Dokter membandingkan hasil kedua pengukuran tersebut untuk menilai efektivitas bronkodilator dalam memperbaiki jalan napas. Pemeriksaan ini juga memiliki efek samping sehingga kamu perlu mewaspadainya. Efek samping yang bisa terjadi misalnya sedikit pusing dan terkadang sesak napas.
JIka kamu mengalami gejala gangguan napas yang cukup mengganggu aktivitas, mungkin kamu bisa menemui dokter guna melakukan tes spirometri. Kamu bisa dengan mudah buat janji dengan dokter untuk memeriksa kondisi kesehatan kamu melalui aplikasi Halodoc. Tanpa perlu mengantre, kamu bisa langsung bertemu dokter untuk melakukan pemeriksaan.
Baca juga: Harus ke Dokter, Ini Cara Diagnosis Fibrosis Paru
Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Tes Spirometri?
Sebelum menjalankan tes spirometri, dokter umumnya menanyakan pada pasien apakah sedang menggunakan obat-obatan bronkodilator. Jika iya, maka dokter meminta pasien menghentikan sementara penggunaan obat tersebut sebelum pelaksanaan tes. Pasalnya pemeriksaan ini bisa memengaruhi hasilnya. Sementara itu, beberapa persiapan lain yang perlu dilakukan pasiennya, antara lain:
-
Tidak merokok, setidaknya selama 1 hari sebelum pemeriksaan;
-
Hindari mengonsumsi alkohol;
-
Jangan makan terlalu banyak karena bisa mengganggu pernapasan;
-
Sebisa mungkin tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat, karena ini bisa mengganggu pernapasan juga.
Baca juga: Jangan Diabaikan, Ketahui 5 Komplikasi Fibrosis Paru
Apa Saja Pengobatan untuk Fibrosis Paru?
Setelah hasil pemeriksaan spirometri dilakukan, maka dokter bisa langsung menentukan jenis pengobatan fibrosis paru berdasarkan tingkat keparahannya. Beberapa langkah pengobatan untuk atasi fibrosis paru, antara lain:
-
Pemberian obat. Beberapa jenis obat diberikan untuk menghambat perkembangan fibrosis paru. Jenis obat-obatan yang diberikan adalah prednisone, azathioprine, pirfenidone, dan nintedanib.
-
Tambahan Oksigen. Cara untuk mencegah pengidapnya kekurangan oksigen, maka diperlukan oksigen tambahan. Pemberian oksigen ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas tidur.
-
Rehabilitasi paru. Langkah pengobatan ini dilakukan dengan melatih ketahanan fisik dan teknik pernapasan untuk meningkatkan kerja organ paru-paru, sehingga gejala bisa berkurang.
-
Transplantasi paru. Transplantasi paru menjadi pilihan jika kondisi paru-paru sudah parah dan pengobatan lain tidak efektif untuk mengatasinya. Metode ini dilakukan dengan mengganti organ paru-paru yang rusak dengan paru-paru sehat dari pendonor.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Spirometry.
Healthline. Diakses pada 2019. Pulmonary Fibrosis.