Alasan Gangguan Paranoid Memengaruhi Produktivitas
Halodoc, Jakarta - Kesehatan adalah hal yang paling penting untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Dengan kondisi kesehatan yang optimal, seseorang akan mampu belajar, bekerja, dan mengembangkan diri menuju kesejahteraan hidup. Namun, tak hanya kesehatan fisik saja yang menjadi hal penting, kesehatan mental juga merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Salah satu gangguan mental yang cukup mengganggu produktivitas pengidapnya adalah gangguan kepribadian paranoid. Mereka yang mengidap kelainan ini sering tampak aneh saat melakukan kontak sosial dengan orang lain. Karakteristik penting dari orang dengan PPD adalah paranoia, ketidakpercayaan, dan kecurigaan tanpa henti terhadap orang lain tanpa alasan yang masuk akal. Lantas, mengapa gangguan ini bisa mengacaukan produktivitas seseorang? Berikut ulasannya!
Baca juga: Mitos Tentang Gangguan Paranoid yang Harus Diluruskan
Alasan Penurunan Produktivitas pada Pengidap Gangguan Paranoid
Anggapan penurunan produktivitas pada pengidap gangguan paranoid sebetulnya cukup masuk akal. Pasalnya, pengidap gangguan ini benar-benar kesulitan untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Tak hanya sulit untuk fokus belajar atau bekerja, pengidapnya bahkan akan sulit untuk menjaga orang terdekatnya. Alhasil, membangun rumah tangga yang bahagia tampak seperti angan-angan bagi pengidapnya yang tidak mendapatkan perawatan sama sekali.
Baca juga: Begini Cara Mencegah Gangguan Kepribadian Paranoid
Orang dengan gangguan paranoid selalu tampak berjaga-jaga dan mereka juga meyakini bahwa orang lain terus-menerus berusaha merendahkan, melukai, atau mengancam mereka. Keyakinan yang umumnya tidak memiliki dasar serta kebiasaan menyalahkan dan tidak percaya, akan mengganggu kemampuan mereka untuk membentuk hubungan sesama manusia. Sementara itu, ada beberapa ciri-ciri lain dari orang dengan gangguan paranoid yang membuatnya sulit untuk bisa produktif dalam menjalani kehidupan. Ciri tersebut antara lain:
- Mereka sering kali meragukan komitmen, kesetiaan, atau kepercayaan orang lain. Mereka yakin bahwa orang lain tidak tulus dan akan mengeksploitasi atau menipu mereka.
- Tidak mengampuni kesalahan orang lain dan menyimpan dendam.
- Mereka sangat sensitif dan merespons kritik dengan buruk.
- Saat orang lain menganggap dirinya aneh atau tampak ganjil, ia akan bereaksi dengan amarah dan cepat membalasnya.
- Memiliki kecurigaan yang terus-menerus, tanpa alasan, bahwa pasangan atau kekasih mereka tidak setia.
- Umumnya bersikap dingin dan tidak dekat dengan orang lain.
- Tidak dapat melihat peran mereka dalam masalah atau konflik dan percaya mereka selalu benar.
- Bersikap keras kepala dan argumentatif.
- Cenderung mengembangkan stereotip negatif orang lain, terutama yang berasal dari kelompok budaya yang berbeda.
Dengan gejala-gejala tersebut, maka tak heran pengidapnya akan sulit mempertahankan pekerjaan atau bisa menyelesaikan studinya. Dalam banyak kasus, pengidap gangguan paranoid juga kerap terlibat dalam masalah hukum. Oleh karena itu, jika orang terdekatmu memiliki gejala gangguan kepribadian seperti yang disebutkan, sebaiknya diskusikan hal ini terlebih dahulu dengan psikolog di Halodoc. Psikolog atau dokter spesialis kejiwaan akan memberikan saran yang tepat terkait perawatan untuknya.
Baca juga: Benarkah Pria Lebih Rentan Terkena Gangguan Paranoid?
Pengobatan untuk Gangguan Paranoid
Pengobatan untuk pengidap gangguan kepribadian akan lebih sulit untuk dilakukan karena mereka sering kali merasa sangat curiga terhadap dokter. Jika pengidapnya menyetujui pengobatan, ada beberapa jenis perawatan yang bisa dilakukan:
- Psikoterapi. Adalah sesi konseling yang akan fokus untuk meningkatkan kemampuan coping atau mengatasi hal masalah secara umum, meningkatkan interaksi sosial, komunikasi, dan kepercayaan diri.
- Obat. Umumnya perawatan ini bukan fokus utama. Namun, obat-obatan, seperti obat anti-kecemasan, antidepresan dan antipsikotik, dapat diresepkan jika gejala semakin ekstrem. Obat juga bisa diberikan jika pengidapnya juga mengidap masalah psikologis lain yang terkait, seperti kecemasan atau depresi.
Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2020. Paranoid Personality Disorder.
Healthline. Diakses pada 2020. Paranoid Personality Disorder.
WebMD. Diakses pada 2020. Paranoid Personality Disorder.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan