Alasan Bayi Bisa Kena Intoleransi Laktosa

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   25 Januari 2019
Alasan Bayi Bisa Kena Intoleransi LaktosaAlasan Bayi Bisa Kena Intoleransi Laktosa

Halodoc, Jakarta – Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan untuk mencerna laktosa (gula utama) dalam susu yang menimbulkan gejala gastrointestinal. Intoleransi laktosa disebabkan oleh defisiensi enzim laktase usus yang memecah laktosa menjadi dua gula yang lebih kecil, yaitu glukosa dan galaktosa. Ini yang memungkinkan laktosa untuk diserap dari usus.

Hampir semua individu dilahirkan dengan laktase dan kemampuan untuk mencerna laktosa. Hilangnya laktase diprogram secara genetik untuk terjadi setelah masa kanak-kanak atau karena penyakit lapisan usus yang menghancurkan laktase.

Baca juga: Kenali Alergi Susu yang Sering Terjadi pada Anak

Intoleransi laktosa yang terjadi setelah usia 21 tahun (defisiensi laktase yang ditentukan secara genetik biasanya terjadi antara usia 5–21 tahun) jarang terjadi karena defisiensi laktase terjadi genetik. Bila intoleransi laktosa terjadi setelah usia 21 tahun, maka itu menunjukkan proses lain mengganggu pencernaan laktosa. sering flatus, merah di sekitar anus, dan tinja berbau asam.

Tanda-tanda utama dan gejala intoleransi laktosa, seperti:

  1. Diare

  2. Perut kembung (gas yang lewat)

  3. Sakit perut

  4. Gangguan pencernaan

  5. Perut kembung

  6. Mual.

  7. Sering flatus

  8. Warna merah di sekitar anus

  9. Tinja berbau asam

Keparahan tanda dan gejala intoleransi laktosa bervariasi dan dapat dipicu oleh jumlah laktosa yang lebih besar atau lebih kecil. Kebanyakan orang dapat mentoleransi sejumlah kecil laktosa, bahkan jika mereka kekurangan laktase, misalnya laktosa dalam yoghurt. Beberapa orang mengalami gejala parah dengan asupan laktosa minimal.

Intoleransi laktosa tidak sama dengan alergi susu. Alergi adalah respons imun, sedangkan intoleransi laktosa merupakan kondisi pencernaan. Gejala-gejalanya bisa serupa. Nyeri perut atau diare setelah mengonsumsi produk susu dapat disebabkan oleh alergi susu atau oleh intoleransi laktosa.

Baca juga: Alergi Susu Bisa Disembuhkan?

Jika bayi mengalami ruam kering, gatal, ataupun bengkak pada wajah, bibir, maupun mulut setiap kali mengonsumsi produk susu atau gejala, seperti gatal-gatal, mata berair, atau hidung meler, maka besar kemungkinan anak memiliki alergi terhadap salah satu protein dalam susu sapi.

Bisakah Intoleransi Laktosa Disembuhkan?

Intoleransi laktosa dapat didiagnosis dengan menghilangkan laktosa dari makanan dan mengamati hilangnya gejala setelah mengonsumsi susu secara bertahap.

Tes yang berguna untuk mendiagnosis intoleransi laktosa atau defisiensi laktase, termasuk tes napas laktosa, tes glukosa darah, tes keasaman tinja, biopsi usus, dan pengujian genetik mencari gen yang mengontrol produksi laktase.

Intoleransi laktosa diobati dengan perubahan pola makan, suplemen enzim laktase, koreksi kondisi yang mendasarinya di usus halus, ataupun mungkin dengan adaptasi terhadap peningkatan jumlah susu.

Intoleransi laktosa jarang terjadi pada orang dewasa. Menghindari susu dan produk-produk yang mengandung susu dapat menyebabkan kekurangan kalsium dan vitamin D yang dapat menyebabkan penyakit tulang (osteoporosis). Tidak ada "obat" untuk defisiensi laktase yang diprogram secara genetik dengan intoleransi laktosa.

Intoleransi Laktosa Selain Makanan

Selain sumber makanan, laktosa dapat "disembunyikan" dalam obat-obatan. Laktosa digunakan sebagai dasar untuk banyak resep dan obat bebas. Banyak jenis pil KB, misalnya yang mengandung laktosa, seperti halnya beberapa tablet yang digunakan untuk asam lambung dan gas. Namun, produk-produk ini biasanya hanya memengaruhi orang-orang dengan intoleransi laktosa yang parah, karena mengandung sejumlah kecil laktosa.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai intoleransi laktosa serta bagaimana penanganan bayi yang mengalaminya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.