Alami Hipospadia, Ini Gejala-Gejala yang Bisa Terjadi
Halodoc, Jakarta – Hipospadia adalah cacat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra tidak terletak di ujung Mr P. Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara abnormal selama minggu ke 8–14 kehamilan.
Pembukaan abnormal dapat terbentuk di mana saja dari tepat di bawah ujung Mr P ke skrotum. Ada berbagai tingkat hipospadia beberapa bisa kecil dan beberapa lebih parah. Jenis hipospadia yang dimiliki seorang anak laki-laki tergantung pada lokasi pembukaan uretra:
-
Subkoronal: Pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala Mr P.
-
Midshaft: Pembukaan uretra terletak di sepanjang batang Mr P.
-
Penoscrotal: Pembukaan uretra terletak di tempat Mr P dan skrotum bertemu.
Anak laki-laki dengan hipospadia kadang-kadang dapat memiliki Mr P melengkung. Mereka bisa memiliki masalah dengan penyemprotan urine yang abnormal dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.
Baca juga: Ketahui Cara Tes Urine Mendiagnosis Striktur Uretra
Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke skrotum. Jika hipospadia tidak diobati dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan intim atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.
Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, hipospadia diduga disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti hal-hal yang bersentuhan dengan ibu di lingkungannya, apa yang dimakan atau diminum ibu, ataupun obat-obatan tertentu yang ia gunakan selama kehamilan.
Beberapa faktor yang memengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia:
-
Usia dan Berat Badan
Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan yang dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki bayi dengan hipospadia.
-
Perawatan Kesuburan
Wanita yang menggunakan teknologi reproduksi yang dibantu untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki bayi dengan hipospadia.
-
Hormon Tertentu
Wanita yang menggunakan hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki bayi dengan hipospadia
Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak itu. Sebagian besar kasus hipospadia membutuhkan pembedahan untuk memperbaiki cacat. Jika pembedahan diperlukan, biasanya dilakukan ketika anak laki-laki berusia antara 3–18 bulan.
Dalam beberapa kasus, operasi dilakukan secara bertahap. Beberapa perbaikan yang dilakukan selama operasi mungkin termasuk menempatkan pembukaan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan pada Mr P, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra. Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan beberapa perbaikan, bayi laki-laki dengan hipospadia tidak boleh disunat.
Baca juga: Ketahui Penyebab Terkena Striktur Uretra
Jika hipospadia tidak diobati, itu dapat mengakibatkan:
-
Penampilan Mr P yang tidak normal
-
Masalah belajar menggunakan toilet
-
Kelengkungan Mr P yang tidak normal dengan ereksi
-
Masalah dengan ejakulasi terganggu
Sebagian besar bentuk hipospadia dapat diperbaiki dalam satu operasi yang dilakukan secara rawat jalan. Beberapa bentuk hipospadia akan membutuhkan lebih dari satu operasi untuk memperbaiki cacat.
Ketika lubang uretra dekat pangkal Mr P, ahli bedah mungkin perlu menggunakan cangkok jaringan dari kulit khatan atau dari bagian dalam mulut untuk merekonstruksi saluran kemih dalam posisi yang tepat dan mengoreksi hipospadia.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai hipospadia serta gejala dan penanganannya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Talk to a Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan