Alami 3 Hal Ini, Bisa Jadi Tanda Bacterial Vaginosis

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   17 Februari 2020
Alami 3 Hal Ini, Bisa Jadi Tanda Bacterial VaginosisAlami 3 Hal Ini, Bisa Jadi Tanda Bacterial Vaginosis

Halodoc, Jakarta - Bacterial vaginosis merupakan peradangan vagina yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri berlebih. Bakteri tersebut biasanya ditemukan secara alami di dalam vagina dan mengganggu keseimbangan alami vagina. Wanita pada tahun-tahun reproduksinya paling berisiko untuk mengalami vaginosis bakteri. Meski begitu, gangguan ini tetap dapat mepengaruhi wanita dari segala usia. 

Vaginosis bakteri hasil pertumbuhan satu dari beberapa bakteri yang ditemukan secara alami di vagina. Umumnya bakteri “baik” (lactobacilli) melebihi jumlah bakteri “jahat” (anaerob). Namun, jika ada terlalu banyak bakteri anaerob, mereka akan mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di vagina dan menyebabkan vaginosis bakteri. Umumnya wanita yang mengalami gangguan ini akan mengalami beberapa tanda berikut:

Baca juga: Harus Diperhatikan, Vaginosis Bakterialis Bisa Sebabkan Vaginitis

1. Keputihan yang Berbau Busuk

Gejala yang umum terjadi dari kondisi ini merupakan masalah keputihan dan vagina berbau busuk. Vagina yang mengalami masalah kesehatan ini akan menunjukkan cairan keputihan yang berwarna putih susu, keabu-abuan atau kuning, dan berbau amis yang sangat kuat. Bau ini bisa saja akan bertambah parah setelah berhubungan intim atau saat menstruasi. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab keputihan abnormal. Termasuk beberapa jenis penyakit menular di dalamnya.

2. Muncul Rasa Nyeri

Gejala rasa nyeri umumnya merupakan tanda adanya masalah infeksi pada kandung kemih. Infeksi saluran kandung kemih ini bisa saja disebabkan oleh infeksi akteri, salah satunya bacterial vaginosis. Meskipun begitu, rasa nyeri saat seseorang berkemih ini bisa saja disebabkan oleh faktor lain. Misalnya, infeksi menular seksual, seperti herpes genital, gonore, atau klamidia. Pada beberapa kasus, rasa nyeri juga bisa dikarenakan sabun atau losion yang dapat mengiritasi jaringan vagina. 

Baca juga: Miss V Terasa Gatal Tak Tertahankan, Gejala Vaginitis?

3. Terasa Gatal dan Iritasi

Muncul rasa gatal juga termasuk keluhan dalam masalah bacterial vaginosis. Vagina gatal merupakan gejala yang tidak nyaman dan kadang juga menyakitkan. Hal ini terjadi akibat iritan (bahan yang secara langsung menyebabkan peradangan atau ketidaknyamanan ketika terjadi kontak dengan bagian tubuh), infeksi ataupun menopause. 

Di samping itu, kondisi ini juga bisa disebabkan akibat gangguan kulit tertentu atau penyakit menular seksual. Meski kasusnya cukup langka, tapi vagina yang terasa gatal mungkin saja disebabkan oleh stres atau kanker vulva. 

Meski kondisi vagina yang terasa gatal biasanya tidak harus menjadi suatu kekhawatiran, sebaiknya bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc jika rasa gatal semakin parah. 

Waspadai Komplikasinya

Vaginosis bakteri biasanya tidak menyebabkan komplikasi. Hanya saja terkadang memiliki vaginosis bakteri dapat menyebabkan masalah yang perlu diwaspadai:

  • Kelahiran Prematur. Pada wanita hamil, bacterial vaginosis terkait dengan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. 
  • Infeksi seksual menular. Memiliki bakterial vaginosis membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi menular seksual, seperti HIV, virus herpes simpleks, klamidia atau gonore. Jika kamu memiliki HIV, bacterial vaginosis maka akan meningkatkan kemungkinan akan menularkan virus pada pasangan kamu. 
  • Risiko infeksi setelah operasi ginekologi. Mengalami bacterial vaginosis dapat meningkatkan risiko mengembangkan infeksi pasca-bedah setelah prosedur seperti histerektomi atau pelebaran dan kuretese.
  • Penyakit radang panggul (PID). Vaginosis bakteri terkadang dapat menyebabkan PID, infeksi rahim dan saluran tuba yang dapat meningkatkan risiko infertilitas. 

Baca juga: 5 Penyakit Kelamin Berbahaya yang Perlu Diketahui

Itulah yang akan dialami bagi wanita yang mengalami bacterial vaginosis. Gangguan bacterial vaginosis dapat dicegah jika kamu melakukan langkah-langkah seperti meminimalisir iritasi vagina, tidak menyentuh vagina, dan menghindari infeksi menular seksual dengan menggunakan kondom. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!

 

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2020. Bacterial vaginosis
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Bacterial vaginosis