Aktivitas yang Diklaim Mampu Meningkatkan Efektivitas Vaksinasi COVID-19

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   01 Februari 2021
Aktivitas yang Diklaim Mampu Meningkatkan Efektivitas Vaksinasi COVID-19Aktivitas yang Diklaim Mampu Meningkatkan Efektivitas Vaksinasi COVID-19

Halodoc, Jakarta - Vaksin corona akhirnya resmi digunakan di Indonesia. Penggunaannya masih dilakukan secara bertahap dengan tenaga medis dan kesehatan sebagai sasaran utama. Akan tetapi, tetap saja ada orang-orang yang menolak diberikan vaksin dengan alasan efektivitasnya yang terbilang rendah dibandingkan dengan jenis vaksin corona lainnya. 

Meski demikian, studi terbaru yang diterbitkan oleh Perspectives on Psychological Science, menemukan bahwa efektivitas vaksin corona begitu pula imunitas tubuh bisa ditingkatkan cukup dengan melakukan dua aktivitas sederhana. Apa saja aktivitas tersebut? Berikut pembahasannya!

Olahraga dan Tidur

Ternyata, melakukan aktivitas fisik berat, dalam hal ini berolahraga dan mendapatkan istirahat atau tidur nyenyak menjadi dua kegiatan yang diklaim mampu meningkatkan imunitas tubuh dan efektivitas vaksin corona. Dua aktivitas ini disarankan untuk dilakukan setidaknya 24 hingga 48 jam sebelum kamu mendapatkan vaksin. 

Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Lemah pada Lansia, Apa Alasannya?

Anneline Madison, seorang peneliti dari Universitas Ohio sekaligus penulis utama dari makalah studi ini mengemukakan bahwa penelitian yang dilakukan berfokus pada efektivitas vaksin, dan bagaimana perilaku bisa berdampak pada kemampuan tubuh untuk membentuk respons kekebalan. 

Madison menambahkan, vaksin corona yang diberikan tidak bisa serta-merta membangun sistem kekebalan tubuh karena tubuh membutuhkan waktu hingga beberapa minggu. Melalui olahraga dan tidur yang dilakukan secara signifikan, waktu yang diperlukan tubuh untuk membangun respons imun bisa menjadi lebih singkat. 

Setelah vaksin disuntikkan, tubuh masih membutuhkan waktu untuk membentuk limfosit T dan limfosit B. Inilah mengapa, tetap ada kemungkinan seseorang untuk tertular virus COVID-19, baik sebelum maupun setelah vaksin dilakukan, karena vaksin tidak memiliki cukup banyak waktu untuk membuat sel kekebalan tersebut. 

Baca juga: Berjuang Hasilkan Vaksin COVID-19, Ini Kandidatnya

Madison mengungkapkan, penelitian yang telah dilakukan selama puluhan tahun membuktikan bahwa depresi, stres, kesepian, dan perilaku kesehatan yang buruk dapat membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah sekaligus menurunkan efektivitas vaksin lainnya.

Ia pun menambahkan, kondisi serupa juga bisa terjadi pada vaksin corona yang masih dikembangkan dan didistribusikan. Inilah mengapa, cara sederhana, seperti berolahraga dan istirahat disinyalir bisa membantu mengurangi dampak negatif tersebut.

Vaksin memang dianggap mampu memberikan perlindungan pada masyarakat terhadap berbagai penyakit yang mematikan dan belum ada obatnya, seperti cacar dan polio. Terkait dengan vaksin corona, sudah tentu telah dilakukan proses pengujian yang terbilang ketat, sehingga vaksin dinilai efektif dalam menghasilkan atau membentuk imunitas. 

Baca juga: Alasan Pandemi Belum Tentu Usai Meski Vaksin Corona Ditemukan

Sayangnya, banyak faktor seperti genetika, lingkungan, kesehatan fisik, dan mental seseorang dapat melemahkan sistem imunitas tubuh juga memperlambat respons tubuh terhadap vaksin. Tidak hanya itu, pandemi turut berperan dalam terjadinya gangguan pada kesehatan mental, menyebabkan munculnya gangguan kecemasan dan depresi, serta masih banyak lagi. 

Kamu perlu tahu bahwa stres emosional seperti ini bisa berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh seseorang, termasuk mengganggu kemampuan mereka untuk menangkal infeksi. Pun, sebenarnya, tidur dan olahraga juga bukan menjadi dua cara yang bisa serta merta membuat vaksin jadi bekerja lebih efektif. Tidak boleh lupa kalau kamu juga bisa menangkal virus dan penyakit dengan memenuhi asupan nutrisi tubuh serta mengonsumsi vitamin.

Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa beli obat dan vitamin melalui layanan pharmacy delivery dari aplikasi Halodoc. Jadi, kesehatan tubuh bisa tetap terjaga meski di rumah saja. 



Referensi:
Madison, A. A., et al. 2021. Diakses pada 2021. Psychological and behavioral predictors of vaccine efficacy: Considerations for COVID-19. Perspectives on Psychological Science.